Muslim, Perlukah Mencari Jati Diri?

Memasuki usia kepala dua, begitu banyak manusia 'dewasa' di luar sana mulai kebingungan akan identitas dirinya. Persimpangan akan pilihan yang harus dihadapi terus menghadang, hanya dengan jarak waktu yang sangat singkat. Ditambah lagi, seliwaran sosial media yang memberikan kemudahan akses membaca opini siapa saja di dunia, menambah kekalutan akan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, merebaklah fenomena yang terjadi di antara anak muda : Quarter Life Crisis.

Quarter Life Crisis atau Krisis Seperempat Abad adalah suatu periode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun. Pada periode ini, individu dihantui perasaan takut dan khawatir terhadap masa depannya, termasuk dalam hal karier, relasi, dan kehidupan sosial (Aristawati, Meiyuntariningsih, Cahya, & Putri, 2021).

Mereka yang mengalami hal ini, tumbuh dalam keadaan khawatir, bingung, kesepian dan merasa tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Motivasi yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu menurun, bahkan hilang. Jika terus berlanjut, keadaan ini bisa memicu stres hingga depresi dalam kehidupan.

Menurut penelitian, Quarter Life Crisis dinilai berdampak pada 86% kaum Milenial yang sering merasa tidak nyaman, kesepian, serta depresi dalam hidupnya (Laman Satu Persen). Penyebabnya, anak muda yang berada dalam fase beranjak dewasa ini masih bingung akan identitasnya. Masalah-masalah orang dewasa yang sebelumnya selalu dihadapi oleh orang tua, mulai bermunculan dalam kehidupan. Ditambah lagi, ekspektasi lingkungan yang cukup tinggi dan potret 'kehidupan sempurna' yang terpampang di media sosial, membuat anak muda yang kebingungan ini semakin insecure terhadap dirinya sendiri.

Tentang fase ini, aku teringat kalimat yang pernah disampaikan dosenku di pondok dulu. Beliau mengaku merasa heran terhadap anak-anak muda yang mengaku muslim, tetapi bingung akan jati dirinya.

"Jati diri seorang muslim, ya Islamnya itu sendiri." Begitulah kira-kira yang ia sampaikan.

Islam, telah begitu sempurna. Pada agama ini, telah ditanamkan fondasi dasar manusia dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan dalam kehidupan. Tujuan kehidupan, apa yang perlu dilakukan, dan ke mana arah harus melangkah. Peraturan berupa perintah dan larangan juga selalu mengatur sesuai dengan kodrat dan fitrah kita sebagai manusia.

"Seorang muslim, seyogyanya mempelajari Islam sebaik mungkin agar mengerti tentang esensi dirinya sendiri dan Tuhannya. Ketika manusia telah paham akan hakikat dirinya dan Tuhannya, maka tak ada lagi kesibukan lain selain fokus mencari keridaan Allah. Bukan malah sibuk mencari ideologi dan prinsip ke sana ke mari, hingga bingung dan merasa tertekan," tambahnya lagi.

Begitu banyak sosok yang bisa diteladani dalam Islam, telah berbuat hal yang begitu besar di usianya yang masih terbilang belia. Sebut saja, Usamah bin Zaid yang telah diangkat sebagai panglima perang di usianya 18 tahun. Panglima perang, komandan militer atas tiga ribu muslim lainnya dalam peperangan melawan pasukan kekaisaran Romawi Timur. Apa mungkin, sosok seperti Usamah bin Zaid masih bingung mencari identitas dan jati dirinya sendiri?

Selain itu, ada pula Ibnu 'Abbas, teladan dalam kesungguhan menuntut ilmu. Di usianya yang masih 13 tahun, beliau sangat gigih mengumpulkan ilmu dari para sahabat senior lainnya. Diriwayatkan, beliau bahkan didapati menunggu dan tertidur di depan pintu-pintu rumah sahabat agar bisa mendapatkan satu hadits dan ilmu yang bersandar pada Rasulullah. Karena itu, beliau mendapat julukan Tinta Umat dan sering diikutkan dalam majelis musyawarah di era kekhalifahan Umar bin Khattab. Apa mungkin, orang seperti Ibnu 'Abbas masih galau setiap malam memikirkan apa yang harus dilakukan dalam hidupnya?

Para sahabat adalah teladan, bahwa prinsip dan jati diri bisa dipatenkan sejak sedini mungkin. Sebab, Islam telah mengarahkan sedetail mungkin, tinggal kita mengikuti sesuai kemampuan dan jalan hidup masing-masing.

Bukankah tugas dan tujuan kita dalam hidup sebenarnya sangat sederhana, yakni beribadah kepada Allah? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh