Ummi

Setiap memandang Nusaibah di segala kondisinya, selalu kuingat sosok ummiku di rumah nun jauh sana. Ummi pasti melewatkan beberapa momen yang kurasakan juga saat ini. Bisa dibilang hampir semuanya, terlepas dari perbedaan karakter dan cara didik. Merasakan sakitnya kontraksi yang tiada duanya. Mengasuh anak tanpa bantuan sanak saudara. Menjadi seorang ibu di negeri orang, yang iklim, budaya dan adat istiadatnya tentu jauh berbeda dibanding tanah air. Kurang tidur sebab anak rewel tengah malam, bingung dalam menghadapi perkembangan anak, dan masih banyak lagi bukti cintanya yang tak lekang oleh waktu. Hingga detik ini.

Ummi bahkan melaluinya dalam versi yang lebih berat, dibandingkan aku yang belum setahun menyemat gelar ibu. Mendidik tiga orang anak, kehilangan bayi di saat masih lucu-lucunya. Kemudian terus bertahan, menjalani peran sebagai ibu sekaligus tulang punggung keluarga selama bertahun-tahun. Mengesampingkan segala ego untuk anak-anaknya yang kadang masih suka mementingkan ego masing-masing.

Sering kali kupandang anakku lamat-lamat. Anak perempuan pertamaku, yang kelak akan menjadi istri orang lain. Mengurus makan suaminya, melayani kebutuhannya. Kelak, ayah dan ibunya tak lagi menjadi prioritas utamanya. Lalu kubayangkan ummi yang pernah di posisiku, menimang-nimang bayinya hingga tertidur. Mengajak main balitanya hingga terbahak. Mendedikasikan 24 jam waktunya untuk keluarga, mengisi ulang stok sabar terus dan terus dalam mendidik anak-anaknya.

Lalu ketika semuanya telah mapan dan bisa berdiri di atas kaki sendiri, masing-masing pergi berbahagia bersama pasangan barunya. Hingga kadang luput menjadikannya sebagai prioritas. Seakan lupa perjuangan dan pengorbanan yang harus dilalui hingga saat ini.

Ummi, terima kasih. Ummi berhasil menjadi sosok ibu teladan sekaligus sahabat bagi putri bungsunya. Walaupun sekarang terpisah dua benua, 10.124 km jauhnya. Di tengah kemajuan teknologi, tetap saja bertatap muka langsung adalah suatu hal yang sulit. Maafkan putri bungsumu yang kadang lalai dalam baktinya padamu.

Ya Allah, hamba mohon. Ampunilah ummi, kedua orang tuaku, dan orang tua suamiku. Sayangilah mereka ya Allah, sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kecil kami.

Cairo, 26 Juni 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh