Konsep Kepemimpinan Terbaik
Aku pernah kagum pada pola kepemimpinan Jepang dan negara maju lain yang kubaca dari buku-buku. Bagaimana mereka bisa mengatur negara agar bisa berkembang dan maju. Memerhatikan kepentingan rakyat, mengedepankan sikap disiplin dan bertanggung jawab. Wibawa sang pemimpin terpancar, rakyat pun percaya padanya.
Namun setelah kuperdalam kembali tentang pola-pola tersebut, kutemukan bahwa setiap pola memiliki cacat dalam penerepannya. Masih banyak hak rakyat yang belum terpenuhi, bahkan masih ada pemanfaatan posisi untuk kepentingan pribadi.
Berbeda dengan metode kepemimpinan dalam Islam. Semakin sering mencari tahu tentangnya, maka makin tak terbendung rasa kagumku. Islam adalah ajaran yang sempurna, tak kutemukan cela padanya. Bagaimana mengatur pemerintahan agar seluruh rakyat mendapat haknya, dan bagaimana hukum bisa bekerja dengan baik menghilangkan kezaliman dari individu tanpa pandang bulu. Setiap kesalahan telah diatur ganjaran yang setimpal, tidak kurang dan tidak lebih. Metode yang ditetapkan selalu selaras dengan sifat-sifat dasar--atau yang bisa disebut fitrah manusia.
Maka pemimpin yang menerapkan--atau berusaha menerapkan-- nilai-nilai Islam akan memperlihatkan kecemerlangan dalam kepemimpinannya. Sebut saja masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, bagaimana sahabat terpilih ini mengatur wilayah kekuasaan Islam. Aku terus berdecak kagum mendengar kisah-kisah mereka. Bahkan terkadang, di tengah polemik politik yang tiada habisnya, masa itu seperti dongeng belaka.
Mulai dari proses pemilihan, tak satu pun sahabat yang berebut kekuasaan. Jatah kepala negara dioper-oper, tak ada yang mengajukan diri secara langsung. Alih-alih senang, air mata mengalir di pipi pemimpin yang dipilih akibat rasa takut akan tanggung jawab yang besar. Mereka merasa tak pantas memegang tampuk kepemimpinan.
Namun, pada periode pemerintahannya, mereka benar-benar menjalankan seluruh tugas dan mengutamakan rakyat di atas kepentingan pribadi. Sikap adil sebagai pemimpin mereka usahakan sekuat tenaga, di mana pun dan kapan pun. Di dada mereka tertancap rasa khouf dan khosyah, rasa takut akan pengawasan Allah, hingga tak berani berbuat curang meski dalam kesendirian.
Tak heran, mereka mendapat teladan langsung dari sebaik-baik pemimpin di muka bumi. Dari tanah Arab yang gersang, sebaik-baik manusia yang mendapat bimbingan ekslusif dari Allah. Maka konsep kepemimpinan mana lagi yang akan kita teladani, jika bukan dari sang Maha Pencipta yang paling tahu keadaan ciptaan-Nya?
Komentar
Posting Komentar