Sudahkah Engkau Bersujud Kepada-Nya, Mensyukuri Nikmat-Nya, Anakku?

Oleh : Erna Manimbangi

Perjalanan hidupmu sudah genap memasuki angka 12. 12 tahun bukanlah angka yang sedikit untuk mensyukuri segala nikmat-Nya kepadamu. Alhamdulillah,
lantunkan itu sayang dalam setiap langkahmu. Jangan engkau lupakan segala
pemberian-Nya kepadamu yang sungguh tak dapat dihitung walau seluruh temanmu
engkau ajak untuk turut membantu, walau seluruh keluarga juga turut membantumu,
bahkan walau seluruh manusia turut membantumu, tak dapat semuanya menghitung betapa banyak nikmat yang telah diberikan kepadamu sampai hari ini.

Coba hitung sayang, sudah berapa liter udara-Nya yang engkau hirup secara
gratis, tanpa bayar sama sekali, sejak engkau menangis untuk pertama kalinya di
pagi 27 ramadhan, 27 Februari, 12 tahun yang lalu. Andai saja Allah menahannya
tidak memberimu barang itu tiga menit saja, maka mungkin hidupmu tidak bertahan
sampai genap 'dua belas' seperti hari ini. Ya...tiga menit saja udara tidak
mengalir ke dalam paru-parumu, engkau akan kesusahan yang teramat sangat, dan
untuk menit selanjutnya akan merasakan sakit yang teramat sangat. Jika belum
tahu rasanya, maka cobalah menutup mulutmu, dan juga menutup hidungmu dan
rasakan pada hitungan menit keberapa engkau sudah sangat ingin menghirup
udara-Nya yang telah Ia sediakan untukmu, tanpa harus mengeluarkan uang
sepeserpun. Tanpa harus bersusah payah mengambilnya di tempat yang jauh dan
mengeluarkan tenaga yang banyak untuk memperolehnya. Tanpa harus menghiba-hiba
kepada pencipta zat itu karena khawatir Ia marah padamu dan
menahannya tak memberikanmu. Tanpa engkau minta, Dia tetap memberimu dengan
kasih sayangnya yang tak bertepi.
  
Sepanjang hari, walau engkau terlelap dalam tidur yang panjang Dia tetap
mengirimkan penunjang hidupmu itu. Sepanjang minggu, sepanjang bulan sepanjang tahun, selama dua belas tahun, masih Dia begitu murahnya memberimu tanpa pernah menghentikannya. Mungkin pernah suatu saat engkau begitu susah untuk menghirup udara-Nya saat Dia mengujimu dengan sedikit rasa sakit di tenggorokanmu dan di dadamu. Ummi ingat suatu saat engkau hanya bisa menangis karena cairan di
hidungmu menghambatmu untuk menghirup udaranya dengan leluasa. Engkau terbangun
dari tidur nyenyakmu dan menangis di tengah malam itu karena engkau masih belum
tahu mengungkapkan perasaanmu karena kepandaian berbicara belum Dia berikan
kepadamu.
  
Ummi begitu kasihan melihatmu sering terjaga dan menangis beberapa kali dalam
semalam itu. Tapi itu hanya beberapa lama, sangat sedikit sekali jika dibandingkan nikmat sehat yang engkau telah lalui selama dua belas tahun ini, sehingga engkau bebas sebebas-bebasnya menghirup udara-Nya tanpa engkau minta.

Untuk semua itu, sudahkah engkau bersujud kepada-Nya, mensyukuri nikmat
besarnya itu, anakku? Sudahkah engkau mengucapkan 'Alhamdulillah' sembari
mengenang begitu pemberian-Nya kepadamu kadang luput engkau syukuri selama ini.

Lihatlah tubuhmu, anakku. Saat di telepon engkau mengabarkan tinggi tubuhmu sudah 150 centimeter, 7 sentimeter lagi tubuhmu sudah setinggi Ummi. Subhanallah...rasanya belum lama berlalu saat engkau masih tertatih-tatih belajar berjalan karena kakimu belum begitu kuat untuk menopang tubuhmu yang masih puluhan sentimeter tingginya. Rasanya baru saja ummi menggendongmu karena kelelahan mengelilingi rumah Allah dalam tawaf yang hanya tujuh kali putaran itu. Rupanya tubuhmu masih terlalu kecil untuk kuat bersama orang-orang yang mencoba mendekatkan diri kepada-Nya berkeliling menyebut nama-Nya. Engkau menyerah dan minta digendong oleh ummi. Sekali waktu abi lah yang menggendongmu karena lebih kuat melakukan itu.

Sungguh begitu banyak sudah makanan yang masuk ke tubuhmu sehingga tinggimu bisa menjadi seperti sekarang. Entah sudah berapa puluh bahkan ratus kilogram beras telah engkau habiskan untuk menunjang pertumbuhan tubuh, tulang, otak dan seluruh asesoris tubuhmu. Entah sudah berapa banyak ikan yang mati dan rela mengisi perutmu karena Allah memerintahkan itu kepadanya. Entah sudah berapa ekor ayam, dan juga telur-telurnya, sapi, kambing, yang bernasib sama semua untuk mengisi kebutuhanmu. Dan coba hitunglah berapa banyak tumbuhan yang dihidupkan oleh Allah sekedar untuk memenuhi kebutuhanmu akan sayuran dan buah-buahan.

Dan berapa banyak gula yang dihasilkan dari pohon-pohon tebu yang diciptakan
Allah untuk memenuhi kenikmatan lidahmu dikala engkau menjilati es krim yang
menjadi kegemaranmu. Belum lagi berapa banyak ibu sapi yang rela membagi susu
untuk bayinya untuk dijadikan minuman yang menyehatkan tubuhmu. Semua tak luput
dari perhatian Allah yang begitu besar kepadamu. Tak setetes susupun yang masuk
ketubuhmu kecuali dengan perhitungan yang amat sempurna untuk memenuhi janjinya
bahwa Ia akan menjamin rezeki setiap hambanya.

Untuk semua itu, sudahkah engkau bersujud kepada-Nya dan mensyukuri segala
pemberian-Nya kepadamu, anakku? Beberapa bulan yang lalu, engkau mengabarkan bahwa engkau mendapat peringkat ke tiga terbaik dalam lomba matematika di kota kelahiranmu. Suatu karunia yang besar yang telah diberikan kepadamu sekali lagi oleh-Nya anakku. Dialah Allah yang telah menciptakan otakmu mampu mencerna dan menyelesaikan soal-soal yang dipandang susah oleh sebagian orang.

Teringat engkau telah pandai membaca saat umurmu belum genap empat tahun. Engkau bahkan telah pandai mengeja kata-kata pendek yang tertulis di majalah di atas pesawat yang membuat seorang ibu di samping ummi terkesima melihat engkau
yang masih sangat kecil sudah dpat mengenal huruf-huruf dan berusaha
membacanya.
  
Waktu itu dalam perjalanan menuju ke Sudan, umurmu baru saja melewati dua
tahun. Juga ummi ingat sekali saat adikmu almarhum Zahid baru lahir, engkau telah dapat mengeja huruf-huruf hijaiyyah yang ummi buat dan tempelkan di dinding kamar tidur yang penuh warna-warni itu. Saat itu usaiamu belum lagi genap dua tahun.

Ummi ingat pula saat perpisahan di TK Wihdatul Ummah, engkau terpilih menyampaikan pidato perpisahan mewakili teman-temanmu. Terasa begitu mudah
engkau menghapalkan pidato-pidato yang ummi buatkan untukmu. Karena masih
sering ada kata-kata yang engkau lupa maka tulisan itu ummi buatkan untuk engkau bawa dan dibaca saat engkau lupa pidatomu. Ummi terharu sekali saat engkau naik di panggung dan menyampaikan sepatah katamu itu. Dengan wajah polosmu yang baru berusia lima tahun lebih sedikit engkau memesona hadirin yang hadir di tempat itu. Dan saat kata itu hilang dari memorymu engkau dengan lugunya melihat contekanmu untuk membaca apa yang telah ummi tuliskan untukmu.

Tentu saja para hadirin tertawa geli melihat tingkahmu itu. Dengan percaya diri
engkau teruskan membaca contekanmu sambil sekali-sekali berhenti, mencoba
mengingat apa yang telah engkau hafalkan sebelumnya. Lucu sekali dan menggelikan. Ummi bangga padamu anakku. Engkau pandai sayangku, engkau cerdas
anakku, Allah telah menganugerahkan semua itu kepadamu. Allahlah yang telah membuat
otakmu mudah menerima pelajaran-pelajaran dan menyimpannya di memory otakmu untuk
beberapa lama, dan saat dibutuhkan engkau mudah mengambilnya. Allahlah yang
telah menyusun otakmu dengan amat sempurna. Alhamdulillah. Segala puji bagi
Allah yang mampu mencipta seperti itu.

Untuk semua itu, sudahkah engkau bersujud kepada-Nya dan mengucap syukur kepada-Nya atas nikmatnya yang sungguh besar itu? Sudahkah engkau banyak
mengingatnya karena sungguh sayangnya kepada-Mu jauh melebihi sayangnya seorang
ibu kepada anaknya. Ummi sangat menyayangimu, tak terucap dengan kata-kata betapa ummi sangat menyayangimu, tapi ternyata ada yang lebih menyayangimu dari sayang ummi ini.

Dialah Allah, Rabbul Izzati yang telah menyempurnakan penciptaan-Nya kepadamu. Dialah Allah yang menjagamu sepanjang hari, memberimu segala sesuatu tanpa sedikitpun pernah meminta untuk dikembalikan. Dialah Allah yang telah menyediakan begitu banyak rezeki untuk jatah hidupmu di dunia ini. Dialah Allah sang Maha Penyayang yang memberikanmu orang-orang yang menjaga dan mengasihimu sejak engkau baru lahir sampai saat ini. Dia memberimu seorang ayah yang dengan perantaraannya dikirimkannya makanan yang dapat terbeli untuk kelangsungan hidupmu. Dialah pula yang memberimu seorang ibu yang menjagamu dan mengasihimu sejak engkau di buaian, sampai saat ini. Beruntung engkau anakku masih mempunyai ayah dan ibu sampai saat engkau sebesar ini. Walaupun kami jauh darimu saat ini, tapi setidaknya engkau masih memilikinya.

Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam tidak pernah melihat sosok ayahnya, dia pun hanya enam tahun bisa merasakan kehangatan kasih ibunya. Rasulullah tercinta telah kehilangan orang-orang yang dicintainya sejak masih kecil, dan beruntun untuk tahun-tahun selanjutnya telah kehilangan orang yang teramat sangat dicintai dan melindunginya.

Untuk semua itu sudahkah engkau bersujud dan bersyukur kepada-Nya anakku?

Cobalah lihat ke seluruh tubuhmu anakku. Disana tersebar kasih sayang Allah kepadamu. Mulai dari mata, bibir, hidung, tubuh, tangan, kaki, semuanya dengan ciptaan yang amat sempurna. Tidak ada yang kurang, seperti banyak saudara-saudaramu yang lain di bumi Allah ini yang mendapat kasih sayang-Nya dalam bentuk yang lain. Mereka tidak punya lengan, mereka tidak punya kaki, mereka buta, mereka cacat, mereka tidak dapat berlari kemana-mana, hanya kursi roda yangmenemaninya sehingga dengan begitu gerakannya sangat terbatas. Bakhan ada yanghanya berdiam di tempat tidur karena sama sekali tak kuasa menggerakkan tubuhnya, tangannya begitu lemah untuk sekedar menggerakkan roda-roda kursinya.

Mereka tak bisa ke sekolah seperti apa yang engkau lakukan setiap hari. Mereka tak bisa melihat indahnya ciptaan Allah seperti engkau melihat hijaunya daun, indahnya warna-warni bunga, indahnya mentari pagi dan indahnya matahari terbenam di pantai dekat rumah puang nenek. Mereka tak bisa mendengar dengan telinganya seperti engkau selalu mendengar celoteh adik-adikmu saat berbicara di telepon bercerita kepadamu tentang Jepang dan bahasa Jepang. Dan mereka juga tak bisa berbicara dengan lancar seperti engkau lancar berbicara kepada ummi menceritakan segala sesuatu yang engkau alami dan engkau lihat.

Untuk semua itu, sudahkah engkau bersujud dan mengucap syukur kepada-Nya anakku?

Sesungguhnya masih banyak hal-hal disekelilingmu yang Allah telah berikan untukmu, untuk seorang yang bernama Zakiy, yang lahir pada tanggal 27 Februari 1995, tak meleset, hanya untuk seorang Zakiy, Zakiy Gazali, bukan Zakiy Muhammad atau Zakiy Haerul atau Zakiy lainnya....yang tak dapat dihitung berapa banyak pemberian-Nya kepadamu, anakku.

Untuk semua itu, sudahkah engkau bersujud dan mengucap syukur kepada-Nya wahai anakku sayang?

Semoga engkau menjadi orang yang pandai melihat segala nikmat-Nya kepadamu dan pandai untuk mensyukurinya sehingga setiap langkah dan gerakmu akan bermuara kepada-Nya, melahirkan kecintaan yang tiada terperi kepada Zat yang telah memberi begitu banyak cintanya, kepadamu. Semoga dengan banyak bersujud dan mensyukuri nikmat-Nya, engkau akan diangkat ke derajat orang-orang yang mendapat predikat kekasih Allah dan bisa berkumpul dengan para kekasih Allah yang senantiasa rindu untuk bertemu dengan zat yang Maha Penyayang...Allah subhanahu wata'ala.

Nagasaki, 27 Februari 2007

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh