Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Nusaibah Mau ke Ka'bah

"Ya Allah, Nusaibah mau ke Ka'bah ya Allah.. Amiin..."  Begitulah doa yang dipanjatkan putri kecilku tiap kali melihat gambar Ka'bah di sajadah, di buku, dan di mana pun itu. Begitu juga yang ia ucapkan setiap kali aku menelpon suami yang telah terlebih dahulu berada di sana.  Perjalanan ke baitullah bukanlah perjalanan biasa. Ia punya faktor penentu yang tak ada seorang pun tahu, apakah Allah memanggilnya dan mengizinkannya berada di sana atau tidak. Maka tatkala sampai di sana, ucapan talbiah yang terus dilafazkan oleh bibir selalu sama. Labbaikallahumma labbaik. Kami memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah..  Orang yang ke sana adalah orang-orang pilihan, orang yang dipanggil langsung oleh Allah. Betapa banyak keajaiban yang terjadi bagi penziarahnya, yang akhirnya mengantar mereka ke tanah suci itu melalui jalan yang tidak diduga. Sebaliknya, sangat banyak cerita tentang mereka yang sudah punya persiapan matang untuk berangkat, tetapi terhalang dengan hal-hal yang sangat ...

Atas Nama Donasi

Berita gempa di Turki dan Suriah beberapa waktu lalu cukup menggemparkan dunia. Informasi dari berbagai segi pandang tersiar, foto maupun video korban tersebar di seluruh jagat maya. Mudah sekali mengakses berita tentang ini, hanya dengan sentuhan jempol yang ringan dan satu kali klik. Bahkan terkadang kita tak perlu melakukan apa-apa, video demi video akan terputar sendiri sepanjang waktu tanpa harus digerakkan sama sekali.  Kemudahan penyebaran informasi ini menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, bantuan dan donasi mudah dikumpulkan dari empati penduduk dunia akan musibah yang para korban alami, terutama ketika melihat cuplikan penyelamatan anak-anak di antara reruntuhan. Seluruh dunia bisa patungan membantu tanpa harus beranjak dari ranjang nyaman di rumah.  Sayangnya, di sisi lain, ada pihak yang tak bertanggung jawab memanfaatkan momen ini untuk menipu. Mengunggah tulisan yang menyentuh hati bersama foto-foto yang mengundang air mata. Mengatasnamakan sebuah lembaga untu...

Titah Sang Raja Muda

"Putra mahkota naik takhta! Putra mahkota naik takhta!" Seruan itu disambut penuh sukacita oleh seluruh penduduk, tanpa pengecualian. Usia sang raja masih belia ketika wasiat sang bapak, raja sebelumnya, dibacakan. Pemuda yang begitu mencintai rakyat, yang amat senang berbaur di tengah-tengah mereka tanpa rasa sungkan.  Tentu pengangkatannya sebagai pemimpin negeri sangat dinanti. Tatkala tersiar kabar penobatan di kerajaan, hampir seluruh rakyat menitikkan air mata, menangis bahagia karenanya.  Harapan penduduk negeri terletak pada pundaknya. Maka masa-masa awal setelah penobatan, sang raja muda sering berpikir keras tentang cara terbaik menyenangkan hati masyarakat. Setelah mengurung diri berhari-hari di kamar, titah pertama sang raja adalah,   "Saya akan memberi wewenang kepada rakyatku agar mereka bisa menetapkan sendiri peraturan yang ditegakkan oleh kerajaan. Keputusanku akan ikut apapun yang mereka inginkan!" Penasihat kerajaan yang telah berusia sepuh, ragu ...

