Doa Nusaibah
Hari ini, hari ketiga.
Nusaibah mulai sering bertanya tentang abinya ketika tersentak dari bangunnya. Kadang langsung memberi pernyataan sendiri, "Abi lagi kerja." atau "Abi lagi sholat." Yang kesemuanya benar. Abi memang lagi kerja di sana, dan Abi juga sholat di masjid teragung di dunia.
Setiap ia bertanya padaku, selalu kujawab, "Abi lagi di Ka'bah." Biasanya dia akan ikut merengek, ingin juga ikut ke Ka'bah. Seakan jarak Baitullah itu bisa kami gapai dengan hanya menaiki bus 80 coret. Setiap kali rengekannya datang, kuajak ia berdoa.
"Ya Allah, Nusaibah mau ke Ka'bah ya Allah." Dengan suara polosnya, doa itu selalu membuatku terharu dan mengaminkan dalam-dalam di hati.
Malam ini, ia tidak bertanya. Tapi tiba-tiba menangis saja begitu bangun tidur. Memanggil-manggil, Abi, Abi! Mungkin mulai merasa kehilangan, karena sebelumnya tak pernah ditinggalkan sedemikian lamanya. Seringnya hanya 12 jam, tengah malam ia bisa bermain "atraksi" atau "memijit" abi yang sudah capek. Meski terkadang selalu punya cara-cara ajaib agar perhatian kami lebih dipusatkan padanya.
Meski komunikasi sekarang semakin mudah, tetap sulit mencari waktu berbincang dengannya. Aktivitas yang lumayan padat harus membuatnya mencuri waktu agar bisa menelpon. Kadang baru semenit berbicara, ia sudah harus mengakhiri telpon dan pergi karena suatu urusan.
Katanya, "Ingin cepat bisa bertemu tanpa harus dibatasi jarak lagi. Berikhtiar mengabulkan doa Nusaibah, agar ia segera bisa melihat kiblat seluruh muslim seluruh dunia."
Semoga Allah melipat jarak baitullah itu, ya Nak, hingga kita bisa segera mengunjunginya bersama. Menikmati ibadah di dalam masjidnya secara lengkap, Ummi, Abi dan Nusaibah.
Komentar
Posting Komentar