Berantakan yang Disengaja

Dua hari yang lalu, otak ini baru mampu mulai mengelola informasi dari pandangan mata tentang rumahku. Tumpukan piring kotor di wastafel, bau makanan basi bercampur air tergenang yang dikeluarkan sungguh ditolak oleh hidung. Geser sedikit, minyak bekas masakan berceceran di sekitar kompor. Kulit bawang putih dan merah serta sayur mayur yang tak sempat dibuang ikut menambah keramaiannya. Sedikit tumpahan minyak di lantai pun memberi kesan licin di kaki.


Belum lagi jika sudah berjalan-jalan ke penjuru rumah. Mainan berserakan dimana-mana, pakaian bersih dan kotor yang menggunung, hingga seprai kasur yang awut-awutan. Ah, betapa berantakannya rumahku!

Keadaan ini sontak membuatku mencari-cari alasan pembelaan terhadap pikiran yang mulai nyinyir.

Seminggu yang lalu kan, kita sibuk mengurus berkas. Bolak-balik dari pagi hingga malam. Sibuk hadir kajian-kajian sepanjang minggu. Tak pulang kecuali telah larut.

Setelah itu, kami berdua bersamaan sakit. Konsekuensi pernikahan di perantauan, kalau dua-duanya sakit ya semua urusan harus rela terbengkalai! Apalagi ada anak kecil yang harus dirawat. Bahkan kata orang, rumah rapi itu mustahil bagi keluarga yang punya bayi!

Namun lama kelamaan mikir lagi. Gak juga sih. Semua "alasan" itu bukan tidak bisa dijadikan alasan sebenarnya. Sebab jika memang mau perhatian sedikit, lipatan baju bisa dicicil. Tumpukan piring bisa langsung dicuci habis makan. Bahkan mesin cuci bisa jalan sembari aku melakukan tugas yang lain.

Rumah berantakan, bukan karena kegiatan-kegiatan itu. Karena aku lagi bodo amat aja, tidak memprioritaskan kebersihan rumah. Aku sendiri yang memilih meninggalkan rumah dalam keadaan kotor dan membiarkannya tak terbereskan.

Padahal kalau diutamakan, urusan bersih-bersih ini akan punya waktunya sendiri. Hanya saja aku luput dari keutamaan rumah bersih ini, sehingga menganggap urusan lain lebih penting. Rumah yang bersih akan menghasilkan pikiran yang tenang, istirahat pun lebih nyaman. Bangun tidur juga lebih semangat. Rumah yang bersih pun menjadi lingkungan sehat bagi anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang.

So, mungkin aku harus ingat ini ketika mulai mengabaikan urusan rumah bersih. Atau pun urusan-urusan lainnya. Ingat keutamaannya, ingat tujuannya, ingat kenapa harus melakukannya?

Mari bersih-bersih!

Tapi... kalau ga mau, ya gpp sih 😂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh