Cantik, Cacar Bintik-Bintik (3)
Mengapa tidak langsung saja aku mengeluh kepada Allah yang tak pernah tidur?
Maka kuletakkan kembali gawaiku dan kutenangkan perasaanku. Mulai berkeluh kesah, namun tak butuh banyak tenaga. Bukannya Allah lebih dekat dari urat leher kita?
Berkeluh kesah, namun kemudian mensyukuri kenikmatan-kenikmatan yang selama ini luput dari pandangan. Luput untuk disyukuri. Kenikmatan nafsu makan yang baik, apa saja bisa masuk ke dalam perut, ternyata adalah sebuah kenikmatan yang Allah berikan padaku selama ini yang kadang malah kukeluhkan keberadaannya. Apa sih ni perut makan mulu. Mulut kok ngunyah mulu. Dan sebagainya. Padahal ini adalah kenikmatan yang jika dimaksimalkan, bisa mendapatkan keberkahan yang lain.
Rasa tenang mulai mendatangiku. Merasakan umminya lebih tenang, sang bayi juga bisa mulai tenang dan tertidur. Dan tadaa, tiba-tiba semua masalah tadi yang rasanya menghimpit tidak terasa apa-apa. Sebenarnya apa yang kamu keluhkan sih? Lalu, malam itu aku bisa tidur lebih nyenyak. Malam itu, Nusaibah pun bisa tidur tanpa rewel. Dan rasa nyaman itu hadir di pagi hari, memanggil rasa syukur untuk terus bersemayam di dalam hati.
Tapi ternyata kejutan Allah tak hanya sampai disitu. Allah menyiapkan kejutan-kejutan lain yang membuatku merasa, wow, inikah janji Allah? Ketika kita hanya berkeluh kesah hanya kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, betapa apiknya Allah mengatur skenario yang membuat hati terasa berbunga-bunga.
Bersambung...
#30dwc #30dwcjilid32
Komentar
Posting Komentar