Imam Nawawi dan Karyanya yang Tak Lekang Oleh Zaman

Mungkin nama imam Nawawi tidak asing lagi di telinga sebagian orang, khususnya mereka yang pernah mengenyam bangku pondok. Ya, beliau adalah pengarang kitab yang sering digunakan dalam mempelajari Islam khususnya ilmu hadis, seperti Riyadush Sholihin dan Arba'un Nawawi. 

Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk! 
Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Mahyuddin Yahya bin Syaraf bin Murii An-Nawawi Ad-Dimasyqi. Lahir di Nawa, Suriah pada tahun 631 H atau tahun 1233 M. Salah seorang ulama yang 'abadi' melalui karya-karyanya sampai hari ini. 

Tahukah kamu? 
Imam Nawawi adalah salah satu ulama yang terkenal produktif, menuliskan banyak sekali karya dalam hidupnya di usianya yang singkat.  

Buku yang dihasilkan bukan sekedar tulisan di atas kertas, namun menjadi kitab rujukan hingga kini. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, sedang isinya bukan ecek-ecek. Hal-hal terpenting dari yang penting-penting terangkum dalam bukunya. 

Sebut saja, 
- Syarh Muslim
- al-Roudhoh
- Riyadh al-Sholihin
- Arba'aun Nawawiyah. 
dan masih banyak lagi. 

Diriwayatkan bahwa total karya yang dihasilkan jika dibagi jumlah umurnya, maka rata-rata beliau menuliskan dua buku per hari. Padahal beliau baru mulai menulis di umurnya 18 tahun, maka bayangkan sebanyak apa yang telah ditulis! 

Tapi nggak semuanya sampai pada kita. Sebab, ada lebih dari sepuluh buku yang belum selesai dan masih dalam proses penulisan ketika Allah mewafatkan beliau. Dan ada ribuan halaman buku yang beliau perintahkan untuk dimusnahkan, antara lain karena khawatir tidak ikhlas saat menulis, merasa tulisan tersebut belum matang, dan tidak ada waktu untuk mengecek ulang.

Salah seorang muridnya yang setia, Ibnu al-Athor, bercerita tentang hal ini. ''Pernah sekali Syekh Imam Nawawi meminta saya menjual kertas-kertas--jumlahnya sekitar seribu-an kertas--yang berisi tulisan-tulisan beliau. Namun, kemudian malah menyuruh saya menghapus tulisan yang ada di kertas-kertas tadi. Dan, saya takut jika tak melakukan perintahnya. Maka, saya pun harus taat. Namun, sekarang saya menyesal,'' jelas Ibnu Al-Athor.

Imam Nawawi yang sangat menjaga dirinya dari hal-hal yang bersifat dunia dan rendah hati kendati ilmunya yang melimpah. Beliau meninggal dunia ketika berumur 45 tahun. Walaupun umur beliau relatif muda tetapi tulisannya sangat luar biasa. Karyanya selalu dikaji sepanjang masa. 

Kira-kira, apa rahasia imam Nawawi sehingga bisa menghasilkan karya yang tak lekang dimakan zaman? Mari kita lihat! 

1. Menentukan dan fokus pada tujuan. 
Ketika kita sudah menentukan tujuan yang jelas, maka ombak dan badai takkan jadi penghalang. Setiap rasa lelah dan bosan menyergap, kembali ingat tujuan awal. Ia akan jadi bahan bakar yang mendorong agar terus melaju. 

2. Selalu haus menambah value diri. 
Karya yang istimewa tak lepas dari ilmu yang bermanfaat. Bahkan walau buku yang kita tulis adalah karangan fiksi, ia akan berbobot jika dilakukan riset dulu sebelumnya. Maka jangan berpuas diri, dan terus isi diri kita dengan hal-hal positif. 

3. Rendah hati dan tidak sombong. 
Ketika sudah menghasilkan karya, tetap rendah hati dan tidak merendahkan orang lain. Menjaga hati agar tidak sombong 

4. Bertanggung jawab
Manusia memang memiliki hak bebas melakukan apa pun, namun harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuat. Imam Nawawi rela menghapus ribuan lembar buku yang ditulisnya karena merasa bertanggung jawab terhadap isinya. 

5. Semangat berbagi. 
Kalau lah imam Nawawi dan para pakar ilmu lainnya menyimpan apa yang diketahuinya untuk diri sendiri saja, maka takkan sampai karya-karya mereka pada kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh