Bab 14, part 1

 “Ya ampun, Neng Geulis!” Mbak Yanti tak bisa menahan diri memeluk, melihat sosok anak majikannya berdiri di depan pintu rumah. Sedetik kemudian, ia tersadar dan patah-patah melepaskan pelukannya, terutama setelah melihat ekspresi datar Eliza. “Ayo, Neng. Istirahat dulu. Kamar Neng sudah rapi, bisa langsung ditiduri.”


Pak Jude yang melihat dari belakang nyengir, tadi dia juga hampir lepas kendali. Kalau tak ingat usia sang gadis yang sudah bukan bayi lagi seperti ketika pertama kali mereka bertemu, pria itu mungkin sudah menggendongnya tinggi ke langit. 


Hati Eliza menghangat mendapat sambutan di rumah, melebihi ekspektasinya. Meski bukan mama atau abah yang memeluknya sedemikian erat, ia tetap merasa setidaknya rumah ini adalah rumahnya. Ada yang menyambut. 


Mbak Yanti segera mengambil alih tas bawaan yang ternyata cukup ringan. Eliza sengaja membawa sedikit bajunya saja, bahkan seragam barunya pun tetap berada di lemari Aisyah. Kembali ke rumah kecil nan hangat di sana menjadi kemungkinan yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Terutama jika abah memberi tanda akan melakukan kekerasan fisik, Ummi terus menekankan untuk menyingkir sejenak, lagi, kembali ke rumah itu. Hingga ia mampu berdiri di atas kaki sendiri. 


Rumah masih terasa lengang. Vas pajangan yang terakhir pecah, kini sudah ada penggantinya. Sepanjang jalan menaiki tangga, matanya mengawasi kamar Mama yang tertutup rapat. “Ibu belum pulang, udah seminggu.” Begitu kata Mbak Yanti sambil ikut melihat pintu tersebut. Eliza ber-oh pendek, lalu kembali memfokuskan pandangan pada tangga di hadapannya. 


***

Tadinya mau istirahat 3 hari. Tapi gak jadi deh, mending tetap lanjut aja.. 

Meski cuma sehalaman. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh