Update Bab 8
[Temui aku di pantai, tempat kita duduk tadi]
Ryan menerima pesan itu ketika fajar sebentar lagi menyingsing. Pikiran yang terus mengkhawatirkan sang pacar membuatnya tak bisa memejamkan mata. Wajah panik Eliza dan ekspresi resah sopirnya membuat ia berpikir negatif. Ia berkali-kali menenangkan diri, Eliza pulang bareng abahnya kok. Namun, pesan terakhir yang ia kirim hanya dibaca tanpa ada balasan, membuat pikiran negatif itu terus bermunculan.
Maka begitu balasan itu ia baca empat jam kemudian, ia segera menyambar jaket dan kunci motornya. Memacu kendaraan itu dengan kecepatan maksimal dalam kegelapan malam, ia mengabaikan angin dingin yang berusaha menembus jaket dan mengelus tulang-tulangnya.
Matanya menangkap sosok Eliza duduk di kursi panjang seberang warung bakso, masih dengan hoodie yang sama. Suasana sepanjang pantai kini sangat sepi, sebagian besar warung di gedung ruko pun tertutup rapat. Tersisa segelintir penjual yang sedang bersiap menghidangkan sarapan pagi, warung kopi begadang dan minimarket 24 jam. Suara tawa sekelompok bapak-bapak terdengar dari dalam warung kopi. Eliza kok mau ketemuan di tempat sepi gini, batin Ryan. Setelah memarkirkan motor sembarangan, Ryan segera mendekati sosok itu. Dari jarak lima puluh meter, ia menyadari sandal yang digunakan Eliza berbeda sebelah.
“Eliza…” Ryan menepuk pundak Eliza pelan.
“Kamu gak apa-apa?”
“Aww,” ucap gadis itu refleks, yang langsung mengaktifkan mode khawatir Ryan. Ketika wajah Eliza terlihat, lebam terlihat jelas di pipinya.
“Kamu kenapa?” teriak Ryan panik, beberapa wajah menoleh penasaran.
Eliza merapatkan tudung hoodienya. “Gak papa. Yang penting, ayo kita pergi dari sini.” Sambil menarik ujung lengan baju Ryan, matanya melirik awas kiri dan kanan. Ryan segera menghidupkan motornya–bahkan sedikit tergesa-gesa. Selama membonceng, pria itu membiarkan tangan pacarnya menggenggam bajunya erat, nyaris meremas. Getaran tangan bisa ia rasakan dari jari jemarinya. Rasa panik membuatnya tak bisa berpikir jernih, ia bahkan tak sadar telah mengabaikan komitmen yang pernah ia buat untuk dirinya sendiri. Motor melaju kencang menuju rumah kosannya, satu-satunya tempat yang ia tahu aman.
***
Komentar
Posting Komentar