Bukan Puisi Cinta - Bus Delapan Puluh Coret (3)
Dari dulu, Aisyah tak pernah percaya pada cerita cinta dan hal-hal romantis yang berkaitan dengannya. Menganggapnya sebagai sebuah virus yang sewaktu-waktu bisa merusak berbagai rencana yang telah tersusun rapi bagi masa mudanya.
Lucunya, ia sering kali dijadikan tempat curhat bagi teman-temannya yang dimabuk cinta. Bahkan, julukan pakar cinta beberapa kali tersematkan padanya. Padahal, ia tak pernah serius menjawab curhatan mereka. Ia hanya beberapa kali mengerti jalan pikiran laki-laki, khususnya para brengsek yang senang mempermainkan perasaan.
Maka ketika formulir lomba puisi itu diserahkan, tanpa sadar ia memutar mata. Apalagi setelah melihat tema yang panitia tetapkan, rasa-rasanya ingin langsung menolak saja.
"Mau mundur? Masa belum dicoba sudah mundur duluan?" kata Bu Sumi ketika raut muka Aisyah sedikit tertekuk. Ia tahu persis bakat anak didiknya itu --terlepas dari ketidaksukaannya pada pakaian yang ia kenakan--.
Hanya Aisyah, gadis di hadapannya yang bisa begitu apik memilih kata yang tepat dan mengolahnya hingga menarik. Kekuatan logika yang dimiliki tak menjadi halangan, justru keunikan tulisannya ia yakini lahir dari sana. Jika Aisyah serius terjun dalam dunia kepenulisan, Bu Sumi yakin, kesuksesan akan tiba baginya.
Puisi sendiri merupakan salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Ia tak harus melulu soal cinta dan romantisme. Namun kebanyakan karya puisi fenomenal memang berasal dari paduan rasa cinta para pujangga.
"Begini saja, kamu coba dulu buat puisi sehalaman. Ga usah bayang-bayangin cinta monyet orang pacaran. Tuangkan saja perasaan sayangmu pada bapak, atau keresahan yang mungkin disebabkan oleh 'cinta'. Apa saja deh, yang berkaitan dengan ini. Jangan langsung berpikir ke dunia merah muda." Bu Sumi menyerahkan formulir berdominan pink itu pada Aisyah. Setelah mengatakan beberapa kata lagi, ia menyuruh Aisyah kembali ke kelasnya.
Huaa, nulis apa, ya? Yang beginian bukan minatku, mending buat hasil penelitian seratus lembar.
Komentar
Posting Komentar