Kenangan Baju Pink


Di lemariku, tersimpan baju pink yang sudah cukup lusuh. Setiap melihatnya, kuingat kawan seangkatanku dulu di Arraayah. Namanya Istianah. Di mataku, ia cerdas, cantik dan rapi. Berbeda denganku yang cenderung tomboy, Istianah adalah perempuan feminis yang selalu tampil manis.

Suatu hari, Ummi mengunjungiku di pondok. Kunjungannya bukan hal yang langka, mengingat pekerjaannya sebagai guru dan musyrifah di kota yang sama denganku. Beliau membawakanku sebuah kaos pink berlengan panjang, dengan pemanis pita di beberapa sisi.

Dominasi bajuku saat itu berupa warna-warna netral seperti abu-abu dan hitam. Tak ada baju pink yang terselip, membuatnya sedikit berbeda di laci tumpukan baju. Kupandangi lamat-lamat. Cantik juga, tetapi terasa seperti bukan gayaku. Kuputuskan untuk memakainya sekali-kali, apalagi kaos lengan panjang sepertinya akan banyak dibutuhkan di musim penghujan nanti.

Pertama kali kukenakan baju ini ke kelas, Istianah spontan memuji.

"Cantik sekali bajunya, maasyaa Allah."

Pujian yang tulus, sebagaimana kami sering memuji satu sama lain. Terlihat dari binar matanya bahwa ia benar-benar menyukai model dan warna baju ini.

Rasa sesal selalu datang setiap kupandang baju yang sudah mulai kusam itu, hingga kini. Sekaligus mengingatkanku tentang itsar dan idkhol suruur yang beberapa kali menjadi topik nasehat antar akhwat.

Apa itu itsar? Itsar merupakan tingkat tertinggi ukhuwah, mengedepankan kepentingan dan kegembiraan orang lain dibanding diri sendiri. Sedangkan idkhol surur adalah menyelipkan kebahagiaan pada hati manusia.

Aku menyesal tak memberikan baju itu kepadanya dan melaksanakan salah satu sunnah Rasulullah.  Ketika barang atau pakaian kita dipuji, maka berikanlah barang tersebut. Bisa jadi, barang itu akan jauh lebih berharga dan lebih menggembirakan. Apalagi baju tersebut masih baru sekali pakai.

Itsar, mendahulukan kepentingan orang lain padahal diri sendiri butuh adalah salah satu rekaman manis yang tersimpan bagiku tentang Arraayah. Saling memberikan barang adalah hal yang sangat lumrah terjadi, tentunya dengan keridhaan masing-masing.

Bukan suatu kewajiban, tapi cobalah sekali-kali dan rasakan sensasinya. Melihat kebahagiaan orang lain akan melipat gandakan kebahagiaan di hati kita sendiri. Dibanding hanya menyimpan barang yang mungkin tak begitu istimewa di lemari dan membiarkannya lapuk dimakan waktu. Bukankah lebih menyenangkan menjadikannya abadi, yang akan terpetik di akhirat kelak?

#30dwc #30dwcjilid35 #day1 #catatanarraayah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh