Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Pesona Gelap Sungai Nil

Bulan November tiga tahun lalu, kehamilan pertamaku penuh oleh air mata kesedihan. Kebanyakan, kehadiran buah hati merupakan impian sepasang pasutri yang baru saja menikah. Setelah sepasang suami istri bertemu dan saling menutup kekurangan, sang buah hati diharapkan melengkapi. Begitu pula yang kami harapkan di awal pernikahan. Walau sebenarnya tidak harus cepat-cepat, mengingat aku maupun suami masih harus melanjutkan jenjang kuliah di Kairo. Kepada yang bertanya, kami selalu menjawab, "Tergantung Allah, sekasihnya ." Setelah dua bulan menetap di Indonesia paska pernikahan, kami kembali ke Mesir. Perjalanan yang ditempuh terasa sedikit lebih berat bagiku, lebih mudah capek dari biasanya. Awal-awal kehidupan kami berdua di Mesir kulalui dengan sedikit kepayahan. Mood naik turun, rasa lelah sering menghampiri dan nafsu makan berubah-ubah. Kupikir, apa yang kurasakan disebabkan oleh panjangnya perjalanan yang kami tempuh. Dari Makassar, Sulawesi Selatan, ke Kendari, Sulawes...

Mesir dalam Mimpi

Sebagian besar penuntut ilmu syar'i khususnya para santri lulusan pondok mungkin pernah memimpikan ini. Bisa melanjutkan pendidikan ke negeri para nabi, di salah satu universitas tertua di dunia, Al-Azhar. Dibimbing langsung oleh para masyayekh asli dari Arab dan berkesempatan meneguk ilmu mereka sebanyak-banyaknya. Aku sendiri pernah bermimpi seperti itu. Kutuliskan di atas secarik kertas lusuh, yang kini entah di mana keberadaannya. 'Kuliah di Madinah atau Mesir', begitu bunyi tulisannya. Sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, saat seragam sekolah masih berwarna putih abu-abu. Impian selintas, yang kemudian dilupakan seiring berjalannya waktu. Impian seorang anak SMA negeri yang sudah penat dikejar berbagai ilmu dunia. Bukan, bukan berarti ilmu seperti matematika, kimia, bahasa Inggris dan kawan-kawannya tidak penting. Namun ia hanya lelah, mengejar dan dikejar sesuatu tanpa tujuan yang jelas. Mengapa harus mempelajarinya? Mengapa harus merasa lelah dan terus disibukk...

Imam Nawawi dan Karyanya yang Tak Lekang Oleh Zaman

Mungkin nama imam Nawawi tidak asing lagi di telinga sebagian orang, khususnya mereka yang pernah mengenyam bangku pondok. Ya, beliau adalah pengarang kitab yang sering digunakan dalam mempelajari Islam khususnya ilmu hadis, seperti Riyadush Sholihin dan Arba'un Nawawi.  Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk!  Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Mahyuddin Yahya bin Syaraf bin Murii An-Nawawi Ad-Dimasyqi. Lahir di Nawa, Suriah pada tahun 631 H atau tahun 1233 M. Salah seorang ulama yang 'abadi' melalui karya-karyanya sampai hari ini.  Tahukah kamu?  Imam Nawawi adalah salah satu ulama yang terkenal produktif, menuliskan banyak sekali karya dalam hidupnya di usianya yang singkat.   Buku yang dihasilkan bukan sekedar tulisan di atas kertas, namun menjadi kitab rujukan hingga kini. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, sedang isinya bukan ecek-ecek. Hal-hal terpenting dari yang penting-penting terangkum dalam bukunya.  Sebut saja,  - Syarh...

Mesir : Negeri Impian Tetangga (2)

Tapi kudapatkan hal yang mengejutkan setelah kuketikkan Uzbekistan di kolom pencarian google. Ternyata ia pernah menjadi bagian dari kejayaan peradaban Islam. Bukhara dan Samarkand menjadi daerah penghasil ulama besar yang mendunia. Yang paling terkenal, imam Bukhori, sang 'alim penulis buku shohih Al-Bukhori. Buku ini diakui keabsahannya, bahkan disebutkan sebagai kitab utama yang menjadi rujukan setelah Al-Quran.  Sayangnya, kejayaan Islam di Uzbekistan mulai runtuh ketika terjadi penyerangan bangsa Mongol di abad ke-13. Kota Bukhara menjadi kota sasaran pertama, menyusul Samarkand di tahun berikutnya. Kebangkitan terjadi di abad 15. Namun kembali direbut oleh bangsa Uni Soviet pada tahun 1917. Di bawah kepemerintahan komunis Uni Soviet inilah kebijakan anti Islam diberlakukan. Melarang atribut yang menunjukkan identitas keislaman, serta menutup sarana dan peninggalan warisan Islam di Uzbekistan menjadi salah satu langkah yang diberlakukan pemerintahan. Tentu saja banyak sekali b...

Mesir : Negeri Impian Tetangga (1)

Sekitar empat hari yang lalu aku dipertemukan oleh Allah dengan seorang ibu di markaz tahfiz. Sebuah pertemuan yang menambah rasa syukurku sebagai seorang muslimah yang tinggal di Indonesia. Sebagai informasi, markaz tahfiz atau tempatku menghafalkan Al-Quran merupakan sebuah masjid dua tingkat yang menyediakan muhaffizoh atau guru yang menerima hafalan Al-Quran. Markaz ini menerima murid dari segala kalangan dan kebangsaan. Berbagai warna kulit dan bahasa bertemu di tempat ini, berusaha menautkan hati pada kalam Allah yang agung dan penuh cinta. Kutaksir umur ibu ini kisaran 30an. Ia yang menyapaku pertama kali, merasa gemas melihat tingkah putri sulungku yang berusaha berdiri di atas tapak-tapak kecil kakinya. Kutanyakan nama dan asalnya. Seperti tebakanku ketika pertama kali melihatnya, ibu ini berasal dari negara Uzbekistan, tepatnya di daerah Bukhoro. Berasal dari daerah yang sama dengan imam Bukhori, imam hadis legendaris penulis buku Shohih Bukhori. Uzbekistan sendiri merupaka...

belajar di markaz lughoh

Setelah kelas kami diacak, aku berkesempatan sekelas bersama teman-teman dari berbagai kewarganegaraan sesama Asia bagian Selatan. Selain Malaysia dan Indonesia, aku bertemu teman baru yang berasal dari Brunei dan Thailand. Sayangnya, masa kami saling berinteraksi hanya tiga pekan, itu pun dipotong waktu libur. Sehingga kami kurang mengenal satu sama lain.  Guru bahasa Arab di kelas jenjang akhir kadang kesulitan membedakan asal negara kami. Menurutnya wajah orang-orang Asia mirip, identik dengan mata sipit. Selams di Mesir, kami sering dikira Shinny, orang China. Padahal mata kami tidak sesipit mereka. Namun tidak juga sebulat orang-orang Arab.  Salah satu pembedaku dengan orang Asia lain yang dihafal oleh samg guru adalah model jilbabku. Kebanyakan jilbabku memiliki model pet yang keras di depannya, lalu dijahit garis-garis. Kebayang nggak? Jilbab model ini sering digunakan teman-teman sepondokku, dan aku pun nyaman menggunakannya. Kata sang guru, jilbab model seperti ini ha...

Gedung Biru Itu.. (7) : Wanita Bernama Monica

Wanita Itu Bernama Monica Di gedung biru itu, aku sempat duduk di sebelah seorang muallaf berkebangsaan Portugis. Bahasa Arabnya lumayan lancar, memungkinkanku bercakap dengannya. Monica namanya, datang ke Mesir seorang diri dan tinggal sendiri. Ia memiliki komunitas sesama perantau dari Eropa, kebanyakan orang-orang Spanyol. Monica sangat rajin belajar, catatannya banyak dan rapi. Tujuannya ke Mesir memang untuk mempelajari Islam sekaligus bahasa pengantarnya, bahasa Arab.  Pernah sekaki ia bercerita tentang keadaan Islam di daerah asalnya. Menjadi seorang muslim, berarti menjadi minoritas. Pemeluknya bisa dihitung, sehingga akses belajar pun sangat kurang. Di awal keislamannya, ia mencoba belajar dari buku-buku terjemahan bahasanya. Namun referensi yang tersedia sangat amat terbatas, sedang bahasanya sering rancu dan tidak mudah dimengerti. Karena itulah ia sangat semangat belajar bahasa Arab.  Ia bercita-cita menjadi seorang pengajar yang bisa mengajarkan agama Islam dengan...

Gedung Biru, Garis Start Kami (6)

Siapa Saja Teman Kelasku?  Kelas kami qo'ah 23 didominasi oleh orang-orang Malaysia. Dari kurang lebih 30 siswa, hanya enam di antaranya yang berkebangsaan Indonesia. Usut punya usut, ternyata orang-orang Malaysia ini tiba di Mesir mendahului kami di pertengahan tahun. Sehingga mereka memulai kelas bahasa lebih cepat, dan kebanyakan berasal dari jenjang pertama dan kedua.  Lucu mendengar logat-logat yang diucapkan. Aku yang selama ini hanya mendengar logat melayu dari serial film kartun upin & ipin selalu membayangkan tokoh-tokohnya berbicara seperti mereka. Khusus antara kami orang Indonesia dan Malaysia, kami tetap menggunakan bahasa dan logat masing-masing. Tak jarang kami tergelak karena salah mengerti maksud pembicaraan, disebabkan beberapa kosa kata yang mirip namun berbeda arti.  Selain Malaysia, salah satu anggota kelas berasal dari Portugis. Namanya Monica. Setelah melalui beberapa pertemuan, aku baru tahu kalau dia adalah seorang muallaf. Tidak banyak yang k...

Gedung Biru, Garis Start Kami (5)

KBM Markaz Kegiatan belajar mengajar dilakukan selama kurang lebih enam jam, termasuk jeda istirahat setengah jam. Di antara setiap pergantian mata pelajaran atau pembahasan baru, para guru yang terkadang mengerti perasaan suntuk kami belajar nonstop memberi jeda waktu beberapa menit.  Ada pelajaran qiroah atau keterampilan membaca, balaghoh dan qowa'id yang menerangkan kaidah bahasa, kitabah, muhadatsah dan ta'bir yang selalu sukses membuat otak bekerja keras menyusun kalimat-kalimat bahasa Arab hingga istima' dan imla' yang menuntut telinga lebih peka.  Setiap pengajar di jenjang yang berbeda-beda memiliki ciri khas masing-masing. Namun satu ciri kesamaan mereka yang juga dimiliki orang Mesir lainnya, mereka sering sekali meninggikan suara. Terutama ketika dalam keadaan semangat. Pada pertemuan awal, tingginya suara mereka kami tafsirkan sebagai kemarahan. Apa yang membuat mereka marah hingga meninggikan suara sedemikian rupa? Waktu yang berhasil memahamkan, seiring p...

Penjara Suci Bernama Arraayah (1)

Awal kedatangan ke sana, disambut para senior yang super ramah. Muka mereka berbinar-binar, berbahagia menyambut kami para mahasiswa baru. Bayangan senioritas di luar sana pupus tak berbekas. Mana ada senioritas di tengah kakak tingkat yang berebut berbagi kasur pada kami yang belum kebagian kasur? Mana ada senioritas di antara kakak tingkat yang rela menyisihkan waktunya yang padat menemani juniornya tertatih berlatih berbahasa Arab? Masa orientasi mahasiswa baru diisi ragam kegiatan perkenalan. Perkenalan antar angkatan, perkenalan lingkungan kampus, perkenalan beberapa kakak tingkat, perkenalan teman-teman sekamar, hingga perkenalan peraturan yang berlaku. Aturan yang diberlakukan kurang lebih sama seperti pondok pada umumnya. Hanya saja aturan berpakaian dan berbahasa lebih ketat dibanding beberapa pesantren yang ada di Indonesia. Dalam berpakaian, kami hanya boleh membawa beberapa lembar gamis dan baju santai dalam kamar. Jika melebihi kapasitas, pakaian-pakaian tersebut harus m...

Gedung Biru, Garis Start Kami (4)

Perjalanan ke Markaz Seperti yang telah dibahas sebelumnya, perjalanan menuju markaz bisa ditempuh menggunakan tremco atau bus. Setiap hari, kami harus berdiri menanti kendaraan yang akan mengantar. Jika ingin menaiki bus 80 coret yang masih kosong seharga tiga geneh (junaih, alat tukar Mesir), maka harus berangkat lebih pagi. Kadang kala kami juga lebih memilih tremco dengan tarif empat geneh . Satu geneh lebih mahal, tapi bisa jadi pilihan terbaik ketika berangkat dalam keadaan terburu-buru. Sebab kapasitas tremco yang sedikit dan tak mungkin ditambah jika sudah penuh membuat angkutan ini tak ngetem terlalu lama mencari penumpang. Berbeda dengan bus yang memiliki ruang untuk berdiri, sehingga tak ada batas penuh baginya. Di dalam bus, tak jarang didapati beberapa orang tampak membaca Al-Qur'an. Perempuan dan laki-laki, tua dan muda, biasanya mereka menggenggam mushaf kantong berukuran kecil sembari menunggu bus sampai di tujuan. Sering pula kami temui sopir tremco menyet...

