Tunas Harapan
Sejak anakku hadir di dunia ini, tumbuh tunas harapan yang senantiasa kudoakan untuknya. Lalu hari demi hari berlalu, perkembangan yang terjadi menakjubkan. Seiring dengan itu, semakin banyak harapan yang bermekaran di dadaku.
Aku ingin, anakku tumbuh cerdas.
Aku ingin, anakku menghimpun Al-Qur'an di dadanya.
Aku ingin, anakku mampu berempati dan menghargai orang lain.
Aku ingin, anakku menutup aurat dengan sempurna.
Aku ingin, anakku bisa menahan amarah dan mengendalikan emosi.
Aku ingin, anakku tumbuh dalam keimanan dan memiliki akhlakul karimah.
Banyak sekali harapan yang bermekaran tanpa bisa dicegah.
Namun, mempelajari berbagai teori parenting, terutama dari teladan ulama zaman dahulu, aku baru sadar. Bahwa sebelum semua itu terjadi...,
Ia butuh berkenalan terlebih dahulu pada ilmu, lalu jatuh cinta padanya.
Huruf-huruf Arab hijaiyah harus jadi kawan yang baik, dan menjadikan proses menghafal menyenangkan.
Sebelum menghargai orang dan berempati, ia butuh merasakan bagaimana orang berempati padanya, dan menghargai dirinya.
Fitrahnya pada rasa malu harus ditumbuhkan, dan dijaga.
Sebelum mampu mengendalikan, ia butuh mengenal setiap emosi yang ia rasakan dan cara meregulasinya.
Dan sebelum apa pun, ia harus melalui hari-harinya dengan mengenal Allah, mengenal pencipta-Nya dan tujuannya diciptakan. Mengenalnkeesaan-Nya, rahmat-Nya yang begitu luas, dan nama-nama-Nya yang indah.
Sebagai orang tua, banyak sekali cara pintas yang diambil dalam mendidik. Namun tetap saja, fondasi sangat penting agar pendidikan yang diberikan kokoh hingga akhir hidupnya. Mungkin jalannya akan lebih panjang dan berliku, tapi aku berharap benih-benih yang kutanamkan bisa menjadi kebaikan jariyah yang menolong kami kelak.
Lalu, sebagaimana yang terus diingatkan oleh Dr. Pinan, salah satu teladanku dalam mempelajari ilmu mendidik anak, orang tua harus terus menyandarkan harapan-Nya pada Allah. Selalu berdoa, minta dimampukan, dan selalu melibatkannya dalam setiap urusan apa pun. Sebab kita hanya makhluk yang lemah, yang tak punya kuasa sedikit pun, meski pada manusia-manusia kecil yang lahir dari rahim-rahim kita.
Komentar
Posting Komentar