Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Pesona Gelap Sungai Nil

Bulan November tiga tahun lalu, kehamilan pertamaku penuh oleh air mata kesedihan. Kebanyakan, kehadiran buah hati merupakan impian sepasang pasutri yang baru saja menikah. Setelah sepasang suami istri bertemu dan saling menutup kekurangan, sang buah hati diharapkan melengkapi. Begitu pula yang kami harapkan di awal pernikahan. Walau sebenarnya tidak harus cepat-cepat, mengingat aku maupun suami masih harus melanjutkan jenjang kuliah di Kairo. Kepada yang bertanya, kami selalu menjawab, "Tergantung Allah, sekasihnya ." Setelah dua bulan menetap di Indonesia paska pernikahan, kami kembali ke Mesir. Perjalanan yang ditempuh terasa sedikit lebih berat bagiku, lebih mudah capek dari biasanya. Awal-awal kehidupan kami berdua di Mesir kulalui dengan sedikit kepayahan. Mood naik turun, rasa lelah sering menghampiri dan nafsu makan berubah-ubah. Kupikir, apa yang kurasakan disebabkan oleh panjangnya perjalanan yang kami tempuh. Dari Makassar, Sulawesi Selatan, ke Kendari, Sulawes...

Mesir dalam Mimpi

Sebagian besar penuntut ilmu syar'i khususnya para santri lulusan pondok mungkin pernah memimpikan ini. Bisa melanjutkan pendidikan ke negeri para nabi, di salah satu universitas tertua di dunia, Al-Azhar. Dibimbing langsung oleh para masyayekh asli dari Arab dan berkesempatan meneguk ilmu mereka sebanyak-banyaknya. Aku sendiri pernah bermimpi seperti itu. Kutuliskan di atas secarik kertas lusuh, yang kini entah di mana keberadaannya. 'Kuliah di Madinah atau Mesir', begitu bunyi tulisannya. Sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, saat seragam sekolah masih berwarna putih abu-abu. Impian selintas, yang kemudian dilupakan seiring berjalannya waktu. Impian seorang anak SMA negeri yang sudah penat dikejar berbagai ilmu dunia. Bukan, bukan berarti ilmu seperti matematika, kimia, bahasa Inggris dan kawan-kawannya tidak penting. Namun ia hanya lelah, mengejar dan dikejar sesuatu tanpa tujuan yang jelas. Mengapa harus mempelajarinya? Mengapa harus merasa lelah dan terus disibukk...

Imam Nawawi dan Karyanya yang Tak Lekang Oleh Zaman

Mungkin nama imam Nawawi tidak asing lagi di telinga sebagian orang, khususnya mereka yang pernah mengenyam bangku pondok. Ya, beliau adalah pengarang kitab yang sering digunakan dalam mempelajari Islam khususnya ilmu hadis, seperti Riyadush Sholihin dan Arba'un Nawawi.  Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk!  Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Mahyuddin Yahya bin Syaraf bin Murii An-Nawawi Ad-Dimasyqi. Lahir di Nawa, Suriah pada tahun 631 H atau tahun 1233 M. Salah seorang ulama yang 'abadi' melalui karya-karyanya sampai hari ini.  Tahukah kamu?  Imam Nawawi adalah salah satu ulama yang terkenal produktif, menuliskan banyak sekali karya dalam hidupnya di usianya yang singkat.   Buku yang dihasilkan bukan sekedar tulisan di atas kertas, namun menjadi kitab rujukan hingga kini. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, sedang isinya bukan ecek-ecek. Hal-hal terpenting dari yang penting-penting terangkum dalam bukunya.  Sebut saja,  - Syarh...

Mesir : Negeri Impian Tetangga (2)

Tapi kudapatkan hal yang mengejutkan setelah kuketikkan Uzbekistan di kolom pencarian google. Ternyata ia pernah menjadi bagian dari kejayaan peradaban Islam. Bukhara dan Samarkand menjadi daerah penghasil ulama besar yang mendunia. Yang paling terkenal, imam Bukhori, sang 'alim penulis buku shohih Al-Bukhori. Buku ini diakui keabsahannya, bahkan disebutkan sebagai kitab utama yang menjadi rujukan setelah Al-Quran.  Sayangnya, kejayaan Islam di Uzbekistan mulai runtuh ketika terjadi penyerangan bangsa Mongol di abad ke-13. Kota Bukhara menjadi kota sasaran pertama, menyusul Samarkand di tahun berikutnya. Kebangkitan terjadi di abad 15. Namun kembali direbut oleh bangsa Uni Soviet pada tahun 1917. Di bawah kepemerintahan komunis Uni Soviet inilah kebijakan anti Islam diberlakukan. Melarang atribut yang menunjukkan identitas keislaman, serta menutup sarana dan peninggalan warisan Islam di Uzbekistan menjadi salah satu langkah yang diberlakukan pemerintahan. Tentu saja banyak sekali b...

Mesir : Negeri Impian Tetangga (1)

Sekitar empat hari yang lalu aku dipertemukan oleh Allah dengan seorang ibu di markaz tahfiz. Sebuah pertemuan yang menambah rasa syukurku sebagai seorang muslimah yang tinggal di Indonesia. Sebagai informasi, markaz tahfiz atau tempatku menghafalkan Al-Quran merupakan sebuah masjid dua tingkat yang menyediakan muhaffizoh atau guru yang menerima hafalan Al-Quran. Markaz ini menerima murid dari segala kalangan dan kebangsaan. Berbagai warna kulit dan bahasa bertemu di tempat ini, berusaha menautkan hati pada kalam Allah yang agung dan penuh cinta. Kutaksir umur ibu ini kisaran 30an. Ia yang menyapaku pertama kali, merasa gemas melihat tingkah putri sulungku yang berusaha berdiri di atas tapak-tapak kecil kakinya. Kutanyakan nama dan asalnya. Seperti tebakanku ketika pertama kali melihatnya, ibu ini berasal dari negara Uzbekistan, tepatnya di daerah Bukhoro. Berasal dari daerah yang sama dengan imam Bukhori, imam hadis legendaris penulis buku Shohih Bukhori. Uzbekistan sendiri merupaka...

belajar di markaz lughoh

Setelah kelas kami diacak, aku berkesempatan sekelas bersama teman-teman dari berbagai kewarganegaraan sesama Asia bagian Selatan. Selain Malaysia dan Indonesia, aku bertemu teman baru yang berasal dari Brunei dan Thailand. Sayangnya, masa kami saling berinteraksi hanya tiga pekan, itu pun dipotong waktu libur. Sehingga kami kurang mengenal satu sama lain.  Guru bahasa Arab di kelas jenjang akhir kadang kesulitan membedakan asal negara kami. Menurutnya wajah orang-orang Asia mirip, identik dengan mata sipit. Selams di Mesir, kami sering dikira Shinny, orang China. Padahal mata kami tidak sesipit mereka. Namun tidak juga sebulat orang-orang Arab.  Salah satu pembedaku dengan orang Asia lain yang dihafal oleh samg guru adalah model jilbabku. Kebanyakan jilbabku memiliki model pet yang keras di depannya, lalu dijahit garis-garis. Kebayang nggak? Jilbab model ini sering digunakan teman-teman sepondokku, dan aku pun nyaman menggunakannya. Kata sang guru, jilbab model seperti ini ha...

Gedung Biru Itu.. (7) : Wanita Bernama Monica

Wanita Itu Bernama Monica Di gedung biru itu, aku sempat duduk di sebelah seorang muallaf berkebangsaan Portugis. Bahasa Arabnya lumayan lancar, memungkinkanku bercakap dengannya. Monica namanya, datang ke Mesir seorang diri dan tinggal sendiri. Ia memiliki komunitas sesama perantau dari Eropa, kebanyakan orang-orang Spanyol. Monica sangat rajin belajar, catatannya banyak dan rapi. Tujuannya ke Mesir memang untuk mempelajari Islam sekaligus bahasa pengantarnya, bahasa Arab.  Pernah sekaki ia bercerita tentang keadaan Islam di daerah asalnya. Menjadi seorang muslim, berarti menjadi minoritas. Pemeluknya bisa dihitung, sehingga akses belajar pun sangat kurang. Di awal keislamannya, ia mencoba belajar dari buku-buku terjemahan bahasanya. Namun referensi yang tersedia sangat amat terbatas, sedang bahasanya sering rancu dan tidak mudah dimengerti. Karena itulah ia sangat semangat belajar bahasa Arab.  Ia bercita-cita menjadi seorang pengajar yang bisa mengajarkan agama Islam dengan...

Gedung Biru, Garis Start Kami (6)

Siapa Saja Teman Kelasku?  Kelas kami qo'ah 23 didominasi oleh orang-orang Malaysia. Dari kurang lebih 30 siswa, hanya enam di antaranya yang berkebangsaan Indonesia. Usut punya usut, ternyata orang-orang Malaysia ini tiba di Mesir mendahului kami di pertengahan tahun. Sehingga mereka memulai kelas bahasa lebih cepat, dan kebanyakan berasal dari jenjang pertama dan kedua.  Lucu mendengar logat-logat yang diucapkan. Aku yang selama ini hanya mendengar logat melayu dari serial film kartun upin & ipin selalu membayangkan tokoh-tokohnya berbicara seperti mereka. Khusus antara kami orang Indonesia dan Malaysia, kami tetap menggunakan bahasa dan logat masing-masing. Tak jarang kami tergelak karena salah mengerti maksud pembicaraan, disebabkan beberapa kosa kata yang mirip namun berbeda arti.  Selain Malaysia, salah satu anggota kelas berasal dari Portugis. Namanya Monica. Setelah melalui beberapa pertemuan, aku baru tahu kalau dia adalah seorang muallaf. Tidak banyak yang k...

Gedung Biru, Garis Start Kami (5)

KBM Markaz Kegiatan belajar mengajar dilakukan selama kurang lebih enam jam, termasuk jeda istirahat setengah jam. Di antara setiap pergantian mata pelajaran atau pembahasan baru, para guru yang terkadang mengerti perasaan suntuk kami belajar nonstop memberi jeda waktu beberapa menit.  Ada pelajaran qiroah atau keterampilan membaca, balaghoh dan qowa'id yang menerangkan kaidah bahasa, kitabah, muhadatsah dan ta'bir yang selalu sukses membuat otak bekerja keras menyusun kalimat-kalimat bahasa Arab hingga istima' dan imla' yang menuntut telinga lebih peka.  Setiap pengajar di jenjang yang berbeda-beda memiliki ciri khas masing-masing. Namun satu ciri kesamaan mereka yang juga dimiliki orang Mesir lainnya, mereka sering sekali meninggikan suara. Terutama ketika dalam keadaan semangat. Pada pertemuan awal, tingginya suara mereka kami tafsirkan sebagai kemarahan. Apa yang membuat mereka marah hingga meninggikan suara sedemikian rupa? Waktu yang berhasil memahamkan, seiring p...

Penjara Suci Bernama Arraayah (1)

Awal kedatangan ke sana, disambut para senior yang super ramah. Muka mereka berbinar-binar, berbahagia menyambut kami para mahasiswa baru. Bayangan senioritas di luar sana pupus tak berbekas. Mana ada senioritas di tengah kakak tingkat yang berebut berbagi kasur pada kami yang belum kebagian kasur? Mana ada senioritas di antara kakak tingkat yang rela menyisihkan waktunya yang padat menemani juniornya tertatih berlatih berbahasa Arab? Masa orientasi mahasiswa baru diisi ragam kegiatan perkenalan. Perkenalan antar angkatan, perkenalan lingkungan kampus, perkenalan beberapa kakak tingkat, perkenalan teman-teman sekamar, hingga perkenalan peraturan yang berlaku. Aturan yang diberlakukan kurang lebih sama seperti pondok pada umumnya. Hanya saja aturan berpakaian dan berbahasa lebih ketat dibanding beberapa pesantren yang ada di Indonesia. Dalam berpakaian, kami hanya boleh membawa beberapa lembar gamis dan baju santai dalam kamar. Jika melebihi kapasitas, pakaian-pakaian tersebut harus m...

Gedung Biru, Garis Start Kami (4)

Perjalanan ke Markaz Seperti yang telah dibahas sebelumnya, perjalanan menuju markaz bisa ditempuh menggunakan tremco atau bus. Setiap hari, kami harus berdiri menanti kendaraan yang akan mengantar. Jika ingin menaiki bus 80 coret yang masih kosong seharga tiga geneh (junaih, alat tukar Mesir), maka harus berangkat lebih pagi. Kadang kala kami juga lebih memilih tremco dengan tarif empat geneh . Satu geneh lebih mahal, tapi bisa jadi pilihan terbaik ketika berangkat dalam keadaan terburu-buru. Sebab kapasitas tremco yang sedikit dan tak mungkin ditambah jika sudah penuh membuat angkutan ini tak ngetem terlalu lama mencari penumpang. Berbeda dengan bus yang memiliki ruang untuk berdiri, sehingga tak ada batas penuh baginya. Di dalam bus, tak jarang didapati beberapa orang tampak membaca Al-Qur'an. Perempuan dan laki-laki, tua dan muda, biasanya mereka menggenggam mushaf kantong berukuran kecil sembari menunggu bus sampai di tujuan. Sering pula kami temui sopir tremco menyet...

