Pelukan Terakhir
Dalam dunia psikologi, berpelukan menjadi salah satu topik yang sering diangkat sebagai momen yang membahagiakan. Menurut penelitian, kegiatan ini memunculkan hormon oksitosi atau hormon kebahagiaan. Hormon ini memberi rasa nyaman dan tenang tatkala dikeluarkan. Rasa lelah setelah menyelesaikan rutinitas kewajiban atau stres atas tekanan pekerjaan bisa diringankan dengan kegiatan ini.
Bahkan beberapa peneliti menganjurkan berpelukan ketika seseorang merasa marah. Emosi yang naik meningkatkan detakan jantung, berpelukan dapat menurunkan detak jantung ke tingkat optimal.
Pelukan juga menjadi salah satu cara mengekspresikan kasih sayang, baik antar pasangan maupun antar orangtua ke anak. Dokter spesialis anak dr. Fransisca Handy Barazaini Wicaksono Agung menuturkan bahwa pelukan punya kaitan erat dengan pembentukan bonding atau ikatan antara anak dengan orang tua. Mereka akan merasa dicintai, nyaman, dan tenang yang punya pengaruh bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan di masa depan.
Sejak kecil, pelukan Ummi adalah tempat favorit. Rasa hangat dan nyaman yang kudapatkan tidak pernah terganti oleh orang lain. Setiap bangun tidur, pulang sekolah hingga akan tidur kembali. Meski beberapa orang kerap malu dipeluk di masa remajanya, aku tetap tak sungkan berpelukan di depan orang lain. Terutama ketika akan berpergian, peluk dan cium menjadi rutinitas wajib kami.
Pelukan Ummi terakhir kurasakan tiga tahun lalu dalam waktu yang sangat terbatas. Rute terakhir safar domestik dari rumah mertua ke Jakarta hanya menyisakan masa transit satu jam di Makassar. Penumpang sebenarnya tidak diperkenankan turun, tetapi aku mendapat izin keluar bandara setengah jam untuk bertemu. Sambil menenteng oleh-oleh, kami berpelukan dan mengobrol cepat sebelum maskapai mengumumkan keberangkatan pesawat.
Aku bersyukur memiliki momen terakhir itu. Mungkin penyesalan yang kurasakan akan lebih besar jika saat itu aku tak bersikeras untuk turun.
Komentar
Posting Komentar