Ikeshima : Pulau Kecil Penuh Kenangan
Namanya pulau Ike atau Ikeshima. Letaknya sekitar 7 km arah selatan barat daya dari kota Nagasaki, Jepang. Ia masih masuk wilayah Perfektur Nagasaki, dan tergolong dalam kepulauan Seihi. Pulau kecil yang pernah menjadi bagian dari masa kanak-kanakku, hampir dua tahun lamanya kami sekeluarga menempati salah satu apertemen di sana.
Luasnya tak sampai satu kilometer persegi. Jika membuka peta dunia untuk mencari letaknya, akan sangat sulit menemukan wujudnya. Hanya sebuah titik kecil di tengah lautan yang tak jauh dari akhir daratan Jepang.
Dengan garis pantai yang hanya 4 km, pulau ini bisa dikelilingi satu putaran dengan berjalan kaki. Ketika liburan tiba, kami biasanya mendaki bukit-bukit dengan pemandangan lautan lepas. Jika pantai sedang surut, penduduk senang berburu kerang laut yang muncul begitu saja di permukaan. Jika tiba musim semi, indahnya bunga berwarna-warni bisa dinikmati sepanjang jalan. Tak hanya pohon Sakura, berbagai jenis bunga tumbuh subur di pinggir jalan. Ada yang mengatakan bahwa bibit bunga ini memang sengaja ditanam oleh pemerintah, hingga bisa dinikmati setiap musim semi.
Pulau yang hanya dihuni tak lebih dari seratus orang pada saat itu sangat terjaga kebersihannya. Bangunan apertemen yang sudah tua tetap terawat. Tak ada sampah sejauh mata memandang. Sejak dini, anak-anak telah diajarkan membuang sampah pada tempatnya. Bahkan sampah dari rumah pun disediakan tempat khusus berbentuk kerangkeng besi sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir.
Hanya sedikit penduduk yang tinggal untuk bekerja di pulau tersebut. Kebanyakan dari mereka bekerja di Nagasaki, kota terdekat dari pulau ini. Maka tak jarang kami jumpai pria berjas rapi mengendarai sepeda ke pelabuhan di pagi buta. Selain mereka, belasan warga negara Indonesia bekerja di tambang batu bara yang beroperasi ketika itu. Dengar-dengar, tambang itu kini ditutup. Pulau Ikeshima berubah menjadi tempat wisata edukasi tentang sejarah pertambangan batu bara.
Walaupun kecil, pulau ini juga tetap punya sekolah yang cukup besar. Anak-anak sekolah yang setiap tingkatnya hanya dihuni tujuh sampai sepuluh orang, selalu kompak berjalan bersama-sama setiap pagi dengan tas ransel kotak khas murid Jepang. Sekolah setingkat SD, SMP dan SMA berada dalam bangunan yang sama. Meski jumlah muridnya sedikit, sekolah ini tetap lengkap dengan lapangan olahraga, ruang makan, ruang kesenian, dan berbagai fasilitas lainnya.
Inilah sedikit potret gambaran tempat tinggal kami di Jepang 17 tahun silam. Kadang aku merindukan masa-masa itu, yang memorinya semakin menghilang seiring berjalan waktu.
Komentar
Posting Komentar