Cerita yang Paling Mengagumkan

Menulis dan menulis, mengarang kehidupan seorang fiksi agar ia "hidup" dalam sebuah tulisan adalah tugas para penulis.  Ketika akan menuliskan cerita, juga memikirkan para tokoh dan karakterisitiknya, aku merenung dan tersadar. Bahwa kehidupanku selama 22 tahun ini merupakan skenario yang paling unik, tak ada kisah yang bisa menyamainya. Juga aku yakin di luar sana, ada jutaan, bahkan milyaran kisah unik lainnya yang tak pernah sama persis satu sama lain, telah dirancang oleh Allah secara apik tanpa terlewat sedikit pun.  Jika setiap orang mau menceritakan kisahnya, kita sebenarnya tak perlu buku-buku fiksi yang dibuat atas dasar khayalan untuk membuat takjub pembaca. Kita juga tak perlu tokoh-tokoh rekaan yang membawa emosi pembaca naik dan turun. Tak perlu itu semua, karena cerita setiap manusia di luar sana sama sekali tak terduga dan lebih mengagumkan. Kita tak tahu saja.  Namun setiap orang punya rahasia dan privasinya masing-masing. Salah satu cara menyampaikan kisa...

Kenangan Indah

Dua tahun lalu, aku masih ingat frustasi yang kurasakan hampir setiap hari di awal kelahiran bayi pertamaku. Tubuhnya yang rapuh, cara berkomunikasinya yang sangat terbatas hingga adaptasi sebagai seorang ibu yang harus menyusui secara berkala membuatku sering uring-uringan. Belum lagi masalah-masalah kecil yang hadir kadang dipikirkan berlebihan, yang kadang aku tak mampu melihat ujung jalan keluarnya. Hari ini, bayi kecilku sudah berusia dua setengah tahun. la sekarang bisa berlari sendiri tanpa harus digendong ke mana-mana. Nutrisinya tak tergantung lagi pada ibunya, ia bisa memasukkan sendiri makanan ke dalam mulut. Pola tidur mulai bisa diatur, meski terkadang energi yang belum habis membuatnya terjaga setengah malam. Aku bahkan kadang masih tak percaya melihatnya bisa naik turun tangga tanpa dibantu sama sekali. Persoalan paska kelahirannya menjadi masa lalu yang kini bukan apa apa. Namun bukan berarti tugasku selesai. lantangan sebagai seorang ibu ternyata berubah-dan meningkat,...

Konsep Kepemimpinan Terbaik

Aku pernah kagum pada pola kepemimpinan Jepang dan negara maju lain yang kubaca dari buku-buku. Bagaimana mereka bisa mengatur negara agar bisa berkembang dan maju. Memerhatikan kepentingan rakyat, mengedepankan sikap disiplin dan bertanggung jawab. Wibawa sang pemimpin terpancar, rakyat pun percaya padanya. Namun setelah kuperdalam kembali tentang pola-pola tersebut, kutemukan bahwa setiap pola memiliki cacat dalam penerepannya. Masih banyak hak rakyat yang belum terpenuhi, bahkan masih ada pemanfaatan posisi untuk kepentingan pribadi. Berbeda dengan metode kepemimpinan dalam Islam. Semakin sering mencari tahu tentangnya, maka makin tak terbendung rasa kagumku. Islam adalah ajaran yang sempurna, tak kutemukan cela padanya. Bagaimana mengatur pemerintahan agar seluruh rakyat mendapat haknya, dan bagaimana hukum bisa bekerja dengan baik menghilangkan kezaliman dari individu tanpa pandang bulu. Setiap kesalahan telah diatur ganjaran yang setimpal, tidak kurang dan tidak lebih. Metode y...

Anugerah di Balik Masalah

Dari dulu, aku sering memikirkan tentang sebuah masalah dan anugerah di baliknya.  Masalah adalah persoalan yang pasti akan dihadapi setiap manusia dalam kehidupan dunia. Rintangan demi rintangan harus diselesaikan, yang kadang dalam prosesnya menguras begitu banyak tenaga. Baik secara fisik, maupun mental.  Namun masalah yang datang dalam kehidupan selalu mengandung anugerah. Hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan bekal pada masa yang akan mendatang. Ia bahkan bisa membuat seseorang lebih maju dibanding selainnya. Karena itu harus peka terhadap pelajaran yang bisa diambil, tidak hanya fokus pada rasa tidak nyaman yang membebani pundak.  Salah satu contoh kecil tentang ini adalah perbedaan iklim dan cuaca pada negara-negara yang berbeda. Pada negara tropis dengan curah hujan tinggi seperti Indonesia, kebanyakan bangunannya dibangun dengan eksterior yang anti air. Berbagai inovasi dibuat agar dinding bisa menahan laju air tidak masuk ke dalam rumah. Perusahaan cat, bahan...

Sebuah Ekspektasi

Sebelum dia berangkat, ekspektasiku tentang keseharian tidak seperti ini.  Waktu luang akan lebih banyak, berbagai proyek juga kusiapkan. Mendaftarkan diri pada perhelatan menulis selama 30 hari berturut-turut pun juga kulakukan. Pikirku, akan banyak sekali untaian kata yang bisa dituang selama menunggu kepulangsnnya. Maka, kuambil tema yang sedikit lebih sulit dibanding biasanya.  Namun sejak hari pertama, aku ternyata kehilangan semangat melakukan apa pun. Hanya memandang handphone, berharap notifikasi masuk dari kontaknya. Ingin bercerita panjang lebar, tapi kesibukannya menghalangi kami berkomunikasi lama. Kalau pun sempat, tetap terasa berbeda berbicara langsung dibanding melalui kotak kecil.  Selama menelpon, perhatiannya juga tetap harus dibagi pada si kecil. Tak jarang gadisku itu menarik perhatian dengan cara-cara yang tak terduga, karena aku keasyikan bercerita sendiri. Akhirnya aku harus belajar menahan ego untuk bercerita lebih banyak dan mengalah. Sesekali ka...

Apa yang Kamu Pikirkan?

"Apa yang kamu pikirkan?"  "Berpikir untuk berhenti, dan bermasa bodoh dengan semua ini."  "Kenapa?"  "Karena aku seperti kehilangan tujuan untuk tetap menulis sesuai tema." "Bukankah itu yang terus kamu katakan sejak hari-hari awal? Tapi, meski harus menemui semburat kuning di ladang, kamu berhasil melangkah hingga hari ini, kan? Kamu masih bertahan di grup para pejuang itu, kan?" "..." "Oke, saya tanya kembali. Apa tujuan awalmu?" "Menuliskan Jepang dalam kacamata Islam." "Itu bukan tujuan, tapi prosesnya. Apa yang ingin kamu capai dengan menulis tema itu?"  "Aku... Ingin menyampaikan kepada orang lain, bahwa sehebat-hebatnya budaya Jepang, Islam sebenarnya sudah hadir sebagai referensi utama pendidikan manusia sebenarnya. Islam mengajarkan begitu banyak tata cara kehidupan, serta cara menyelesaikan masalah yang kadang menimpa." "Apa benar itu tujuannya?" "..." ...

Peraturan yang Paling Sempurna

Beberapa hari yang lalu, potongan ceramah ust Felix Siauw lewat di berandaku. Video pendek tersebut langsung menarik perhatian, karena pembahasa utamanya adalah Jepang dan Islam. Pas banget nih, emang lagi nyari referensi tentang ini. Setelah menonton cuplikan tersebut, kucari versi fullnya di YouTube. Sayangnya masih tetap terpotong, tapi setidaknya intisari pembahasan beliau bisa diolah oleh otakku. Dalam ceramahnya, beliau menyebutkan tentang kebersihan, ketinggian moral, dan hal-hal positif lainnya tentang Jepang yang banyak dijadikan contoh oleh masyarakat dunia. Namun bersama dengan itu, berbagai masalah juga harus dihadapi oleh pemerintahan negeri sakura. Tingkat kelahiran yang rendah, kematian akibat bunuh diri dan pekerjaan menjadi poin teratas yang sedang dicari jalan keluarnya. Berbagai solusi dicoba dilakukan, seperti memberi tunjangan pada anak-anak, pembatasan jam kerja lembur kantoran, dan lain-lain. Bukannya teratasi, tingkat grafik masalah tetap naik secara bertahap...

