Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2022

Negeri Sakura vs Negeri Dua Nil

Tidak semua orang mendapat kesempatan melangkahkan kaki ke luar kampung halaman, menapak jauh melewati batas negara kelahiran. Apalagi hingga tinggal menetap di beberapa negara sekaligus, hanya segelintir manusia yang mendapat rezeki seperti ini. Banyak poin yang menjadi hambatan, tak cocok pada lingkungan tempat tinggal hingga finansial yang tak cukup kokoh menanggung akomodasi. Dalam list impiannya, Ummi pernah memasukkan hal ini. Tinggal di luar negeri dan menyaksikan ragam perbedaan sosial budaya, minimal menginjakkan kaki sebentar dalam rangka liburan. Sebagai bentuk ikhtiarnya, Ummi pernah mengikuti program pertukaran pelajar ketika duduk di bangku sekolah menengah, yang ditakdirkan belum berhasil. Setiap menceritakan hal ini, beliau tak bisa menyembunyikan wajah berseri sekaligus malu. Mungkin mengingat masa muda yang selalu tertantang melakukan apapun, atau mungkin juga karena ada kepingan masa "jahiliyah" yang tersimpan di sana. Allah mengabulkan doa impiannya dala...

Ilmu Sebelum Ilmu

Pelajaran apa yang paling penting bagi manusia? Kata para ulama, pelajaran tauhid. Bagaimana mengeesakan Allah dengan cara-cara yang sesuai keagungan-Nya. Beribadah, menyembah Allah berdasarkan tuntunan yang disyariatkan pada hamba-Nya. Tidak menyekutukan atau menjadikan makhluk lain sebagai tandingan-Nya. Mempelajari hal ini menjadi pondasi penting bagi penuntut ilmu sebelum melangkah lebih jauh kepada ilmu-ilmu lainnya. Sebagaimana yang Rasulullah perintahkan pada Mu'adz bin Jabal tatkala mengutusnya ke Yaman, "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Jika engkau menemui mereka, maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka mematuhimu dalam hal tersebut, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima kali sehari semalam. Bila mereka mematuhimu dalam hal tersebut maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka atas zaka...

Jabatan Takdir

Bagi seorang anak, lebih baik memiliki ibu berprofesi ibu rumah tangga yang diam di rumah atau wanita karir dan aktivis yang sering keluar? Tentu jawaban atas pertanyaan ini relatif. Setiap keluarga berhak menentukan pilihan tergantung kondisi dan situasi. Masing-masing punya konsekuensi tersendiri, maka harus menyiapkan diri atas konsekuensi tersebut. Bahan yang bisa dijadikan pertimbangan sebelum mengambil keputusan, bahwa anak adalah peniru ulung orang tuanya. Seluruh gerak-gerik yang dilakukan hendaknya diperhatikan, sebab ada anak kecil yang tumbuh dan berkembang sesuai apa yang diteladankan oleh sang ibu dan bapak. Orang tua akan mewariskan watak dan caranya mengambil sikap dalam kondisi tertentu, baik secara sadar maupun tak sadar. Maka tentukan pilihan yang paling baik bagi kemaslahatan anak. Poin lain yang harus diperhatikan, bahwa orang tua terutama ibu harus sehat secara fisik dan mental agar mampu menjalankan peran. Ia sebaiknya diberikan ruang untuk mengaktualisasi diri...

Insyaa Allah Mantap!

Tanggal 4 September 2019, hari di mana aku terlahir dalam status yang baru. Hari terakhir bantahku pada Ummi dan Abi tercatat dosa. Hari di mana patuhku pada mereka selesai, berpindah pada titah sang suami. Pertama kali kuutarakan niat seseorang ingin mengkhitbahku, Ummi menyambut penuh semangat. Bertanya mengenai asal, watak dan yang terpenting agama yang dianut, sepenting apa ia bagi hidupnya. Walau biodata yang diberikan cukup mentereng dengan hafalan 30 juz beserta sepak terjangnya dalam hifzil Quran, Ummi tak langsung mengiyakan begitu saja.  Bagi Ummi, hal terpenting dalam kehidupan rumah tangga adalah tauhid, bagaimana ia mengeesakan Allah. Kemudian watak perilaku, terutama ketika marah sedang menguasai diri. Kami mencari tahu sedetail-detailnya sikap sang calon dari teman-teman sekitar yang banyak muamalah dengannya.  Tatkala orang pertama mundur, semangatku untuk menikah kendur jauh. Ingin fokus studi saja sampai selesai lalu memikirkan nikah. Namun Ummi berpendapat l...

Pelukan Terakhir

Dalam dunia psikologi, berpelukan menjadi salah satu topik yang sering diangkat sebagai momen yang membahagiakan. Menurut penelitian, kegiatan ini memunculkan hormon oksitosi atau hormon kebahagiaan. Hormon ini memberi rasa nyaman dan tenang tatkala dikeluarkan. Rasa lelah setelah menyelesaikan rutinitas kewajiban atau stres atas tekanan pekerjaan bisa diringankan dengan kegiatan ini. Bahkan beberapa peneliti menganjurkan berpelukan ketika seseorang merasa marah. Emosi yang naik meningkatkan detakan jantung, berpelukan dapat menurunkan detak jantung ke tingkat optimal. Pelukan juga menjadi salah satu cara mengekspresikan kasih sayang, baik antar pasangan maupun antar orangtua ke anak. Dokter spesialis anak dr. Fransisca Handy Barazaini Wicaksono Agung menuturkan bahwa pelukan punya kaitan erat dengan pembentukan bonding atau ikatan antara anak dengan orang tua. Mereka akan merasa dicintai, nyaman, dan tenang yang punya pengaruh bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan di masa depan. ...

Marinasi Kata

Dalam proses penyusunan buku, mengendapkan naskah sebelum diedit merupakan langkah penting yang harus diambil. Setelah mengganti jubah penulis menjadi editor di tahap awal, mata bisa jadi belum menangkap hal-hal yang kurang. Menyimpannya beberapa waktu kerap mengubah sudut pandang terhadap naskah, memunculkan hal-hal yang luput sehingga bisa diperbaiki kembali. Bagiku, proses ini seperti marinasi yang kerap dilakukan di dapur. Sebagaimana daging, tulisan butuh disimpan dalam waktu tertentu agar lebih enak dan empuk. Marinade berupa referensi tambahan juga dibutuhkan dalam langkah ini. Selain mengandalkan mata sendiri sebagai pengedit, seorang penulis juga bisa meminta mata pembaca lain untuk memberi ulasan. Bumbu tambahan dalam memarinasi naskah adalah pendapat pembaca. Memastikan sang calon buku bisa dipahami dengan baik, demi mencapai tujuan sang buku ditulis : menyampaikan informasi pada pembaca. Pembaca pertama sebaiknya orang yang juga gemar membaca, agar ulasan yang diberikan bis...

Resep Marah

Aku masih bisa mengingat momen Ummi pernah marah hingga harus memberi hukuman fisik pada kami. Bukan karena beliau sering melakukan. Sebaliknya, Ummi jarang sekali menyakiti anak-anaknya bahkan walau di puncak marahnya sekali pun. Beliau hanya mengomel pendek-pendek di malam hari, tatkala rasa lelah telah menghabisi badan dan kami masih bisa-bisanya melengos atas beberapa perintah. Juga di detik-detik urgen menjelang tenggat waktu pemesanan kue yang dijanjikan, sementaran kami bersiap terlalu lama. Mengomel pendek dengan suara yang tidak terlalu tinggi, tapi berhasil membuat kami bergegas lebih cepat. Hukuman yang paling aku ingat di kala beliau marah adalah mencubit. Ketika matahari telah meninggi sedang aku belum shalat Subuh, dan ngeyel tak mau membuka mata walau sebenarnya sudah sadar. Setelah itu, beliau menitikkan air mata hingga sesenggukan. Memohon pertolongan Allah agar hatiku dilembutkan. Rasa bersalah yang teramat sangat menyergap melihat air mata itu jatuh membasahi pip...

Seratus Perak yang Tak Kembali

Sebagai anaknya yang terakhir, aku merasa mewarisi banyak watak dan kebiasaan yang Ummi punya. Selalu menutup makan berat dengan yang manis, suka coklat dan es krim vanila hingga gaya berbicara. Kebiasaan meniru sedari kecil membuatku merasa bangga tatkala apa yang beliau lakukan sehari-hari menjadi rutinitasku juga. Meski demikian, satu hal dari kebiasaannya berusaha kulepas hingga kini. Sesuatu yang kusadari tidak baik untuk dipertahankan, terutama semenjak seorang bayi diamanahkan padaku. Yaitu memendam perasaan. Sikap memaafkan tentu saja perbuatan terpuji. Meredam emosi ketika sebenarnya ia bisa dilampiaskan adalah sesuatu yang Rasulullah sebutkan sebagai orang yang paling kuat. Namun, sikap Ummi yang sering diam saja tatkala salah satu keluarga atau kenalan melakukan perbuatan yang tidak sesuai ternyata tak bisa terus-terusan aku aplikasikan. Terutama jika alasan melakukannya karena gak enakan, walau hati dongkol setengah mati. Mengikuti Ummi, aku terbiasa memendam perasaan s...

Seuntai Doa dari Ummi

Ummi, doakan ya besok Dina mau ujian fiqih. Chat semacam ini sangat sering kukirimkan pada Ummi, terutama setelah merantau. Meminta restu atas segala rencana yang akan kulakukan esok hari. Walau jarak ribuan kilometer terbentang, kegiatanku beberapa hari ke depan selalu kuinformasikan kepada Ummi sehingga beliau punya bayangan atas apa saja yang kulakukan sehari-hari.  Bagiku, doa Ummi semasa hidupnya adalah salah satu hal yang tak boleh terlewat. Sebab, lisan seorang ibu yang mendoakan kebaikan anaknya sangat sering mustajabah. Apalagi jika dipanjatkan di sepertiga malam, dalam sujud-sujud panjang dengan air mata yang mengalir. Maka terus meminta doa kebaikan menjadi rutinitasku setiap hari.  Pernah suatu kali flu berat beserta demam menyerang kami sekeluarga. Aku enggan memberitahu Ummi, takut membebani pikirannya. Namun pada akhirnya intuisi seorang ibu membongkar berita tersebut. Dengan sedih beliau mendoakan kesembuhan, juga menasihati,  "Kalau sakit, jangan sungkan ...

Telur Ke-12

Satu per satu, telur yang tersusun rapi di rak berkurang. Telur kesebelas, harusnya semakin berhati-hati. Namun matahari yang meninggi menandakan tenggat waktu terus menipis. Dikejar waktu, ketelitian piun berkurang, telur kedua belas diluncurkan begitu saja tanpa diperiksa kembali. "Yaaaaaah." Seruan sedih terdengar bersama bau busuk yang menguar ke udara. Telur ke-12 ternyata busuk! Aku yang menonton hanya bisa nyengir, lalu mulai bersiap setelah mendapat perintah membeli beberapa bahan tambahan yang kurang. Sang calon adonan berupa 12 butir telur, setengah kilo gula dan beberapa sendok teh SP harus dibuang akibat satu telur busuk terakhir. Hanya satu, tetapi merusak seluruh bahan lain yang masih bagus. Meski demikian, pesanan blackforest yang diharap diantar sebelum matahari tegak di atas ubun-ubun harus segera diselesaikan. Begitulah lika-liku pengusaha kue, terutama usaha rintisan yang dibina sendiri. Menentukan dan membeli bahan, mengadon, mengoven, hingga mengantar ...

Takdir yang Terakhir

Dulu. Seriing sekali, jika setiap rencana yang telah disusun jauh-jauh hari berubah dan tak sesuai, Ummi selalu hadir dan menenangkan.  "Qodarallah. Biar pun keinginan kita sangat dalam akan sesuatu, atau susunan rencana kita yang benar-benar detail dan terstruktur, kalau Allah menakdirkan hal lain, kita bisa apa? Qodarallah. Manusia merencanakan. Allah menakdirkan." Setiap kali ditenangkan seperti itu, rasa-rasanya hati yang memberontak tak terima itu luluh. Memercayai salah satu rukun iman : takdir baik dan takdir buruk benar-benar menjadi pengobat gundah gulana.  Dalam kehidupan, menjadi hal yang wajar mendapati realita tak terjadi sesuai ekspektasi dan rencana. Sehingga setiap manusia butuh percaya pada rukun iman terakhir ini, sepenting rukun-rukun iman lainnya.  Ummi, dua bulan berlalu sejak terakhir kali percakapan kita. Setiap kali kalimat "Wah, padahal gak sampai dua minggu lagi." atau semacamnya terindera olehku, luka yang berusaha kututup dan kusembunyika...

Cinta yang Pernah Hadir

"Selalu saling manggil sayang. Tapi kalau digenggam tangannya di depan umum, tidak mau. Hehe," kenang Ummi, lengkap dengan binar dalam matanya.  Entah sejak kapan, setiap kali Ummi mengenang kisah cinta masa lampaunya, kutangkap sinar yang berbeda dari wajahnya. Mungkin dari awal memang seperti itu, tapi hatiku yang memupuk rasa kesal enggan menyadari. Mengenang cinta halal setelah sekian tahun menjaga diri dari paparan virus merah jambu, begitu menyenangkan baginya. Tentang cinta pertama, Ummi jarang menceritakan hal-hal yang negatif.  Pertemuan pertama yang mendebarkan juga pernah ia rasakan. Cerita yang selalu membuatku mengulum senyum, diam-diam membayangkan. 13 tahun kebersamaan mereka yang hampir setengahnya di tanah rantau sangat seru untuk disimak. Kadang aku terus bertanya, lalu Ummi dengan senang hati menceritakan.  Sepotong kisah lampau yang bak dongeng bagiku, sebab kisah cinta mereka tak pernah tertangkap dalam memori. Sebab orang yang sama, tega membentangka...

Maaf, Naskahku Jadi Beban

Info tentang buku solo perdanaku diposting, sejumlah kawan dan kerabat mengucapkan selamat dan turut mendoakan kelancaran "lahiran" pertamaku. Sesuatu yang pertama selalu istimewa, tetapi biasanya juga mengandung banyak kekeliruan yang harus diperbaiki di masa depan. Salah satu kesalahan yang kuperbuat diingatkan oleh pertanyaan dari beberapa kenalanku. Bagaiamana alur menerbitkan buku? Ketika kujelaskan, lebih dari satu orang memberi jenis respon yang sama, "Saya juga mau menerbitkan buku, tapi saya insecure. Saya malu ketika tulisanku dibaca orang lain." Ketika mendengar pertanyaan ini pertama kali, ingin sekali kuteriakkan jawaban di wajah mereka, "Aku juga sebenarnya punya perasaan yang sama!" Ya, aku malu. Sejak naskah mentah buku ini telah rampung, aku terus memelihara perasaan ini. Tatkala sang naskah meminta beberapa "pembaca pertama" agar ia bisa diedit lebih baik, aku masih berkutat dengan perasaan tersebut. Bahkan sepertinya secara ...