Gedung Biru, Garis Start Kami (3)

Gambar
Kata orang, mempelajari bahasa suatu negara tak bisa lepas dari mempelajari kultur negaranya juga. Terutama ketika kita belajar langsung pada orang yang mendalaminya, di negara mayoritas berbicara dengannya. Bagaimana pun dalamnya kami mempelajari bahasa Arab di tanah air, akan terasa jelas berbeda jika mempelajarinya langsung. Ada cita rasa bahasa yang tak bisa diungkapkan kecuali dengan melihat langsung. Beberapa lika-liku siroh kehidupan Rasulullah yang sebelumnya masih berupa bayang, dipahamkan padaku di sini. Contohnya, pada penamaan kurma yang merupakan makanan sehari-hari orang Arab. Kurma yang menjadi kudapan sehari-hari di sini bukan kurma manis kering bernama tamr yang biasa kita dapatkan di Indonesia. Namun kurma yang baru saja matang dan masih basah, yang disebut rutob. Akan sulit sekali kita dapatkan tingkat kematangan kurma rutob di Indonesia, sebab buah ini cepat busuk. Dalam hadits, dianjurkan mengutamakan rutob dalam berbuka. Jika tak ada, maka kurma tamr.  ...

Gedung Biru, Garis Start Kami (2)

Gambar
Ternyata tiga dari kami mendapatkan jenjang mutaqoddim awwal, jenjang kelima dari total tujuh jenjang yang harus diikuti. Tiga lainnya mendapat jenjang mutawassith tsani, atau jenjang keempat. Sehingga totalnya ada tiga jenjang yang kami lewati bertiga bersama dalam kurun waktu kurang dari empat bulan.  Mutaqoddim awwal kami lewatkan bersama duktur Sayyid Kholid yang bersemangat serta ustadz Mahmud yang santai dan suka melucu. Hafidzhahumallah. Jenjang berikutnya, mutaqoddim tsani kembali bersama duktur Sayyid Kholid beserta ustadzah Samah. Jenjang terakhir hanya menghabiskan waktu yang singkat, bernama mutamayyiz bersama ust Khalid Qomar dan ustadzah Jihan Hafidzhahumallah.  Dalam waktu kurang lebih empat bulan inilah kami kembali berkutat bersama bahada. Menumpas rasa sombong yang terkadang menyelinap, menganggap diri mampu karena sudah mondok dua tahun sebelumnya di Indonesia. Ya, ilmu selalu ajaib. Selalu membiarkan dirinya terkejar, namun tak mengizinkan pemin...

Gedung Biru, Garis Start Kami

Gambar
Di hari pertama itulah kami mengenal angkutan umum 'tremko'. Sekilas, bentuknya seperti angkutan umum yang biasa didapatkan di Indonesia, hanya saja kursi-kursi di dalamnya menghadap ke depan. Selain menggunakan tremko, sehari-harinya kami juga bisa menggunakan bus untuk mencapai gedung biru markaz Syeikh Zayed.  Matahari pagi menunjukkan pukul tujuh seingatku, wajah-wajah Asia mendominasi sekitar gedung biru. Di awal kedatangan, aku belum bisa membedakan wajah Malaysia, Thailand, Brunei dan juga Filipina. Wajah mereka mirip sekilas, walau ternyata punya perbedaan ketika dilihat seksama. Nanti, aku juga mengerti gaya berpakaian mereka yang punya gaya khas tersendiri. Indonesian sendiri terkenal dengan ciput khasnya yang keras di depan, lalu dijahit garis-garis memanjang.  Tes diadakan di gedung biru dan juga masjid di sampingnya. Karena banyaknya jumlah, waktu tes dibagi menjadi dua atau tiga sif. Perempuan digabung perempuan, dan laki-laki punya waktunya juga. Di ...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik (4)

Tapi ternyata kejutan Allah tak hanya sampai disitu. Allah menyiapkan kejutan-kejutan lain yang membuatku merasa, wow, inikah janji Allah? Ketika kita hanya berkeluh kesah hanya kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, betapa apiknya Allah mengatur skenario yang membuat hati terasa berbunga-bunga.  Pagi hari setelah kami terlelap, sebuah pesan masuk ke hpku.Setelah sebaris ucapan salam dan pertanyaan kabar dilontarkan, seorang kawanku di Mesir mengutarakan maksudnya mengirim pesan.  "Mau ngantar lauk ke rumah," Maasyaa Allah, tak pernah kusampaikan keluh kesah pada orang-orang. Namun rezeki datang silih berganti melalui tangan orang orang baik di sekitar. Menjadi suatu kebiasaan yang berakar di negeri rantau, kami saling mengirim makanan dan menjenguk ketika salah satu di antara kita sakit. Dalam kasusku, mereka menggantungkan lauk di pintu rumah. Mencegah penularan cacar air menjadi lebih parah.  Tak hanya hari itu, besok, besok dan besoknya lagi kawan-kawan bergantian 'menjen...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik (3)

Mengapa tidak langsung saja aku mengeluh kepada Allah yang tak pernah tidur?  Maka kuletakkan kembali gawaiku dan kutenangkan perasaanku. Mulai berkeluh kesah, namun tak butuh banyak tenaga. Bukannya Allah lebih dekat dari urat leher kita?  Berkeluh kesah, namun kemudian mensyukuri kenikmatan-kenikmatan yang selama ini luput dari pandangan. Luput untuk disyukuri. Kenikmatan nafsu makan yang baik, apa saja bisa masuk ke dalam perut, ternyata adalah sebuah kenikmatan yang Allah berikan padaku selama ini yang kadang malah kukeluhkan keberadaannya. Apa sih ni perut makan mulu. Mulut kok ngunyah mulu. Dan sebagainya. Padahal ini adalah kenikmatan yang jika dimaksimalkan, bisa mendapatkan keberkahan yang lain.  Rasa tenang mulai mendatangiku. Merasakan umminya lebih tenang, sang bayi juga bisa mulai tenang dan tertidur. Dan tadaa, tiba-tiba semua masalah tadi yang rasanya menghimpit tidak terasa apa-apa. Sebenarnya apa yang kamu keluhkan sih? Lalu, malam itu aku bisa tidur lebi...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik(2)

Lenting cacar air tumbuh di bagian punggung, menghadirkan rasa gatal yang luar biasa. Refleks, kugaruk dan kuletuskan isi air di dalamnya. Masih belum paham, kalau lenting-lenting tersebut tak boleh dipecahkan. Sebab bisa infeksi dan lebih cepat penularannya.  Benar saja, tak lama kemudian beberapa lenting baru bermunculan dan menjalar ke bagian perut. Perpaduan rasa gatal yang tak terkira, pusing, dan lemas bercampur menjadi satu. Belum lagi Nusaibah yang mulai rewel menghadapi ASI seret, sebab tak ada makanan yang bisa masuk ke dalam tubuhku.  Rasanya penyakit ini benar-benar mengujiku dan juga suami.  Puncaknya adalah di malam hari pertama. Ini bukan cerita malam pertama yang menggairahkan, namun malam yang menggatalkan. Nusaibah rewel tak bisa tidur hingga Subuh karena ASI tak mampu memuaskan rasa laparnya. Suami yang sudah terkapar, kecapaian mengurusku dan mengambil alih pekerjaan rumah tangga sejak pagi. Rasa lemas dan juga pegal yang enggan minggat, hingga mengamb...