Gedung Biru, Garis Start Kami (3)

Gambar
Kata orang, mempelajari bahasa suatu negara tak bisa lepas dari mempelajari kultur negaranya juga. Terutama ketika kita belajar langsung pada orang yang mendalaminya, di negara mayoritas berbicara dengannya. Bagaimana pun dalamnya kami mempelajari bahasa Arab di tanah air, akan terasa jelas berbeda jika mempelajarinya langsung. Ada cita rasa bahasa yang tak bisa diungkapkan kecuali dengan melihat langsung. Beberapa lika-liku siroh kehidupan Rasulullah yang sebelumnya masih berupa bayang, dipahamkan padaku di sini. Contohnya, pada penamaan kurma yang merupakan makanan sehari-hari orang Arab. Kurma yang menjadi kudapan sehari-hari di sini bukan kurma manis kering bernama tamr yang biasa kita dapatkan di Indonesia. Namun kurma yang baru saja matang dan masih basah, yang disebut rutob. Akan sulit sekali kita dapatkan tingkat kematangan kurma rutob di Indonesia, sebab buah ini cepat busuk. Dalam hadits, dianjurkan mengutamakan rutob dalam berbuka. Jika tak ada, maka kurma tamr.  ...

Gedung Biru, Garis Start Kami (2)

Gambar
Ternyata tiga dari kami mendapatkan jenjang mutaqoddim awwal, jenjang kelima dari total tujuh jenjang yang harus diikuti. Tiga lainnya mendapat jenjang mutawassith tsani, atau jenjang keempat. Sehingga totalnya ada tiga jenjang yang kami lewati bertiga bersama dalam kurun waktu kurang dari empat bulan.  Mutaqoddim awwal kami lewatkan bersama duktur Sayyid Kholid yang bersemangat serta ustadz Mahmud yang santai dan suka melucu. Hafidzhahumallah. Jenjang berikutnya, mutaqoddim tsani kembali bersama duktur Sayyid Kholid beserta ustadzah Samah. Jenjang terakhir hanya menghabiskan waktu yang singkat, bernama mutamayyiz bersama ust Khalid Qomar dan ustadzah Jihan Hafidzhahumallah.  Dalam waktu kurang lebih empat bulan inilah kami kembali berkutat bersama bahada. Menumpas rasa sombong yang terkadang menyelinap, menganggap diri mampu karena sudah mondok dua tahun sebelumnya di Indonesia. Ya, ilmu selalu ajaib. Selalu membiarkan dirinya terkejar, namun tak mengizinkan pemin...

Gedung Biru, Garis Start Kami

Gambar
Di hari pertama itulah kami mengenal angkutan umum 'tremko'. Sekilas, bentuknya seperti angkutan umum yang biasa didapatkan di Indonesia, hanya saja kursi-kursi di dalamnya menghadap ke depan. Selain menggunakan tremko, sehari-harinya kami juga bisa menggunakan bus untuk mencapai gedung biru markaz Syeikh Zayed.  Matahari pagi menunjukkan pukul tujuh seingatku, wajah-wajah Asia mendominasi sekitar gedung biru. Di awal kedatangan, aku belum bisa membedakan wajah Malaysia, Thailand, Brunei dan juga Filipina. Wajah mereka mirip sekilas, walau ternyata punya perbedaan ketika dilihat seksama. Nanti, aku juga mengerti gaya berpakaian mereka yang punya gaya khas tersendiri. Indonesian sendiri terkenal dengan ciput khasnya yang keras di depan, lalu dijahit garis-garis memanjang.  Tes diadakan di gedung biru dan juga masjid di sampingnya. Karena banyaknya jumlah, waktu tes dibagi menjadi dua atau tiga sif. Perempuan digabung perempuan, dan laki-laki punya waktunya juga. Di ...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik (4)

Tapi ternyata kejutan Allah tak hanya sampai disitu. Allah menyiapkan kejutan-kejutan lain yang membuatku merasa, wow, inikah janji Allah? Ketika kita hanya berkeluh kesah hanya kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, betapa apiknya Allah mengatur skenario yang membuat hati terasa berbunga-bunga.  Pagi hari setelah kami terlelap, sebuah pesan masuk ke hpku.Setelah sebaris ucapan salam dan pertanyaan kabar dilontarkan, seorang kawanku di Mesir mengutarakan maksudnya mengirim pesan.  "Mau ngantar lauk ke rumah," Maasyaa Allah, tak pernah kusampaikan keluh kesah pada orang-orang. Namun rezeki datang silih berganti melalui tangan orang orang baik di sekitar. Menjadi suatu kebiasaan yang berakar di negeri rantau, kami saling mengirim makanan dan menjenguk ketika salah satu di antara kita sakit. Dalam kasusku, mereka menggantungkan lauk di pintu rumah. Mencegah penularan cacar air menjadi lebih parah.  Tak hanya hari itu, besok, besok dan besoknya lagi kawan-kawan bergantian 'menjen...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik (3)

Mengapa tidak langsung saja aku mengeluh kepada Allah yang tak pernah tidur?  Maka kuletakkan kembali gawaiku dan kutenangkan perasaanku. Mulai berkeluh kesah, namun tak butuh banyak tenaga. Bukannya Allah lebih dekat dari urat leher kita?  Berkeluh kesah, namun kemudian mensyukuri kenikmatan-kenikmatan yang selama ini luput dari pandangan. Luput untuk disyukuri. Kenikmatan nafsu makan yang baik, apa saja bisa masuk ke dalam perut, ternyata adalah sebuah kenikmatan yang Allah berikan padaku selama ini yang kadang malah kukeluhkan keberadaannya. Apa sih ni perut makan mulu. Mulut kok ngunyah mulu. Dan sebagainya. Padahal ini adalah kenikmatan yang jika dimaksimalkan, bisa mendapatkan keberkahan yang lain.  Rasa tenang mulai mendatangiku. Merasakan umminya lebih tenang, sang bayi juga bisa mulai tenang dan tertidur. Dan tadaa, tiba-tiba semua masalah tadi yang rasanya menghimpit tidak terasa apa-apa. Sebenarnya apa yang kamu keluhkan sih? Lalu, malam itu aku bisa tidur lebi...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik(2)

Lenting cacar air tumbuh di bagian punggung, menghadirkan rasa gatal yang luar biasa. Refleks, kugaruk dan kuletuskan isi air di dalamnya. Masih belum paham, kalau lenting-lenting tersebut tak boleh dipecahkan. Sebab bisa infeksi dan lebih cepat penularannya.  Benar saja, tak lama kemudian beberapa lenting baru bermunculan dan menjalar ke bagian perut. Perpaduan rasa gatal yang tak terkira, pusing, dan lemas bercampur menjadi satu. Belum lagi Nusaibah yang mulai rewel menghadapi ASI seret, sebab tak ada makanan yang bisa masuk ke dalam tubuhku.  Rasanya penyakit ini benar-benar mengujiku dan juga suami.  Puncaknya adalah di malam hari pertama. Ini bukan cerita malam pertama yang menggairahkan, namun malam yang menggatalkan. Nusaibah rewel tak bisa tidur hingga Subuh karena ASI tak mampu memuaskan rasa laparnya. Suami yang sudah terkapar, kecapaian mengurusku dan mengambil alih pekerjaan rumah tangga sejak pagi. Rasa lemas dan juga pegal yang enggan minggat, hingga mengamb...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik (1)

Semasa kecil dulu, setiap mendengar kerabat yang terkena cacar air, yang terbenak dalam pikiranku adalah aku kapan kenanya ya? Bukan berharap bencana tapi yang kuketahui penyakir cacar air hanya diderita sekali seumur hidup. Semakin tua umur seseorang , semakin parah gejalanya. SD, SMP, SMA, hingga kuliahku yang pertama, belum juga kujumpai penyakit ini. Hingga akhirnya bersapa ketika telah merantau jauh ke negeri orang. Tak lagi di bawah perawatan ummi, tapi sudah menjadi seorang ibu. Asal mulanya tak diketahui, tapi dugaanku Nusaibah yang terlebih dahulu terkena virus ini. Ada beberapa bentol di badannya. Tidak banyak, hanya saja jadi sedikit lebih rewel. Selain itu, tidak ada demam atau pun indikasi lainnya. Aku yang tidak punya pengalaman menangani cacar air menganggapnya bentol gigitan tungau, sebab sehari sebelumnya kami sempat tidur di kasur tua yang hanya beralaskan sarung. Beberapa hari kemudian, tubuh terasa pegal dan mudah capek. Pusing juga menyerang tiba-tiba, membuatku...

Ilusi dibalik Seandainya

Terkadang kita ingin kabur dari keadaan sekarang, karena menganggap keadaan yang lain lebih menguntungkan. Dalam kacamata pengalaman pribadi, berada di negeri orang sering kali menaruh kita dalam ilusi. Menciptakan berbagai kemungkinan, seandainya saya berada di kampung halaman. Seandainya saya bisa pulang ke rumah sendiri. Seandainya saya bisa balik ke Indonesia.  Salah satu hal yang paling sering mengguncang ketika kaki baru saja menginjak negeri orang yang punya empat musim : perubahan cuaca. Penduduk tropis Indonesia tidak terbiasa menghadapi panas dan dingin yang cukup ekstrim dalam satu tahun yang sama.  Pengalaman pribadi yang baru saja terjadi adalah shock culture terhadap penanganan medis di Mesir. Urusan admistrasi yang rumit, hingga pelayanan yang kurang memuaskan terjadi ketika ingin memeriksakan buah hati kami setelah terjatuh. Sebagai orang tua yang sedang panik, kami tentu saja berharap pelayanan yang sigap, cepat dan detail. Namun kenyataannya, suster yang menj...

solusi bernama literasi

Merdeka! 76 tahun yang lalu, pejuang-pejuang bangsa berhasil membebaskan belenggu penjajahan dengan gagah berani. Memproklamasikan kemerdekaan, menjadikan Nusantara sebagai negara kesatuan yang berdiri di atas kaki sendiri, menolak dijajah oleh siapa pun. 76 tahun telah berlalu, masih terbilang muda untuk sebuah negara. Namun tak bisa juga dikatakan singkat. Sudah lewat setengah abad sejak pengakuannya sebagai negara yang berdaulat. Apa yang sudah dilalui oleh ibu pertiwi kita ini? Kemiskinan masih menjadi salah satu masalah terbesar di negeri ini. Per Maret 2021, sebanyak 27,54 juta orang warga Indonesia dikategorikan sebagai warga miskin. Ribuan KK di ibukota Jakarta tuna wisma, tak memiliki atap tetap sebagai tempat tinggal. Sementara para oknum berdasi yang terbukti mencuri uang rakyat, difasilitasi tempat tinggal nyaman nan mewah. Judulnya saja penjara, namun kehidupan yang ada nikmat tiada tara. Dalam kurun 76 tahun, apa yang telah berubah dari Indonesia ini? Merdeka hanya label,...

boleh jatuh cinta?

Apakah boleh aku jatuh cinta? Di masa puberku, cinta dan segala turunannya selalu menjadi salah satu hal yang bercokol di kepala. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan sepanjang tahun. Otak sibuk memproses, mencari tahu definisi cinta yang sebenarnya. Sementara hati ternyata tak butuh banyak waktu, degupnya selalu menandai hadirnya 'sang virus merah jambu'. Dulu, otakku selalu merespon negatif degupan sang hati. Ini salah, kamu tidak boleh merasakannya. Jangan jatuh cinta! Bisa sakit jadinya. Ini dilarang agama. Dan berbagai perspektif sesat lainnya. Padahal, agama mana yang melarang cinta? Cinta adalah sebuah fitrah bagi manusia. Ia adalah produk yang bisa mengubah pemabuknya menjadi pujangga. Obat bius yang meredakan rasa sakit, lelah dan kehilangan. Ia mampu mengubah dunia terasa jauh lebih indah. Dan cinta sejati adalah cinta kepada yang abadi. Semua orang punya kenangannya masing-masing ketika jodoh itu akhirnya datang menjemput. Bagiku, jodohku yang datang ke...