Etika Bergaul Terbaik

Sejak tingkat sekolah dasar, sistem pendidikan Jepang telah menetapkan pendidikan moral sebagai salah satu bahan ajar yang memiliki urgensi. Anak-anak berusia tujuh tahun kurang telah diajarkan etika bersosialisasi dalam kehidupannya. Melalui pelajaran pendidikan moral, guru di sekolah mengajarkan cara berbicara pada orang lain, cara memberikan salam, dan nilai-nilai moral lainnya yang dibutuhkan setiap individu dalam bermasyarakat. Karena itu, tak heran jika kita bisa mendapati anak-anak Jepang yang begitu beradab, baik terhadap teman yang sebaya maupun orang-orang yang lebih tua. Melalui pendekatan cerita pendek yang menarik, nilai- nilai moral tertanam dalam diri setiap anak tanpa paksaan. Mereka juga akan mendapati pendidik yang ikut menerapkan nilai tersebut--baik di sekolah maupun di rumah, sehingga bisa dengan mudah ditiru. Mengajarkan anak-anak--dan juga orang dewasa-- tentang sopan santun memang harus sedini mungkin agar sikap tersebut bisa tertanam dengan kuat. Ia tak bisa ...

Ikeshima : Pulau Kecil Penuh Kenangan

Namanya pulau Ike atau Ikeshima. Letaknya sekitar 7 km arah selatan barat daya dari kota Nagasaki, Jepang. Ia masih masuk wilayah Perfektur Nagasaki, dan tergolong dalam kepulauan Seihi. Pulau kecil yang pernah menjadi bagian dari masa kanak-kanakku, hampir dua tahun lamanya kami sekeluarga menempati salah satu apertemen di sana.  Luasnya tak sampai satu kilometer persegi. Jika membuka peta dunia untuk mencari letaknya, akan sangat sulit menemukan wujudnya. Hanya sebuah titik kecil di tengah lautan yang tak jauh dari akhir daratan Jepang.  Dengan garis pantai yang hanya 4 km, pulau ini bisa dikelilingi satu putaran dengan berjalan kaki. Ketika liburan tiba, kami biasanya mendaki bukit-bukit dengan pemandangan lautan lepas. Jika pantai sedang surut, penduduk senang berburu kerang laut yang muncul begitu saja di permukaan. Jika tiba musim semi, indahnya bunga berwarna-warni bisa dinikmati sepanjang jalan. Tak hanya pohon Sakura, berbagai jenis bunga tumbuh subur di pinggir jalan...

Bekerja untuk Hidup atau Hidup untuk Bekerja?

Jepang terkenal dengan kemajuan negaranya, baik di bidang teknologi, industri dan pendidikan. Setelah kekalahannya di perang dunia kedua, negara ini berhasil bangkit dengan menetapkan nilai-nilai revolusi pola hidup bagi penduduknya. Salah satu nilai yang ditekankan adalah, masyarakat didorong untuk bekerja lebih ulet, tekun dan totalitas. Ketika itu, baik laki-laki maupun perempuan, semuanya didorong turun bekerja selama 12 jam sehari hingga tujuh hari dalam seminggu untuk membantu meningkatkan dan memperbaiki perekonomian negara.  Karena kesibukan yang menyita hampir seluruh waktunya, kebanyakan masyarakat Jepang tidak berpikir untuk menikah apalagi memiliki anak. Ya, Jepang adalah tempatnya budaya bekerja yang keras. Beberapa di antaranya sudah mencapai titik workaholic, gila bekerja. Sebagian besar hidupnya berada di kantor. Jika pulang ke rumah, pikirannnya akan tetap berputar pada tentang perusahaan yang sedang dijalankannya.    Karena maraknya kejadian ini, Karoshi...

Adab Makan

Adat istiadat di Jepang mengharuskan seesorang makan sambil duduk sembari menggunakan sumpit. Sumpit sendiri berasal dari daratan China dan para era Nara (710-794) menggunakan sepasang sumpit sudah mulai diikuti oleh penduduk negeri samurai ini. Aturan makan di barat juga mengharuskan seseorang duduk ketika makan tetapi dengan menggunakan garpu, pisau dan sendok. Tapi satu pengecualian, ketika menyantap roti, mereka tetap menggunakan tangan. Di restauran-restauran ala perancis, roti ditempatkan secara sederhana diatas tatakan kemudian diambil dengan menggunakan tangan dan disantap sedemikian rupa sehingga serpihan-serpihan roti jatuh bertebaran, yang untuk orang Jepang hal-hal seperti itu tidak familiar di kalangan mereka. Sandwich, hot dog, hamburger dan semacamnya memang hanya cocok disantap dengan menggunakan tangan. Sebagai perbandingan, makanan Jepang pada umumnya tidak dapat disantap dengan menggunakan tangan, walaupun itu berupa nasi sebagai makanan pokok mereka. Kecuali untuk m...

Doa Nusaibah

Hari ini, hari ketiga.  Nusaibah mulai sering bertanya tentang abinya ketika tersentak dari bangunnya. Kadang langsung memberi pernyataan sendiri, "Abi lagi kerja." atau "Abi lagi sholat." Yang kesemuanya benar. Abi memang lagi kerja di sana, dan Abi juga sholat di masjid teragung di dunia. Setiap ia bertanya padaku, selalu kujawab, "Abi lagi di Ka'bah." Biasanya dia akan ikut merengek, ingin juga ikut ke Ka'bah. Seakan jarak Baitullah itu bisa kami gapai dengan hanya menaiki bus 80 coret. Setiap kali rengekannya datang, kuajak ia berdoa.  "Ya Allah, Nusaibah mau ke Ka'bah ya Allah." Dengan suara polosnya, doa itu selalu membuatku terharu dan mengaminkan dalam-dalam di hati.  Malam ini, ia tidak bertanya. Tapi tiba-tiba menangis saja begitu bangun tidur. Memanggil-manggil, Abi, Abi! Mungkin mulai merasa kehilangan, karena sebelumnya tak pernah ditinggalkan sedemikian lamanya. Seringnya hanya 12 jam, tengah malam ia bisa bermain "...

LDM Pertama

Hari kedua Abi safar, aku memutuskan membersihkan kamar. Mengembalikan buku dan mainan Nusaibah ke tempatnya, mengangkat dan membersihkan debu-debu dari tikar, hingga menyapu hampir setiap sudut ruangan. Berapa hari rumah kita bertahan seperti ini? Setelah itu, kumasakkan Nusaibah beberapa masakan ringan. Bukan masak sih, hanya menghangatkan ikan goreng yang sudah jadi penghuni kulkas sejak beberapa hari. Mengajak Nusaibah duduk dan menikmati makanan yang sudah tersedia.  Sebenarnya, sempat terbersit dalam benak untuk membuat cemilan sore juga. Lalu membayangkan Abi pulang dan berseru senang, "Hore, bersih rumah Nusaibah. Hore, senang rasanya dibuatkan cemilan sore." Akhirnya malah tertegun. Masih ada 27 hari sebelum aku mendengar seruan itu, lalu memeluk mesra keberadaannya. Masih ada 27 hari hingga bisa kuhirup dalam-dalam bau badannya yang khas setiap malam, meski dia tetap setia bersama senandung ngoroknya. Perlahan, hatiku yang sesak memanggil air mata jatuh dari pelupuk...