Jabatan Takdir

Bagi seorang anak, lebih baik memiliki ibu berprofesi ibu rumah tangga yang diam di rumah atau wanita karir dan aktivis yang sering keluar?

Tentu jawaban atas pertanyaan ini relatif. Setiap keluarga berhak menentukan pilihan tergantung kondisi dan situasi. Masing-masing punya konsekuensi tersendiri, maka harus menyiapkan diri atas konsekuensi tersebut.

Bahan yang bisa dijadikan pertimbangan sebelum mengambil keputusan, bahwa anak adalah peniru ulung orang tuanya. Seluruh gerak-gerik yang dilakukan hendaknya diperhatikan, sebab ada anak kecil yang tumbuh dan berkembang sesuai apa yang diteladankan oleh sang ibu dan bapak. Orang tua akan mewariskan watak dan caranya mengambil sikap dalam kondisi tertentu, baik secara sadar maupun tak sadar. Maka tentukan pilihan yang paling baik bagi kemaslahatan anak.

Poin lain yang harus diperhatikan, bahwa orang tua terutama ibu harus sehat secara fisik dan mental agar mampu menjalankan peran. Ia sebaiknya diberikan ruang untuk mengaktualisasi diri, minimal kegiatan mengasuh anak dan menjaga kebersihan rumah diberi apresiasi oleh pasangan dan keluarga terdekat. Tidak dianggap sebagai pekerjaan yang rendah karena belum mampu membantu finansial rumah tangga.

Aku sendiri pernah menikmati peran Ummi sebagai full ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karir.

Saat usiaku belum genap enam tahun, Abi yang mendapat penugasan ke Jepang memboyong kami sekeluarga pindah ke sana. Ummi setia mendampingi, mengatur pendidikanku dan juga kakakku agar selaras dengan situasi di sana tanpa melupakan pembelajaran yang dibutuhkan sepulangnya nanti ke Indonesia. Aku yang belum masuk usia sekolah menghabiskan banyak waktu di rumah. Mengamati Ummi sejak bangun tidur hingga tidur kembali.

Selain mengurus kami, Ummi juga mengisi waktu luangnya dengan aktif menulis di website multiply. Setelah urusan memasak dan bersih-bersih selesai, beliau akan tenggelam dalam dunia maya yang ketika itu baru diluncurkan. Membagikan pengalaman sekaligus membaca cerita teman-teman seperjuangan menjadi momen hiburan baginya dalam mendampingi suami di tanah rantau. Di sela-sela bermain, aku sekali-kali menyela. Ingin dibuatkan multiply yang sama dan melakukan kegiatan yang sering beliau lakukan. Kelihatannya sangat menyenangkan.

Dua tahun berada di negeri sakura, kami pulang ke tanah kelahiran. Setelah tahun-tahun berat, kondisi memaksa beliau untuk turun mencari nafkah. Mengandalkan hobi membuat kue sekaligus mengajar, membuatnya harus keluar rumah hampir setiap hari. Di samping itu, beliau tetap aktif hadir dan mengisi kajian rutin pekanan maupun seminar-seminar lokal yang diadakan oleh ormas setempat.

Aku sering ikut ke mana pun Ummi pergi. Mengantar pesanan kue untuk buka puasa bersama, menemani beliau mengajar privat hingga mendampingi ketika beliau mengisi kajian di hotel. Seiring berjalannya waktu, aku menjadi asisten pribadi. Ikut digaji saat membantu membuatkan pesanan serta diamanahkan memegang kendali laptop dan proyeksi dalam sebuah seminar.

Walau harus terus berpergian, aku tetap mengambil banyak teladan darinya. Dahulu di Jepang, aku belajar langsung padanya seperti seorang murid berguru. Belajar mengenal abata, membaca, berhitung hingga menulis. Berbagai metode belajar sambil bermain diterapkan berdasarkan kreativitas beliau dan imajinasi kami yang tanpa batas.

Sedangkan pada episode di tanah kelahiran, aku belajar dari setiap langkah kakinya. Mulai dari hal sederhana seperti cara menimbang takaran agar pas dan tidak bantat, cara mengajar yang bisa mencegah kebosanan hingga cara mengatur intonasi suara agar terus mengikat perhatian para audience. Sebagai anak, aku terus ingin meniru apa yang dilakukan Ummi meski usia bertambah dewasa.

Kini, jabatan sebagai seorang ibu berpindah padaku. Apa pun takdirku di masa depan, menjadi seorang ibu rumah tangga atau wanita karir, aku berharap bisa seperti Ummi. Terus memberi teladan bagi anak-anaknya, setidaknya bagi putri bungsunya yang terus memupuk rindu hingga detik ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh