Sebuah Perhentian

Hari ke-10. Sudah sepertiga bulan yang terlewati. Perhelatan menulis rutin yang kesekian kuikuti, kali ini aku ingin naik kelas. Mulai menulis sesuatu yang butuh data dan referensi lebih lengkap, tak sekadar cerita pengalaman sehari-hari. 

Jilid ini jadi sangat menantang. Yah, kalau sudah tidak terasa menantang, tak perlu ikut lagi. Keluar dari zona nyaman diperlukan untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. 

Namun di hari ke-10 ini, aku ingin berhenti sejenak. Memikirkan ulang niat dan tujuan awalku menulis tema-tema yang telah kutentukan sejak awal. Tentang Jepang dalam kacamata Islam. Bagaimana dahulu Ummi begitu sering mengaitkan akhlak yang dimiliki oleh orang-orang Jepang, kebanyakan merupakan nilai yang diajarkan Islam. Bagaimana mayoritas muslim yang pernah berkunjung ke Jepang selalu terkagum-kagum, tanpa mengetahui bahwa beginilah secuil potret jika saja seluruh muslimin kompak menjalani perintah agamanya. 

Di beberapa kesempatan, aku kadang bertanya-tanya. Apa yang kulakukan ini benar? Apa akan bermanfaat menuliskan hal-hal ini? Alih-alih mengaitkan budaya Jepang dengan Islam, kenapa tidak menuliskan peradaban keemasan agama yang begitu berkilau di zamannya? 

Mungkin karena pertanyaan ini terus menghantui, aku jadi tak sulit menyetorkan link tepat waktu. Tenggat yang hampir habis akhirnya membuatku mengetikkan apa saja yang terlintas di kepala tentang judul yang telah kusiapkan hari itu. Bagi yang membaca tulisan-tulisan ini, mungkin akan mudah sekali menemukan typo, salah kaidah atau kalimat yang berputar-putar di satu pembahasan yang sama. 

Tapi harus tetap maju, berusaha untuk menepati komitmen menulis hingga hari terakhir. Berusaha untuk tidak terdepak keluar akibat ladang yang merah terbakar. Sambil terus mencari jawaban, terus menguatkan pondasi niat dan referensi data. Sekaligus mengenang kembali masa kanak-kanak yang indah di sana, ketika dunia hanya tentang rumah, Ummi, Abi dan hal indah yang terjadi di sekitar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh