Jangan Lihat ke Atas!

Pada episode umrohku kemarin, tak hanya satu kali kudapati diriku memandang iri kenikmatan orang lain. Berharap suatu hari, kenikmatan itu juga bisa kurasakan. 

Memandang mereka yang bisa umroh sebulan di hotel dekat masjid, dilengkapi akomodasi yang telah difasilitasi oleh travel. Tak harus berdesak-desakan di dalam bus gratis yang tak pasti kapan datangnya. Bisa datang ke masjid sesuka hati tanpa khawatir lalu lintas ditutup akibat desakan keramaian manusia yang memenuhi jalan. 

Kadang juga melihat mereka yang bisa sesuka hati membeli makanan yang diinginkan. Menikmati sajian lezat khas di sela-sela waktu ibadah. Atau membeli sajadah empuk yang bisa menambah kenyamanan tatkala harus duduk beritikaf cukup lama di masjid. 

Aku luput melihat ke bawah, melihat ke bagian belakang masjid yang selalu dipenuhi manusia-manusia dengan buntelan kain besar di sampingnya. Mereka adalah orang-orang yang rela tidur di mana saja, demi bisa beribadah di tanah suci. Walau harus diusir berkali-kali dari tempat pembaringan, mereka tetap tertawa riang menjalani kegiatan ibadah sehari-hari. Kami masih diberi tempat tinggal yang layak nan nyaman, afala tasykurun?

Kadang juga tak memerhatikan mereka yang harus antri setiap hari mendapat jatah musaadah makanan, berdesak-desakan dengan jubelan orang. Sedangkan kami masih bisa makan bergizi, meski harus masak tiap hari. 

Ada banyak hal yang bisa disyukuri, hanya saja posisi kepala mungkin salah menoleh. Untuk segala kenikmatan, lihatlah ke bawah agar bisa mudah mensyukuri nikmatnya. Sedangkan untuk level keimanan, lihatlah ke atas, hingga kita merasa terus butuh untuk meningkatkan kualitasnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh