Jika Aku...

Gawat. Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB, sementara tulisan yang harus kuposting hari ini belum ada. Jam malam menuls ketika anak tidur sudah terlewat. Rasanya sulit sekali menulis ketika bayi 15 bulanku juga meminta jatah perhatian.

Mengingat-ingat kembali kenangan di Arraayah dulu, membuatku membayangkan beberapa kemungkinan. Kalau keputusanku untuk tetap berada di Arraayah dilaksanakan, mungkin anakku masih dalam kandungan. Atau jodohku bahkan belum datang.

Jikalau saja aku menetap di Arraayah hingga hari kelulusan, mungkin sekarang pendidikanku sudah proses pengambilan gelar magister. Tapi takkan ada pengalaman meniti dunia yang berbeda. Atau mungkin magisterku malah di luar negeri?

Ah, membayangkan kemungkinan atas takdir lain sepertinya tak bermanfaat sama sekali. Sebab tak ada takdir itu. Semuanya telah tertulis di lauhul mahfuz, bahwa aku akan meninggalkan Arraayah dan melanjutkan pendidikan di bumi Kinanah. Juga bertemu dengan jodoh di negeri yang sama.

Apa pun yang telah tertulis untukmu akan terjadi, walaupun seluruh makhluk di dunia ini bersatu untuk menggagalkannya. Sebaliknya, bagaimana pun seluruh upaya yang diusahakan, kejadian yang kamu harapkan takkan pernah ada jika memang telah ditakdirkan hal lain. Maka, menerima setiap momen dengan lapang dada dan memetik hikmahnya merupakan langkah yang paling baik nan menenangkan.

Sudah ya, suasana hening mulai tercipta di sekitarku. Bagi seorang ibu yang punya bayi aktif, sepertinya ini bukan pertanda yang baik.

Dah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh