Sakit, Berdoa Dulu?
12°C. Begitulah pemberitahuan di HPku mengabarkan suhu pagi ini di Mesir. Suhu musim dingin menurun dan akan terus menurun hingga mencapai puncak dinginnya di bulan Februari. Kondisi yang tak kusangka lima tahun lalu, ketika Mesir masih kukira sekadar gurun pasir tandus nan panas.
Di masa-masa begini, sangat lumrah mendapat berita teman-teman yang sakit. Tubuh tropis yang terbiasa mendapat curahan matahari sepanjang tahun, harus menghadapi musim menggigil yang kering. Terutama, cuaca Mesir pada akhir tahun selalu labil. Pagi bisa sangat dingin, lalu panas menyengat di siang hari yang kemudian kembali dingin ketika senja datang.
Awal-awal kedatangan, tubuh selalu KO. Namun, setelah lima tahun berjalan, rupanya tubuh bisa sedikit beradaptasi. Yang tadinya bisa meler sebulan bahkan lebih, kini bisa lebih singkat. Tapi tetap saja, selalu ada momen demam meriang datang. Dan fase ini, jadi lebih berat lagi sejak bayi kami hadir dalam kehidupan.
Sakit sekeluarga, artinya kami harus berjuang bertahan saling melengkapi. Begadang malam-malam karena anak rewel ketika badan lagi meriang, sungguh nikmat rasanya. Terutama jika sakit bersamaan, ingin rasanya merengek. "Mak, pengen pulang!"
Yah, sekarang aku yang jadi 'mamak2' itu. Bertahan untuk tak sakit, akhirnya tumbang juga sekeluarga. Jadi sandaran kerewelan anak yang sedang tak nyaman, bersama tumpukan tanggung jawab yang menunggu pagi harinya. Ummi, allahu yarhamuhaa. Entah berapa kali fase ini harus ia lewati, menghadapi ketiga anaknya jika sedang sakit.
Dan di sinilah aku, menuliskan setiap kata ini sambil menahan mata ngantuk berkunang-kunang dan kepala nyut-nyutan. Membujuk diri, nulis dikit dulu yuk. Lalu boleh lanjut tidur, sambil lupakan betapa berantakannya tulisan ini. Muehehe.
Sayup-sayup, kudengar suara video iklan buku anak yang suka sekali diputar oleh anakku. Buku tentang 'ketika aku sakit'. Di mana, kaliamt pertamanya berkata, "Sakit, berdoa dulu!"
Komentar
Posting Komentar