Cantik, Cacar Bintik-Bintik (1)

Semasa kecil dulu, setiap mendengar kerabat yang terkena cacar air, yang terbenak dalam pikiranku adalah aku kapan kenanya ya? Bukan berharap bencana tapi yang kuketahui penyakir cacar air hanya diderita sekali seumur hidup. Semakin tua umur seseorang , semakin parah gejalanya. SD, SMP, SMA, hingga kuliahku yang pertama, belum juga kujumpai penyakit ini. Hingga akhirnya bersapa ketika telah merantau jauh ke negeri orang. Tak lagi di bawah perawatan ummi, tapi sudah menjadi seorang ibu. Asal mulanya tak diketahui, tapi dugaanku Nusaibah yang terlebih dahulu terkena virus ini. Ada beberapa bentol di badannya. Tidak banyak, hanya saja jadi sedikit lebih rewel. Selain itu, tidak ada demam atau pun indikasi lainnya. Aku yang tidak punya pengalaman menangani cacar air menganggapnya bentol gigitan tungau, sebab sehari sebelumnya kami sempat tidur di kasur tua yang hanya beralaskan sarung. Beberapa hari kemudian, tubuh terasa pegal dan mudah capek. Pusing juga menyerang tiba-tiba, membuatku...

Ilusi dibalik Seandainya

Terkadang kita ingin kabur dari keadaan sekarang, karena menganggap keadaan yang lain lebih menguntungkan. Dalam kacamata pengalaman pribadi, berada di negeri orang sering kali menaruh kita dalam ilusi. Menciptakan berbagai kemungkinan, seandainya saya berada di kampung halaman. Seandainya saya bisa pulang ke rumah sendiri. Seandainya saya bisa balik ke Indonesia.  Salah satu hal yang paling sering mengguncang ketika kaki baru saja menginjak negeri orang yang punya empat musim : perubahan cuaca. Penduduk tropis Indonesia tidak terbiasa menghadapi panas dan dingin yang cukup ekstrim dalam satu tahun yang sama.  Pengalaman pribadi yang baru saja terjadi adalah shock culture terhadap penanganan medis di Mesir. Urusan admistrasi yang rumit, hingga pelayanan yang kurang memuaskan terjadi ketika ingin memeriksakan buah hati kami setelah terjatuh. Sebagai orang tua yang sedang panik, kami tentu saja berharap pelayanan yang sigap, cepat dan detail. Namun kenyataannya, suster yang menj...

solusi bernama literasi

Merdeka! 76 tahun yang lalu, pejuang-pejuang bangsa berhasil membebaskan belenggu penjajahan dengan gagah berani. Memproklamasikan kemerdekaan, menjadikan Nusantara sebagai negara kesatuan yang berdiri di atas kaki sendiri, menolak dijajah oleh siapa pun. 76 tahun telah berlalu, masih terbilang muda untuk sebuah negara. Namun tak bisa juga dikatakan singkat. Sudah lewat setengah abad sejak pengakuannya sebagai negara yang berdaulat. Apa yang sudah dilalui oleh ibu pertiwi kita ini? Kemiskinan masih menjadi salah satu masalah terbesar di negeri ini. Per Maret 2021, sebanyak 27,54 juta orang warga Indonesia dikategorikan sebagai warga miskin. Ribuan KK di ibukota Jakarta tuna wisma, tak memiliki atap tetap sebagai tempat tinggal. Sementara para oknum berdasi yang terbukti mencuri uang rakyat, difasilitasi tempat tinggal nyaman nan mewah. Judulnya saja penjara, namun kehidupan yang ada nikmat tiada tara. Dalam kurun 76 tahun, apa yang telah berubah dari Indonesia ini? Merdeka hanya label,...

boleh jatuh cinta?

Apakah boleh aku jatuh cinta? Di masa puberku, cinta dan segala turunannya selalu menjadi salah satu hal yang bercokol di kepala. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan sepanjang tahun. Otak sibuk memproses, mencari tahu definisi cinta yang sebenarnya. Sementara hati ternyata tak butuh banyak waktu, degupnya selalu menandai hadirnya 'sang virus merah jambu'. Dulu, otakku selalu merespon negatif degupan sang hati. Ini salah, kamu tidak boleh merasakannya. Jangan jatuh cinta! Bisa sakit jadinya. Ini dilarang agama. Dan berbagai perspektif sesat lainnya. Padahal, agama mana yang melarang cinta? Cinta adalah sebuah fitrah bagi manusia. Ia adalah produk yang bisa mengubah pemabuknya menjadi pujangga. Obat bius yang meredakan rasa sakit, lelah dan kehilangan. Ia mampu mengubah dunia terasa jauh lebih indah. Dan cinta sejati adalah cinta kepada yang abadi. Semua orang punya kenangannya masing-masing ketika jodoh itu akhirnya datang menjemput. Bagiku, jodohku yang datang ke...