Ummi

Setiap memandang Nusaibah di segala kondisinya, selalu kuingat sosok ummiku di rumah nun jauh sana. Ummi pasti melewatkan beberapa momen yang kurasakan juga saat ini. Bisa dibilang hampir semuanya, terlepas dari perbedaan karakter dan cara didik. Merasakan sakitnya kontraksi yang tiada duanya. Mengasuh anak tanpa bantuan sanak saudara. Menjadi seorang ibu di negeri orang, yang iklim, budaya dan adat istiadatnya tentu jauh berbeda dibanding tanah air. Kurang tidur sebab anak rewel tengah malam, bingung dalam menghadapi perkembangan anak, dan masih banyak lagi bukti cintanya yang tak lekang oleh waktu. Hingga detik ini. Ummi bahkan melaluinya dalam versi yang lebih berat, dibandingkan aku yang belum setahun menyemat gelar ibu. Mendidik tiga orang anak, kehilangan bayi di saat masih lucu-lucunya. Kemudian terus bertahan, menjalani peran sebagai ibu sekaligus tulang punggung keluarga selama bertahun-tahun. Mengesampingkan segala ego untuk anak-anaknya yang kadang masih suka mementingkan e...

Perjuangan Nusaibah

Senja itu, kembali buku-buku sejarah mengelilingi diriku. Kubuka lembaran salah seorang sahabat yang mulia. Tertulis tentangnya, seorang pejuang sejati, sahabat jalilah, dengan agama yang kuat, keshalihan yang utuh, perjuangan tanpa henti, dan bertopang pada dirinya sendiri. Bagaimana beliau di umur belianya, sudah begitu mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.  Di tengah masyarakat yang sama sekali belum mengenal Islam. Beratus kilo meter rentang jarak yang memisahkannya. Dan ketika pertemuan itu terjadi, beliau selalu menjadi orang nomor satu dalam mendukung Nabi. Keluarganya ia wakafkan untuk kepentingan ummat. Namanya selalu dikenal sebagai pahlawan perang. Dan dia adalah seorang perempuan.  Beliau bernama Nusaibah Bintu Ka’ab atau biasa disapa Ummu Imaroh. Seorang wanita dari bani Najjar, suku Khazraj. Ketika hanya segelintir manusia yang mengenal dan beriman kepada Rasulullah di kota bernama Yastrib saat itu, Allah menakdirkan wanita ini menjadi salah satu pen...

Keteladanan Kepimpinan Dzulkarnain 2

3. Memperhatikan kondisi rakyatnya, dan tidak asal menggugurkan kewajibannya sebagai pemimpin.  Sebagaimana yang beliau lakukan ketika rakyatnya meminta agar dibangunkan tembok yang besar untuk menghalangi mereka dari Ya’juj dan Ma’juj. Maka beliau melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya hingga terbangunlah tembok yang sangat besar dan tinggi, bahkan diriwayatkan bahwa tak ada bangunan di muka bumi ini yang lebih kuat dibandingkan bangunan tersebut.  4. Tidak tamak terhadap harta dunia.  Ketika ditawarkan kepadanya upah untuk membangun tembok, beliau menolak dan mengharapkan balasan dari sisi Allah.  ﴿ قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا قَالَ مَا مَكَّنِّيْ فِيْهِ رَبِّيْ خَيْرٌ فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ۙ ﴾ “Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat ker...

Keteladan Kepemimpinan Dzulkarnain

Di dalam kisah Dzulqarnain terdapat ibrah yang bisa kita ambil, terutama untuk para pemimpin. Di antaranya ialah :  1. Menjadi raja shalih yang beriman. Dzulqarnain merupakan seorang raja yang diberi kekuasaan di Timur dan Barat, namun beliau tidak menyekutukan Allah atas jabatan yang ia dapatkan. Beliau menyandarkan segala sesuatu yang ia dapatkan kepada Allah dan akan kembali kepada Allah.  2. Merupakan raja adil yang memperlakukan setiap orang dalam kedudukannya.  Allah mengisahkan perjalanannya :  ﴿ حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا قَالَ اَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهٗ ثُمَّ يُرَدُّ اِلٰى رَبِّهٖ فَيُعَذِّبُهٗ عَذَابًا نُّكْرًا وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ ﴾ “Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahar...

Krisis Keteladanan

Salah satu krisis terbesar yang melanda dunia ini adalah krisis keteladanan.  Akibat yang ditimbulkan lebih besar dibanding krisis air, makanan, dan lain-lain. Manusia di era milenial, khususnya para pemuda penerus bangsa merasa bingung menentukan teladan yang bisa menjadi panutan dalam hidupnya. Mereka menjadikan superhero buatan manusia menjadi rujukan, berkhayal agar memiliki kekuatan super agar bisa berbuat kebaikan. Padahal jika kita mempelajari kembali, Allah telah mencantumkan banyak sekali kisah dalam sejarah yang bisa menjadi teladan bagi kita semua. Para nabi dan rasul yang diabadikan oleh sejarah, bisa menjadi role model bagi remaja generasi masa kini yang membutuhkan teladan. Selain itu, begitu banyak kisah hamba Allah yang bisa dijadikan contoh. Salah satu keteladan pemimpin yang bisa kita ambil contoh ialah, kisah Dzulqarnain di dalam Al-Quran.   Allah berfirman :  ﴿ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنْ ذِى الْقَرْنَيْنِۗ قُلْ سَاَتْلُوْا عَلَيْكُمْ مِّنْهُ ذِكْرًا ۗ اِنّ...

Kisah Saba 3

Dua kebun itu sangat luas dan terletak di hamparan lembah antara dua gunung di Ma’rib. Subur tanahnya, sehingga menghasilkan bermacam-macam buah. Di antarnya, mengalir air yang kemudian mereka bangun bangunan yang menjadikan air tersebut dapat naik ke atas (diriwayatkan bahwa ia semacam bendungan) dan menjadi sumber penghidupan kebun tersebut. Kebun tersebut sangat subur, hingga diriwayatkan oleh Qotadah bahwa jika seorang wanita masuk ke dalam kebun dan di atasnya keranjang, maka akan penuh keranjang itu oleh buah yang jatuh karena telah matang. Dan di negeri mereka tak ditemukan jenis-jenis hama, serangga, maupun binatang yang merusak. Dengan kenikmatan yang mereka dapatkan, Allah memerintahkan mereka sebagaimana dalam firman-Nya :   “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS. Saba, 34 :15)  Qotadah -Rahimahullah- berkata, “Rabb kali...

kisah saba 2

Saba’ sendiri merupakan nama seorang pria dari bangsa Arab. Sebagaimana dalam hadits Farwah bin Musaik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ditanya oleh seorang laki-laki, “Ya Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang Saba’. Apakah Saba’ itu? Apakah dia itu (nama) suatu tempat ataukah (nama) wanita?” Rasulullah menjawab,  ليس بأرض ولا امرأة ولكنه رجل ولد عشرة من العرب, فتييامن ستة وتشاءم أربعة. “Ia bukanlah (nama) suatu tempat dan bukan (pula nama) wanita, tetapi dia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepuluh anak dari bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan empat orang menempati wilayah Syam.” (HR. Abu Dawud, no. 3988) Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhumaa terdapat tambahan, “Adapun yang menempati Yaman, mereka adalah : Madzhij, Kindah, Al-Azd, Al-Asy’ariyun, Anmar dan Himyar. Adapun yang menempati Syam, mereka adalah : Lakhm, Judzam, Amilah, dan Ghassan.” (HR. Ahmad no. 316) Pada zamannya kerajaan Saba’ terkenal dengan kekuata...

Kisah Saba 1

Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan),  “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.  Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. Dan Kami jadikan antara mereka (penduduk Saba’) dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam), beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang har...

Kabar Gembira

Beberapa hari terakhir, mahasiswa Al-Azhar disibukkan oleh rentetan ujian termin dua. Sebagai penentu kelulusan satu-satunya, belajar menjadi kegiatan yang sering ditemui di hari-hari ini. Ujian terakhirku adalah maddah Al-Quran. Hari Senin secara tulis, lalu Rabu lusanya secara lisan alias tanya jawab langsung.  Setiap kali hafalan Al-Quran harus diujikan, disitu pula tadabbur bisa dilakukan. Bagaimana tidak, mengulang-ulang ayat yang sama berkali-kali agar bisa terhafalkan. Rugi sekali jika tak ada hikmah satu pun yang nyangkut dan bisa mengingatkan dalam kehidupan ini.  Salah satu ayat yang kubaca lamat-lamat, adalah ayat dalam surah kedua dalam Al-Qur'an, Al-Baqarah. Ayat tersebut mengabarkan bahwa Allah akan menguji dengan ketakuan, kelaparan, dan kekurangan.  Inikah yang sedang dirasakan oleh saudara-saudara kita di Palestina? Di Suriah? Di Rohingya? Diuji oleh Allah dengan tiga jenis sekaligus, berusaha bertahan dalam keimanan di tengah bom yang meledak-ledak....

lupa

Membaca kembali helai demi helai kertas buku diary yang kupunya, selalu memberikan arti sendiri. Hai, aku masih di sini, di negeri para anbiya. Mendengar kicauan burung di langit, dan gonggongan anjing di pagi hari. Mendengar sayup-sayup rasa hangat yang menyapa melalui celah jendela yang sempit. Panas, dingin, lalu kembali musim panas. Begitu saja, mempertanyakan pencapaian apa yang telah didapatkan setelah merasakan berbagai selang-seling musim di negeri orang. Beginikah perasaan jiwa-jiwa pencari jati diri? Selalu merasa gelisah menentukan arah, mencari jalan yang pulang untuk sebuah akhir yang baik.  Tidak. Saat ini aku tak membahas tentang waktu dan apa-apa yang berkaitan dengannya. Walaupun membaca lembaran-lembaran kisah yang terekam selalu mengingatkanku tentangnya. Namun, sebagiamana ia mengingatkan tentang waktu, ia juga mengingatkan diriku untuk tak lupa bersyukur.  Keluh kesah, kesedihan, dan kegelisahan begitu banyak tertuang pada ujung-ujung pena yang sudah menge...

Just Do It

Bingung harus gimana lagi?  Yang harus kamu lakukan, hanya lakukan saja terus!  Hai, khususnya kalian para pejuang penghafal Al-Qur'an. Hafalan yang melekat dalam hati-hati manusia adalah bagian dari kehendak Allah. Sebagaimana pun usaha yang diperbuat, itu terserah Allah. Sesungguhnya Allah sangat mampu menjadikan hamba-Nya hafal, dan juga sebaliknya. Tapi Allah melihat usaha hamba-Nya. Sebuah proses jatuh bangun tuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam hal ini menghafal Al-Qur'an.  Seimbangkan saja semuanya. Jangan menzhalimi diri sendiri. Tahu apa arti zholim? Menaruh sesuatu tidak pada tempatnya. Membiarkan tubuh berteriak meminta jatah istirahat. Atau perut keroncongan hingga lemas tak berdaya. Jangan terlalu tergesa dalam mendaki, apalagi jika gunungnya tinggi dan curam. Salah-salah, bisa jatuh tergelincir. Lalu menyerah dan memilih mundur karena tak tahu harus mulai dari mana lagi.  Ingat, tuhanmu adalah Allah. Dzat yang Maha Mampu dan Memampukan. Terus memi...

Waktu

"Wal 'Asr. Demi waktu." (QS. Al-Asr ayat 1)  Kalian tahu? Ketika Allah menyisipkan salah satu makhluknya sebagai sumpah, maka kita harus memperhatikannya. Sedangkan di dalam Al-Qur'an, Allah bersumpah menggunakan satuan waktu bukan hanya sekali. Wal 'Asr, demi waktu. Waddhuhaa, demi waktu dhuha. Wal fajr, demi waktu subuh. Dan seterusnya.  Hal ini mengaskan butuhnya perhatian kita terhadap sang waktu, yang tak pernah berhenti walau seperseribu detik pun. Tak ada kata nanti bagi mereka yang telah tiba waktunya. Waktu kan terus melangkah. Ia takkan pernah berhenti sejenak menengok, memastikan keberadaan kita. Walau speaker terbesar digunakan untuk memanggilnya kembali. Kalian tahu? Allah melanjutkan firman-Nya setelah bersumpah atas nama waktu, kita benar-benar dalam kerugian. Menggunakan huruf lam, 'lafii khusrin'. Penggunaan huruf lam dalam bahasa Arab adalah untuk menegaskan, kalimat penegasan bahwa kita benar-benar akan merugi jika menyia-nyiakan sang ke...

Jadi Baik

A : Bolehkah aku membalas rasa sakitku?⁣ ⁣ B : Segitu dalamnya kah ia melukaimu?⁣ ⁣ A : Bukankah membalas rasa hatiku juga termasuk bagian dari qisas? Bahkan pujangga selalu mengulang-ulang, sakit hati bisa lebih perih dibanding irisan pisau di kulit.⁣ ⁣ B : Bisa jadi. Tapi tidakkah kamu ingin menjadi bagian dari mereka yang disebut di dalam Al-Qur'an, dan mendapat keutamaan memaafkan orang lain? Alih-alih memilih untuk memberi qisas. Mencontoh nabi itu hal yang baik loh.⁣ ⁣ A : Tapi aku bukan nabi. Bukan pula seorang shalih, apalagi ulama. Tingkat keimananku belum mencapai titik itu. ⁣ ⁣ B : Bukan. Bukan itu alasan bagi kamu untuk berkata tidak bisa. Karena berbuat baik adalah pilihan. Memaafkan adalah sebuah pilihan. Dengannya kita bisa menjadi orang baik, bukan sebaliknya. Menunggu menjadi orang baik agar mulai berbuat kebaikan. Allah akan menjadikan mu sesuai dengan apa yang engkau perbuat. ⁣ ⁣ A : Apakah aku bisa jadi orang baik? Apakah aku bisa mengubah diriku sendiri?⁣ ⁣ B :...

Dibalik Sederet Nilai

Gambar
Dibalik sederet nilai ini, ada jiwa suami yang selalu pengertian. Tak menuntut banyak atas pelayanan yang harus kuberikan. Alih-alih protes, tugas-tugas rumah tangga diambil alih olehnya. Rumah berantakan pun tak jadi bahan perdebatan yang memancing emosi. Gerutuan sang istri pun dihadapinya dengan selusin senyuman.  Dibalik sederet nilai ini, ada kepekaan yang berarti besar pada setiap detik kehidupan. Tahu ketika tubuh mulai lelah dan butuh istirahat. Paham akan kekhawatiran sang pelajar yang juga harus membersamai buah hati untuk pertama kalinya. Hadiah-hadiah kecil menjadi hiburan yang tak ternilai harganya.  Dibalik sederet nilai ini, ada perjuangan seorang suami yang selalu dikerahkan untuk keluarga kecilnya. Walau sama-sama berjuang bersama tumpukan kertas dan pena, mengais rezeki masih tetap jalan di sela waktu luang. Letih dan lelah raga menjadi kudapan sehari-hari, demi mendapatkan sesuap nasi tuk dimakan esok.  Dibalik sederet nilai ini, tak terhitu...

Hai Diriku

Halo, Zuhdina Gazali.  Kamu hebat.  Kamu ibu yang hebat, dan juga istri yang baik. Terima kasih sudah berjuang sejauh ini.  Terima kasih sudah terus mendampingi kekasihmu, terus berusaha menyenangkan hatinya. Kamu sudah berjuang. Hanya saja, terkadang ada banyak perbedaan, bukan? Kamu perempuan dan dia laki-laki. Kamu yang didominasi oleh perasaan, sesering bagaimana pun dulu logikamu digunakan. Sedangkan suamimu adalah laki-laki yang mengandalkan akal, walaupun ia terlihat 'berperasaan' jika dibanding laki-laki lain. Tetap saja dia laki-laki.  Kamu sudah punya niat yang baik, ingin membahagiakannya. Ingin mendapatkan ridhanya, menjalankan titah Rabbmu. Jangan merasa bersalah jika melakukan sedikit kesalahan. Jangan terpuruk dalam setiap kekurangan, manjakan suamimu dengan kelebihan yang kau punya.  Terima kasih sudah berjuang melahirkan di tempat yang jauh dari sanak saudara, bertahan walau rasanya berbeda. Terus bertumbuh, menjadi pribadi yang lebih baik dari ...

Penjajahan dalam Amanat Konstitusi

Bagiku, pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dibaca setiap minggu pada masa-masa sekolah dulu ternyata masih sekedar tulisan di atas kertas. Butuh perenungan yang lebih dalam atas apa yang pejuang pikirkan, sehingga setiap maknanya bisa masuk dan bukan sekedar kata-kata yang diucapkan lantang setiap hari Senin. Bukan sekedar kalimat formalitas yang dibacakan dalam upacara-upacara.⁣ ⁣ Dalam aline pertama, dituliskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dan oleh karena itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Bukankah jika ditelaah lebih dalam, setiap katanya mengandung makna yang berarti? Bahwa Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Bahwa Indonesia tidak menyetujui adanya penjajahan dalam bentuk apa pun di muka bumi ini. ⁣ ⁣ Bahkan di alinea terakhir, pembukaan undang-undang dasar menegaskan bahwa ia akan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian ab...

Apa yang Salah?

Beberapa hari terakhir, beban yang ada pada pundak lebih terasa dibanding biasanya. Mood sering kali turun drastis, jasad jadi tak ingin melakukan apa-apa. Amanah yang diberikan   terasa mengejar-ngejar kemana pun diriku pergi. Ingin lari darinya, tapi tak bisa.  Bahkan, menulis pun terasa sangat berat. Berkali-kali, komitmen menulis yang kubangun ingin kuruntuhkan begitu saja. Padahal sudah lebih dari setengah jalan. Rasanya lelah, ingin beristirahat.  Beban-beban itu seakan-akan berbicara padaku. Sudahlah, menyerah saja. Toh, keluargamu butuh perhatianmu. Sekarang juga masa pancaroba. Suhu yang sebelumnya rendah tiba-tiba naik hingga empat puluh detajat, lalu turun lagi sesuka hati. Cuaca ekstrim di Mesir ini bisa membuatmu tumbang sakit, jadi jaga kesehatan saja dulu. Berhenti saja dulu.  Padahal baru seminggu Ramadhan menyapa.  Ah, bukan baru seminggu. Tapi telah lewat seminggu. Berapa banyak keberkahan yang telah kulewatkan, sementara waktu bergulir ta...

Pentingnya Persiapan

Kita selalu membutuhkan persiapan untuk setiap rencana yang akan dilakukan. Sebab, persiapan yang matang akan membantu melancarkan aksi serta meminimalisir resiko yang bisa saja terjadi.  Bagiku, persiapan yang paling penting dan lama adalah persiapan untuk menikah. Khususnya, ketika diriku  akan menikah dalam keadaan menuntut ilmu di negeri orang lain. Belajar lebih dalam mengenai persiapan finansial, adaptasi di negeri orang, dan yang paling penting, belajar tentang kehidupan pernikahan agar bisa menjadi keluarga yang sakinah mawadaah warahmah.  Ada amanah yang besar dalam ibadah terlama ini. Berusaha saling menjaga satu sama lain agar tak tergelincir ke dalam perbuatan dosa. Memenuhi seluruh hak-hak yang sudah ditentukan oleh agama. Dan juga mengasuh anak, yang merupakan titipan dari sang Pemilik Semesta.  Berada dalam fase kuliah dan menikah tentu bukan perakara yang remeh. Sang suami akan merasa bertanggungjawab atas keluarga kecilnya dan berjuang mencari nafka...

Hanya sebuah cerita

Suatu malam, dalam acara pillow talk suami istri di sudut kota Nasr City.  W : Kesan pertama pas nazhor sama aku gimana, yang?  P : Gimana ya? Ga jelas.  W : Ha? Ga jelas gimana?  P : Yaa, ga jelas. Wong pas minta dibukain cadar kamunya nunduk-nunduk malu. Kalau ngga nunduk, balik kanan sambil nutupin wajah.  W : Loh? Jadi apa yang ketangkep dong?  P : Hmm.. Ga jelas. Ga kelihatan lengkap, cuma pipi sama mata aja. Yang aku tangkap juga kayaknya waktu itu kamu sedikit gemukan.  W : Tapi kok waktu itu kamu bilang 'cukup' pas ditanya, ga minta tambah waktu? P : Yah, aku kan juga malu lah kalau mau lama-lama. W : Nekat kamu. Kalau ternyata aku beneran gemuk, terus butek dan jerawatan gimana? Nanti nyesel di akhir kan. P : Tapi buktinya aku dapatkan kamu bersinar memesona sejak malam pertama.  W : Yaaah, beneran yaang. ((Sambil menyembunyikan pipi yang bersemu merah)) P : Tuh kan, ada yang klepek-klepek digodain. Sampai merahlah pipinya ((pakai nada la...

Diingat Seperti Apa?

Malam hari tiba, namun mata belum mau diajak terpejam. Pikiran demi pikiran berkecamuk, silih berganti menduduki pikiran. Lalu, merenung sejenak. Bahwa seluruh manusia di muka bumi ini memiliki siklus yang sama. Lahir, dibesarkan sebagai bayi, lalu anak-anak, kemudian mengenyam pendidikan hingga tingkat tertentu, bekerja, menikah, menua, kemudian mati. Hanya saja, tidak semua manusia melalui semua siklus. Ada yang lahir, lalu mati. Ada yang sempat mengenyam pendidikan. Ada yang Allah panjangkan umurnya, lalu ia menutup usia di masa tua. Tak ada yang tahu kapan ajal 'kan menyapa, dan itu sebenarnya bukan hal yang penting tuk direnungkan. Ada pertanyaan penting yang harus kita jawab kelak, ketika Allah memanggil kita pulang.  Berapa banyak tangisan ketika ia dikuburkan? Berapa banyak hati yang mengingat namanya? Berapa banyak jiwa yang termanfaatkan karenanya? Dan yang terpenting, sudahkah kita menutup usia dengan sebaik-baiknya? Kita umat manusia diciptakan dan ditempatkan d...

decluttering : bukan bersih-bersih biasa

Ada yang pernah dengar istilah decluttering? Decluttering memiliki arti 'remove unecessary items from an untidy or overcrowded place'  atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai menyingkirkan barang-barang yang tidak dibutuhkan dari tempat yang tidak rapi dan penuh sesak. Jadi, ia adalah proses membuang barang da n hanya menyimpan barang-barang yang dibutuhkan. Bagaimana prosesnya? Decluttering pada dasarnya adalah menyortir barang yang akan disimpan. Bukan sekedar menata barang di tempatnya semula, atau pun bersih-bersih biasa. Kita bisa mengelompokkan barang yang sudah tidak digunakan menjadi dua. Jika layak, bisa disumbangkan atau dihadiahkan kepada orang lain. Jika tidak layak, maka didaur ulang agar bisa digunakan kembali. Misalnya membuat keset kaki dari baju-baju yang sudah tak layak pakai. Dari pada disimpan menumpuk di lemari, iya kan? Dengan melakukan decluttering secara berkala, kita bisa sadar akan kondisi barang yang kita punya. Selain itu, ia juga mend...

Buku 'Janji'

Tere liye dengan gaya khasnya kembali menerbitkan sebuah buku yang benar-benar mengandung banyak sekali hikmah dan manfaat. 'Janji', sebuah judul kata yang mengandung banyak sekali makna.  Setelah Tere Liye membuatku berpikir siang malam dengan bukunya 'Rembulan Tenggelam di Wajahmu' kali ini ia juga membuatku begadang semalam suntuk membaca buku 'Janji' 925 halamannya. Mengapa 925 hal? Karena ia adalah ebook yang dujual di google playstore. Tidak membutuhkan biaya tambahan untuk cetak, serta biaya ongkir. Tapi tetap saja, buku 925 halaman ini bukan hal yang remeh. Dka dibuat dengan penuh riset dan pemahaman, khas seorang Tere Liye. Buku yang membuat berpikir, sebenarnya apa tujuan hidup kita di dunia? Sampai dimana keyakinan kita terhadap Allah. Banyak sekali ayat demi ayat, serta hadits yang menceritakan kebaikan yang banyak. Sedangkan Bahar, tokoh dalam buku ini hanya melakukan sebagian kecil. Ia bahkan digambarkan sebagai seorang pemabuk  Namun ia mendapat k...

Selemah-Lemahnya Bayi

Pernahkah kalian perhatikan para bayi? Mereka sebenarnya makhluk yang sangat lemah. Tak punya daya bagi siapa pun yang punya niat jahat padanya. Ia tak akan mampu melawan, jika ada yang akan membuangnya misalnya. Tak ada hak memilih, untuk memakai baju tertentu atau makan makanan yang diinginkannya. ⁣ ⁣ Namun bersamaan dengan itu, Allah menanamkan rasa cinta yang teramat besar pada dada setiap ibu. Rasa cinta yang tak ada tandingannya. Fitrah untuk terus melindunginya dari segala marabahaya, yang bahkan nyawa jadi taruhannya. Sejak bayi masih berupa janin dalam kandungan, hingga tumbuh besar menjadi dewasa. Tak ada yang bisa menandingi rasa kasih yang setiap ibu punya.⁣ ⁣ Selain itu, Allah menjadikan tangisnya sebagai penopang hidupnya. Suaranya meyayat hati para pendengarnya. Siapa pun yang mendengar tangisan bayi akan merasa sedih dan ikut kasihan. Berusaha mencari tahu dan membantu menyelesaikan masalah yang ada. ⁣ ⁣ Allah menjadikan tawanya menyenangkan semua pemandangnya. Sangat j...