Doa yang Terkabulkan (Lagi)
Penghujung tahun 2022, kupandangi halaman pertama buku agenda tahunan yang hampir terisi penuh. Pada bagian atas tertulis besar-besar berwarna cerah, BIG PLAN 2022. Lima rencana besar--atau lebih tepatnya, harapan yang ingin kucapai pada tahun 2022 tertulis berurutan di sana. Salah satunya, umrah Ramadhan.
Namun pada tahun tersebut, impian umroh Ramdhan itu kusandingkan dengan kalimat selanjutnya : mudik ke Indonesia. Umroh Ramadhan / mudik ke Indonesia, begitu tepatnya tulisan itu tertulis. Akhirnya harapan kedua yang terlaksana, meski sangat jauh dari ekspektasi yang terbayang. Namun tetap saja, harapan dan doa terkabulkan sesuai dengan apa yang kutulis.
Keinginan untuk umroh Ramadhan tetap tertanam kuat-kuat. Seorang mahasiswi yang juga memiliki tanggungan satu anak, kebutuhan sehari-hari masih mengandalkan beasiswa pas-pasan dan pemasukan yang belum menentu, apa mungkin bisa menginjakkan kaki ke tanah haram-Nya yang membutuhkan kesiapan finansial dan tenaga--yang tidak sedikit?
Awal tahun 2023, kukencangkan kembali doa untuk bisa berkunjung ke baitullah. Ya, tiada kekuasaan dan kekuatan yang bisa menggerakkan selain dari Allah. Jika Allah mengizinkan, jika Allah memanggil kami, maka tak ada yang bisa menghalangi. Kami hanya bisa berusaha semampu mungkin, sisanya Allah yang menggerakkan. Maka doa menjadi senjata yang sangat bisa--dan harus kuandalkan.
Pada masa itu, hampir seluruh mahasiswa Mesir yang memiliki kelebihan dana--atau juga kelebihan tekad, berumroh secara mandiri. Membeli tiket dan visa sendiri, dan tinggal di flat-flat kepunyaan orang-orang Bangladesh yang berisikan belasan hingga puluhan orang demi menghemat pengeluaran. Toh, kegiatan di sana juga kebanyakan ibadah di masjidil harom maupun masjid nabawi, bukan untuk mencari kenyamanan dari hotel berbintang. Namun kala itu, lidahku terus berdoa. Ya Allah, izinkanlah kami sekeluarga berumroh Ramadhan dengan akomodasi dan tempat tinggal yang nyaman di hotel! Minimal tak harus bersempit-sempitan dengan teman-teman lain, mengingat keadaanku membawa si kecil yang sensitif sekali pada keramaian.
Alhamdulillah, melalui berbagai jalan yang penuh lika-liku, masa depan yang amat tak bisa ditebak ujungnya, dan persangkaan yang hampir-hampir berbelok pada yang tidak seharusnya, kami sekeluarga akhirnya berhasil menginjakkan kaki di tanah harom. Aku, suami dan si kecil yang belum genap tiga tahun, Alhamdulillah diundang dan diizinkan oleh Allah tinggal di tanah haromnya selama sebulan penuh Ramadhan, plus tujuh hari Syawwal di hotel! Sungguh kesyukuran yang teramat besar bagi kami, hamba yang penuh dosa ini...
Catatan perjalanan selama umroh Ramadhan tahun ini berusaha kurangkum dalam 30 hari ke depan, insyaa Allah. Bagiamana jalan demi jalan keajaiban dibukakan, tawakkal yang harus terus dikukuhkan, juga termasuk tips-tips umroh mandiri membawa anak tiga tahun. Semoga niat yang terpatri diluruskan, hanya untuk mencari ridha Allah. Mengabadikan kenangan agar bisa terus menghadirkan syukur, menyebarkan kebaikan dan mungkin kemudahan dari catatan pengalaman, juga memberikan motivasi umroh bagi yang membaca.
Demikian, selamat membaca!
Masya Allah, tabarakallah, jika Allah mengizinkan, segala sesuatunya akan dipermudah 🤲🤲
BalasHapusSemua atas izin Allah..
Hapus