Tahun Ketiga
Tahun ketiga pernikahan merupakan tahun roller coaster bagiku.
Masih terlalu singkat untuk saling mengenal luar dalam, namun sudah cukup untuk memunculkan jati diri masing-masing. Termasuk ego yang mulai berlomba dimenangkan. Komunikasi yang mulai putus nyambung. Setiap dari kami ingin dimengerti, tapi lupa peka atas situasi. Lalu, rasa lelah mendera memperparah situasi.
Selama menjalin hidup bersama, tersingkap kebiasaan dan informasi pasangan yang sering kali bertolak belakang dengan karakterku. Hal-hal kecil sebenarnya, sebab hal besar seperti prinsip dan keyakinan sudah ditelusuri jauh sejak jenjang perkenalan. Hal-hal kecil yang banyak, teramat banyak. Hingga kadang aku mulai tak sabar bertahan dalam kondisi tersebut.
Padahal apa gerangan yang membuat emosi naik turun? Selera makan yang berbeda? Bentuk kepedulian yang berbeda? Atau bahkan rutinitas yang kadang tak selaras?
Dalam setiap puncak kemarahan yang kurasakan, berkali-kali kubisikkan pada diri. Ta'awuz. Syaitan bisa jadi tertawa menyaksikan perang dingin yang ternyata hanya karena masalah sepele.
Berbeda dengan pacaran yang menampilkan berbagai fatamorgana keindahan, pernikahan akan terlalui dengan badai dan ombak menghantam. Namun hakikatnya, kebahagiaan sejati juga diperoleh darinya.
Bersabar, dan banyak-banyak meminta. Meminta pada Dzat yang paling mengerti diri kita, juga pasangan. Pada Dzat yang menguasai hati-hati kita, dan juga hati pasangan.
Semoga Allah senantiasa memberkahi pernikahan kami, dan menganugerahkan kami keturunan yang shalih.
Komentar
Posting Komentar