LDM Pertama
Hari kedua Abi safar, aku memutuskan membersihkan kamar. Mengembalikan buku dan mainan Nusaibah ke tempatnya, mengangkat dan membersihkan debu-debu dari tikar, hingga menyapu hampir setiap sudut ruangan. Berapa hari rumah kita bertahan seperti ini?
Setelah itu, kumasakkan Nusaibah beberapa masakan ringan. Bukan masak sih, hanya menghangatkan ikan goreng yang sudah jadi penghuni kulkas sejak beberapa hari. Mengajak Nusaibah duduk dan menikmati makanan yang sudah tersedia.
Sebenarnya, sempat terbersit dalam benak untuk membuat cemilan sore juga. Lalu membayangkan Abi pulang dan berseru senang, "Hore, bersih rumah Nusaibah. Hore, senang rasanya dibuatkan cemilan sore."
Akhirnya malah tertegun. Masih ada 27 hari sebelum aku mendengar seruan itu, lalu memeluk mesra keberadaannya. Masih ada 27 hari hingga bisa kuhirup dalam-dalam bau badannya yang khas setiap malam, meski dia tetap setia bersama senandung ngoroknya. Perlahan, hatiku yang sesak memanggil air mata jatuh dari pelupuk.
Ya Allah, hambamu rindu. Padahal belum genap dua hari. Hatiku lelah dibohongi dengan, "Anggap saja dia sedang kerja seperti biasa, tapi dengan waktu yang sedikit lebih lama."
Sesak yang pernah kurasakan ketika mendengar kabar Ummi menghembuskan napas terakhirnya. Terasa setelah lewat 24 jam, ketika hatiku mulai protes karena terus dibohongi.
Sejak menikah tiga tahun lalu, inilah kali pertama kami dipisahkan oleh jarak. Di tengah tanah rantau, rasa kesepian itu semakin menjadi. Harus aktif mencari kegiatan, atau rajin mengunjungi teman-teman sekitar agar hati tak dipenuhi rasa kosong.
Berpisah sejenak mungkin kadang diperlukan untuk kembali menguatkan kembali perasaan di antara kami. Perasaan rindu, perasaan untuk saling melengkapi, perasaan yang merupakan anugerah dari Allah untuk sepasang kekasih yang menempuh jalan yang diridhai-Nya. Mungkin banyak sekali hal-hal yang membuatku sebal tentangnya, atau membuatnya terus berusaha memperbarui stok kesabaran padaku lagi dan lagi. Namun momen ini jadi pembaharuan cinta, yang semoga pondasinya adalah keridhaan Allah dan terus Allah jaga.
Semoga kekasih hatiku selalu sehat di sana, selalu dalam perlindungan Allah. Semoga niatnya selalu tentang apa yang diridhai Allah. Setiap langkah kakinya terus dituntut oleh Allah, dan setiap waktunya penuh keberkahan. Semoga akan segera tiba waktu kami bersua kembali, di tempat yang paling agung di dunia, bersama cinta yang bersemi kembali.
Komentar
Posting Komentar