Seuntai Doa dari Ummi
Ummi, doakan ya besok Dina mau ujian fiqih.
Chat semacam ini sangat sering kukirimkan pada Ummi, terutama setelah merantau. Meminta restu atas segala rencana yang akan kulakukan esok hari. Walau jarak ribuan kilometer terbentang, kegiatanku beberapa hari ke depan selalu kuinformasikan kepada Ummi sehingga beliau punya bayangan atas apa saja yang kulakukan sehari-hari.
Bagiku, doa Ummi semasa hidupnya adalah salah satu hal yang tak boleh terlewat. Sebab, lisan seorang ibu yang mendoakan kebaikan anaknya sangat sering mustajabah. Apalagi jika dipanjatkan di sepertiga malam, dalam sujud-sujud panjang dengan air mata yang mengalir. Maka terus meminta doa kebaikan menjadi rutinitasku setiap hari.
Pernah suatu kali flu berat beserta demam menyerang kami sekeluarga. Aku enggan memberitahu Ummi, takut membebani pikirannya. Namun pada akhirnya intuisi seorang ibu membongkar berita tersebut. Dengan sedih beliau mendoakan kesembuhan, juga menasihati,
"Kalau sakit, jangan sungkan menginfokan. Supaya Ummi di sini bisa mendoakan. Bagaimana bisa didoakan kalau sembunyi-sembunyi begitu, gak tahu kabar terkini." Sejak saat itu aku selalu mengabarkan setiap kali kami sakit.
Setelah putri sulungku lahir ke dunia, Ummi terus mengingatkan agar aku menjaga lisan baik-baik. Sebab ucapan spontan akibat emosi sementara bisa menjadi doa bagi anak. Ketika rasa marah menghampiri, berkata yang baik atau diam. Jika tak mampu, menjauh dulu beberapa saat hingga bisa kembali mengendalikan lidah kita.
Aku selalu yakin, pada seluruh takdir baik yang pernah terjadi padaku dan kedua kakakku, ada sumbangsi doa Ummi di sana. Hingga kini, aku selalu merindukan momen meminta doa dan restu pada Ummi. Lalu beliau akan memberikan doanya saat itu, sambil terus menyemangati agar terus berjalan selama ridha Allah menjadi tujuannya.
Komentar
Posting Komentar