Hari Terberat

Hari keberangkatan suami pun tiba. Jadwal pesawat yang lepas landas sebelum subuh, membuatnya harus meninggalkan rumah tengah malam. Aku dan Nusaibah hanya bisa mengantar sampai jalan raya dekat rumah, sebelum ia menaiki taksi online menuju bandara. Beberapa foto mengabadikan detik-detik LDM pertama kami. 

Ketika menuju rumah, hatiku masih belum merasakan apa-apa. Masih sempat membeli sekilo stroberi untuk Nusaibah dan beberapa ikat sayur untuk masak besok. Namun sesampainya di rumah, suasana yang lengang cukup menghilangkan keinginan untuk tidur. Ditambah Nusaibah yang bertanya akan abinya berulang-ulang, meskipun aku juga telah menjawabnya berkali-kali. 

"Abi ke mana?" tanya Nusaibah ke sekian kalinya.

"Abi mau ke Ka'bah. Naik pesawat, wuuss."

"Nusaibah juga mau ke Ka'bah."

"Kita berdoa ya, semoga Allah panggil kita juga ke Ka'bah." Aku lalu mendiktekan doa yang bisa ia ikut. "Ya Allah, Nusaibah mau ke Ka'bah Ya Allah..." 

"Ya Allah, Bibah mau Ka'bah ya Allah," katanya berusaha mengikuti. Kalimat yang ia ucapkan  sukses menitikkan air mataku, terharu. Ya Allah, kabulkanlah doa anakku ini, anak kecil polos yang belum punya dosa sama sekali...

***

Malam itu aku akhirnya bisa tertidur setelah mendapat kabar dari suami bahwa ia telah berada di pesawat dan bersiap take off. Hanya berselang beberapa jam, azan subuh membuatku tersentak dan memaksaku membuka mata. Subuh pertama tanpa suami. Biasanya selarut apa pun kepulangannya dari kerja, ia sudah tiba sebelum azan subuh. Aku hanya bisa memandang lama tempatnya tertidur, sebelum akhirnya bangun dan berkutat memanaskan makanan di dapur.

Hmm, yang selalu rajin masak pagi ya suami. Selintas aku mendengar omelannya setiap kali kupanaskan makanan kemarin, ia tak suka makan lauk yang sama dalam waktu yang berdekatan. Berbanding terbalik denganku, lauk yang tersimpan selama seminggu di kulkas pun tetap kumakan selama ia masih layak. 

Hari demi hari berlalu, aku berusaha menjalani aktivitas tanpa terlihat selalu bersedih. Ada Nusaibah yang terus melihat gerak-gerikku. Setelah beberapa hari, ia tak lagi bertanya tentang keberadaan abinya. Berganti menjadi kalimat, "Abi lagi di Ka'bah. Nusaibah juga mau ke Ka'bah Ya Allah..." 

Seminggu pertama menjadi hari yang cukup berat. Aku terus menatap layar handphone, berharap dering telpon berbunyi, atau sekadar notifikasi pesan di WhatsApp muncul. 

Pekerjaan rumah sedikit terbengkalai, aku merasa malas melakukan apa pun. Nusaibah menjadi orang yang setia menghibur dan menemani. Bermain bersamanya sepanjang hari kadang membuatku lupa jika suami sedang berada jauh dari rumah. Ketika Nusaibah tidur, suasana kembali hening. Aku hanya bisa rebahan sambil berselancar di dunia maya.

Setelah seminggu berlalu, aku sadar bahwa berada dalam keadaan ini bukan berarti aku boleh galau sepanjang hari. Masih banyak kegiatan produktif yang bisa dilakukan, dan masih banyak PR yang harus diselesaikan. Aku harus bangkit dan menjalani hari dengan semangat. Bagaimana Allah akan mengabulkan doaku berziarah ke tanah sucinya jika aku sendiri larut dalam kegalauan di rumah seperti ini? 

Suami dalam telponnya juga sering mengaku merasa cukup berat. Siang hari mungkin tak terasa karena padatnya aktivitas, tetapi ketika malam tiba ia akan terbayang tawa Nusaibah di rumah. Namun ia terus menguatkan, hanya sebulan insyaa Allah. Kami bisa melewati ini. 

Hari ketujuh, aku memutuskan untuk rutin membawa Nusaibah jalan-jalan sore. Keluar rumah bisa memperbaiki mood dan menyuntikkan semangat baru. Melihat-lihat lingkungan tempat tinggal, menyapa anjing jalanan yang hobi rebahan di pasir dan membeli sepotong cemilan murah di toko kelontong bisa jadi hiburan tersendiri.

Aku sesekali menginap di rumah teman yang juga menjalani LDM, ditinggal suaminya ke Saudi. Terkadang pula, kami sesama istri LDM berkumpul, dan saling curhat tentang kondisi masing-masing. Kegiatan ini cukup menghibur hati yang gundah, terutama karena mereka adalah teman-teman shalihah yang senang memberi nasehat--alih-alih bergunjing mengenai gosip artis teraktual. 

Bismillah, aku bisa melewati hari-hari ini. Mampukan kami ya Allah..  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh