Air dan Lika-Likunya
Sebagai tempat tinggal bagi tak kurang dari seribu santri, Arraayah harus menghadapi masalah-masalah kecil yang terjadi dalam keseharian. Lahan yang cukup besar dan jumlah yang tidak sedikit kadang memanggil ketidak nyamanan, walau telah diminimalisir sebisa mungkin. Salah satunya adalah hal-hal mengenai kamar mandi.
Pihak kampus sebenarnya telah menyediakan kamar mandi yang cukup banyak dan memadai. WC atau tempat buang air dibangun terpisah dengan bilik-bilik yang dikhususkan untuk mandi. Alasan pemisahan ini adalah agar antrian mandi yang panjang tidak menyebabkan santrinya mengompol menunggu giliran tiba. Terutama bagi perempuan, mandi bisa jadi kegiatan terlama yang bisa dilakukan.
Sayangnya, air yang tersedia kadang tak selalu mencukupi kebutuhan semua santri. Tatkala setiap orang menggunakan seluruh kamar kecil di waktu yang sama, di situlah aliran air akan mengecil lalu berhenti. Apalagi pada hari Jum'at, di mana air tidak hanya digunakan untuk mandi. Sprei, selimut dan kain ukuran besar lainnya mendapat giliran pencucian pada hari tersebut. Untuk mencegah hal ini berlanjut, pengurus asrama biasanya membikin jadwal khusus pencucian sprei dkk. berdasarkan kamar asrama agar tak menumpuk dalam satu masa yang sama.
Dengar-dengar, pihak kampus telah semaksimal mungkin mengusahakan air tetap cukup bagi para santrinya. Sumur bor dibuat sangat dalam, saluran air dipasang dengan ukuran yang cermat. Hanya saja, persediaan air memang terbatas. Mata air pegunungan yang sebenarnya melimpah, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan ribuan santri dalam satu waktu.
Kata temanku yang sebelumnya juga telah mondok sejak SMP, kamar mandi dan aliran air di sini terbilang cukup baik. Di luaran sana, santri bisa saja harus menimba sumur dalam keadaan gelap agar bisa mandi pagi. Di beberapa tempat bahkan air benar-benar terbatas, bahkan untuk sekedar minum. Pemenuhan hajat air ribuan manusia yang tinggal bersama-sama, baik untuk minum maupun bersuci tentu bukan perkara remeh. Banyak hal yang harus dimaklumi dalam keadaan seperti ini.
Setelah dipikir-pikir, keadaan kami memang cukup beruntung. Air lebih sering mengalir, dan kebutuhan minum selalu tercukupi. Mungkin, kami harus mulai bersyukur atas kelimpahannya dan tidak boros dalam menggunakannya. Sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang boros.
Komentar
Posting Komentar