Daijobu Desuka?
Hal yang paling melekat dalam ingatan masa kecilku ketika menetap di Jepang adalah kalimat Daijobu Desuka. Ditanyakan dengan intonasi prihatin, tanpa setitik pun senyuman. Artinya, apa kamu baik-baik saja?
Sejak usia pra sekolah, anak kecil diajar untuk berempati terhadap sesama. Tidak membiarkan, apalagi menertawakan ketika teman tersandung atau jatuh. Permainan akan dihentikan sementara waktu, memastikan teman yang jatuh tidak terluka dan baik-baik saja. Meski hanya jatuh ringan yang tak membahayakan, uluran tangan selalu ada untuk membantu. Mereka terbiasa untuk menolong orang yang kesusahan, dimulai dengan membangun empati pada masa kanak-kanaknya.
Karena itu, perasaan sedih lebih terasa dalam ketika pulang ke Indonesia dan mendapati teman sebaya sering menertawakan teman lainnya yang tertimpa musibah. Orang tua yang memandang pun hanya membiarkan, dengan dalih "masih anak-anak." Padahal pada masa itulah, kebaikan moral harus ditanamkan. Orang yang terbiasa menaruh empati sejak kecil akan mudah mengulurkan tangannya saat dewasa.
Islam mengajarkan para orang tua untuk memberikan pendidikan moral pada anaknya sejak dini. Membangun rasa empati yang kuat, dimulai dari contoh kedua orang tua. Rasulullah dikenal sangat lembut pada anak-anak. Ketika cucunya hasan dan husein menaiki punggungnya tatkala sedang sujud, beliau tidak marah. Alih-alih mengangkat tubuhnya dan menjatuhkan mereka, beliau tetap berada dalam posisinya hingga sang cucu puas bermain di punggungnya.
Empati pada anak dibangun dari bagaimana orang tua memperlakukan anak-anaknya. Apa perasaannya dihargai, diberi kesempatan untuk bermain dan mengembangkan kemampuan tubuhnya, dan lain-lain. Dengan begitu, anak juga akan belajar menghargai orang lain. Seperti contoh kecil yang kualami di Jepang, "daijobu desuka?" menjadi kalimat pamungkas yang sering diucapkan.
Komentar
Posting Komentar