Gedung Biru, Garis Start Kami (2)
Ternyata tiga dari kami mendapatkan jenjang mutaqoddim awwal, jenjang kelima dari total tujuh jenjang yang harus diikuti. Tiga lainnya mendapat jenjang mutawassith tsani, atau jenjang keempat. Sehingga totalnya ada tiga jenjang yang kami lewati bertiga bersama dalam kurun waktu kurang dari empat bulan.
Mutaqoddim awwal kami lewatkan bersama duktur Sayyid Kholid yang bersemangat serta ustadz Mahmud yang santai dan suka melucu. Hafidzhahumallah. Jenjang berikutnya, mutaqoddim tsani kembali bersama duktur Sayyid Kholid beserta ustadzah Samah. Jenjang terakhir hanya menghabiskan waktu yang singkat, bernama mutamayyiz bersama ust Khalid Qomar dan ustadzah Jihan Hafidzhahumallah.
Dalam waktu kurang lebih empat bulan inilah kami kembali berkutat bersama bahada. Menumpas rasa sombong yang terkadang menyelinap, menganggap diri mampu karena sudah mondok dua tahun sebelumnya di Indonesia. Ya, ilmu selalu ajaib. Selalu membiarkan dirinya terkejar, namun tak mengizinkan peminangnya agar bisa memiliki seutuhnya. Butuh pengorbanan dan waktu yang banyak, untuk kemudian menyadari kalau kita belum tahu apa-apa.
Kata orang, mempelajari bahasa suatu negara tak bisa lepas dari mempelajari kultur negaranya juga. Terutama ketika kita belajar langsung pada orang yang mendalaminya, di negara mayoritas berbicara dengannya. Bagaimana pun dalamnya kami mempelajari bahasa Arab di tanah air, akan terasa jelas berbeda jika mempelajarinya langsung. Ada cita rasa bahasa yang tak bisa diungkapkan kecuali dengan melihat langsung. Beberapa lika-liku siroh kehidupan Rasulullah yang sebelumnya masih berupa bayang, dipahamkan padaku di sini.
Bersambung...
#30dwc #30dwcjilid32
Komentar
Posting Komentar