Teladanku Menuntut Ilmu
Sejak dahulu, Ummi selalu menanamkan bahwa belajar adalah kegiatan yang takkan ada akhirnya. Berapa pun usia, di mana pun tinggal, setiap muslim wajib menuntut ilmu. Khususnya ilmu agama yang menjadi petunjuk kehidupan sehari-hari.
Beliau banyak mengamalkan banyak adab penuntut ilmu. Salah satu yang paling tampak adalah mulazamah terhadap seorang guru. Mulai dari tahun 1987 hingga detik-detik menjelang ajalnya, beliau tetap duduk di majelis ilmu yang sama dengan guru yang sama. Selama 35 tahun beliau bermulazamah, tanpa menutup pintu-pintu majelis ilmu lainnya. Bermulazamah terhadap seorang guru merupakan anjuran para ulama, agar ilmu yang didapatkan lebih melekat dan nasehat yang didapatkan lebih mengena.
Walau telah menyelesaikan sarjananya, beliau sempat mengambil kursi kuliah lagi di Sekolah Tinggi Bahasa Arab (STIBA) Wahdah Al-Islamiyyah Makassar. Menjadi mahasiswa yang paling senior di antara kawan-kawan sekelasnya tak menghalangi prestasi belajarnya, beliau selalu menduduki tiga besar di kelas. Sayangnya, kesibukan sebagai single parent membuatnya meninggalkan bangku kuliah itu setelah hampir dua tahun berjalan, membawa pulang pondasi dasar bahasa Arab dan enam juz hafalan yang berhasil dikumpulkan.
Selain mendalami ilmu agama, Ummi sebenarnya termasuk murid cerdas dalam bidang logika. Beliau mengaku sangat menyukai pelajaran fisika, hingga memilih fakultas teknik sipil sebagai jurusan kuliah selepas lulus SMA. Pilihan yang sedikit ia sesali, sebab dunia kerja alumni fakultas tersebut kebanyakan berkecimpung pada kerja lapangan yang bercampur antara laki-laki dan perempuan. Ilmu yang ia raup di sana pun tak begitu dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Namun beliau tetap mengaku bahwa kehidupan kuliahnya adalah masa-masa emas penuh pembelajaran dari pengalaman.
Ummi adalah orang yang amat senang membaca. Berbagai jenis buku dan artikel dibaca di sela-sela waktu luang. Bacaan yang paling beliau senangi bertema agama dan parenting. Buku-buku yang ia punya terpajang di rumah hingga kini. Kebiasaannya membaca ditularkan pada anak-anaknya, toko buku selalu menjadi daftar list yang wajib dikunjungi setiap kali nge-mall.
Ketika kami kecil, macam-macam buku parenting diborong dan dilahap. Bahkan ia akhirnya bergabung menjadi reseller, ikut menjualkan buku-buku parenting dan anak-anak. Salah satu pembawaan pakar parenting yang namanya masih hits hingga kini, ust Fauzil Adzhim sering menjadi pembahasan panjang kami. Ia sangat nyambung diajak berdiskusi dalam hal parenting.
Beliau juga sangat gigih mengejar hafalan Al-Quran. Impian beliau ingin memakaikan mahkota kehormatan untuk orang tuanya dari hasil hafalan yang beliau usahakan. Usia tak jadi penghalang, beliau tetap rajin menghafal dan menyetorkan ayat-ayat yang telah terkumpul pada musyrifah Al-Qurannya.
Ummi adalah teladanku semangat menuntut ilmu. Di usianya yang sudah kepala lima, Ummi tetap konsisten duduk di majelis ilmu, belajar dan mengajarkan apa yang telah ia ketahui.
Hingga minggu-minggu terakhir kehidupannya, rutinitas Ummi tak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar. Di Bandung pun beliau tetap mengisi melalui daring. Setiap kali Nusibah menelpon, beliau sering kali mengaku baru saja mendengarkan kajian, menyetorkan hafalan atau mengisi kelas.
Semoga setiap ilmu yang beliau kumpulkan di dunia ini menjadi bekal perjalanannya menuju kampung akhirat. Juga semoga pahala setiap huruf yang pernah beliau ajarkan menjadi investasi yang tak terputus hingga yaumil akhir...
Komentar
Posting Komentar