Gedung Biru Itu.. (7) : Wanita Bernama Monica

Wanita Itu Bernama Monica

Di gedung biru itu, aku sempat duduk di sebelah seorang muallaf berkebangsaan Portugis. Bahasa Arabnya lumayan lancar, memungkinkanku bercakap dengannya. Monica namanya, datang ke Mesir seorang diri dan tinggal sendiri. Ia memiliki komunitas sesama perantau dari Eropa, kebanyakan orang-orang Spanyol. Monica sangat rajin belajar, catatannya banyak dan rapi. Tujuannya ke Mesir memang untuk mempelajari Islam sekaligus bahasa pengantarnya, bahasa Arab. 

Pernah sekaki ia bercerita tentang keadaan Islam di daerah asalnya. Menjadi seorang muslim, berarti menjadi minoritas. Pemeluknya bisa dihitung, sehingga akses belajar pun sangat kurang. Di awal keislamannya, ia mencoba belajar dari buku-buku terjemahan bahasanya. Namun referensi yang tersedia sangat amat terbatas, sedang bahasanya sering rancu dan tidak mudah dimengerti. Karena itulah ia sangat semangat belajar bahasa Arab. 

Ia bercita-cita menjadi seorang pengajar yang bisa mengajarkan agama Islam dengan baik. Menyampaikannya kepada keluarga, kerabat dan teman-teman bahwa Islam adalah agama yang indah. Terutama kepada kedua orang tuanya, dia benar-benar kesulitan menjelaskan agama yang ia peluk saat ini disebabkan keterbatasan ilmunya. 

Setelah pertemuan singkat kami selama kurang lebih dua bulan, kami berhasil menyelesaikan jenjang mutaqoddim awwal. Kelas dibagikan secara acak, lalu aku tak bertemu dengannya lagi hingga kini. Percakapan kami tidak banyak, hanya di waktu-waktu jeda antar pelajaran yang berlangsung lima menit. Aku menyesal tak sempat bertukar nomor telpon, hingga kini aku tak tahu kabarnya lagi. 

Ah, mungkin juga aku hanya seorang kepo yang mampir sebentar di kehidupannya. Tidak terlalu berarti. 

Bersambung... 

#30dwc #30dwcjilid32

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh