Cinta yang Pernah Hadir

"Selalu saling manggil sayang. Tapi kalau digenggam tangannya di depan umum, tidak mau. Hehe," kenang Ummi, lengkap dengan binar dalam matanya. 

Entah sejak kapan, setiap kali Ummi mengenang kisah cinta masa lampaunya, kutangkap sinar yang berbeda dari wajahnya. Mungkin dari awal memang seperti itu, tapi hatiku yang memupuk rasa kesal enggan menyadari. Mengenang cinta halal setelah sekian tahun menjaga diri dari paparan virus merah jambu, begitu menyenangkan baginya. Tentang cinta pertama, Ummi jarang menceritakan hal-hal yang negatif. 

Pertemuan pertama yang mendebarkan juga pernah ia rasakan. Cerita yang selalu membuatku mengulum senyum, diam-diam membayangkan. 13 tahun kebersamaan mereka yang hampir setengahnya di tanah rantau sangat seru untuk disimak. Kadang aku terus bertanya, lalu Ummi dengan senang hati menceritakan. 

Sepotong kisah lampau yang bak dongeng bagiku, sebab kisah cinta mereka tak pernah tertangkap dalam memori. Sebab orang yang sama, tega membentangkan jarak di antara kami, omongannya sering menyudutkan dan berkali-kali mengalirkan air mata di wajahnya yang semakin sendu hari demi hari. Hingga akhirnya tanpa sadar menorehkan luka di sudut hati, yang amat sulit disembuhkan. 

Namun Ummi selalu mengenangnya dengan indah, walau kini sehelai hijab wajib ia gunakan di hadapannya. Meski pengadilan telah memutuskan bahwa hubungan keluarga antar mereka telah tiada. 

Meski mungkin, rasa cinta yang pernah hadir tinggal kenangan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh