Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Beralih ke Clodi

Salah satu alasanku menggunakan clodi adalah penghematan pengeluaran. Hitung saja, total popok sekali pakai yang dibutuhkan sang bayi setiap hari kurang lebih enam buah. 6 x 30 hari x 12 bulan bisa menyentuh angka seribu untuk setahun! Sedangkan popok clodi hanya dibeli sekali saja, dan awet hingga bertahun-tahun.  Jika alasanku menggunakan clodi sekedar menghemat biaya pospak, aku takkan mampu bertahan hingga kini. Cucian clodi yang dibiarkan menumpuk berhari-hari akan mengeluarkan bau yang amat tak sedap. Artinya, aku harus bersiap untuk mencuci setiap hari. Belum lagi kalau bayi BAB, clodi harus dibersihkan lebih lama.  Meski demikian, aku tetap memilih clodi. Mengganti popok sekali pakai menjadi cloth diapers atau popok kain yang bisa dipakai berulang kali merupakan wujud kecil kepedulianku terhadap lingkungan. Hari di mana pospak kugunakan 24 jam--misalnya karena sakit, tempat sampah akan penuh kurang dari sehari. Bahan kapas yang memiliki daya serap tinggi akan mengikat ...

Berantakan yang Disengaja

Gambar
Dua hari yang lalu, otak ini baru mampu mulai mengelola informasi dari pandangan mata tentang rumahku. Tumpukan piring kotor di wastafel, bau makanan basi bercampur air tergenang yang dikeluarkan sungguh ditolak oleh hidung. Geser sedikit, minyak bekas masakan berceceran di sekitar kompor. Kulit bawang putih dan merah serta sayur mayur yang tak sempat dibuang ikut menambah keramaiannya. Sedikit tumpahan minyak di lantai pun memberi kesan licin di kaki. Belum lagi jika sudah berjalan-jalan ke penjuru rumah. Mainan berserakan dimana-mana, pakaian bersih dan kotor yang menggunung, hingga seprai kasur yang awut-awutan. Ah, betapa berantakannya rumahku! Keadaan ini sontak membuatku mencari-cari alasan pembelaan terhadap pikiran yang mulai nyinyir. Seminggu yang lalu kan, kita sibuk mengurus berkas. Bolak-balik dari pagi hingga malam. Sibuk hadir kajian-kajian sepanjang minggu. Tak pulang kecuali telah larut. Setelah itu, kami berdua bersamaan sakit. Konsekuensi pernikahan di...

Futur(e)

Futur, hal yang tak bisa disangkal. Ia bisa menjangkiti siapa saja. Terutama bagi santri pelajar yang rutinitas sehari-harinya cenderung monoton. Jika tak diantisipasi, futur bisa mendera kapan saja dan siapa saja.  Apa itu futur? Dr Nashir al- Umar menjelaskan, " futur adalah rasa malas, menunda, lambat setelah bersemangat, tidak bergairah dalam kebaikan." (Al futur , maddzohir asbab ilaj, Hal. 22, disadur dari tulisan republika). Orang yang sedang futur akan merasa sangat malas melakukan ibadah.  Hal ini termasuk lumrah dan wajar. Sebab telah disebutkan bahwa iman itu naik dan turun. Naik ketika melakukan ketaatan dan turun ketika melakukan kemaksiatan. Ketika iman turun sangat drastis, di situlah futur terjadi.  Di Arraayah sendiri, fenomena ini sering muncul. Santri yang tadinya begitu bersemangat melakukan seluruh agenda dan rutinitas tiba-tiba izin berhari-hari. Sajadahnya tak lagi berada di saf-saf awal, bahkan cenderung lebih sering terlambat. Ia lebih sering be...

Jangan Belajar Mulu!

Kadang kala, terus menerus belajar bisa membuat otak penat. Jika memaksakan pikiran terus bekerja, lama kelamaan ia bisa muak dan mogok. Apalagi harus memasukkan informasi yang banyak dalam waktu singkat, pekerjaan non-stop seperti ini bahkan bisa berakhir pada sakit fisik. Maka dari itu, selain kegiatan belajar mengajar, kampus kami juga mengatur jadwal olahraga. Berbagai jenis alat permainan disediakan, mulai dari ring dan bola basket, raket dan net untuk bulutangkis,  busur dan anak panahnya hingga tenis meja . Setiap santri bebas memilih fasilitas yang tersedia, tergantung minat dan bakatnya. Ketika waktunya tiba, santri yang masih ingin belajar pun tetap diharuskan untuk mengikuti salah satu cabang olahraga. Qism Riyadhoh atau bagian olahraga akan mencatat nama-nama mereka yang alpa tanpa alasan jelas. Kehadiran akan dianggap dengan sedikit jogging atau senam ringan bersama, setelah itu ia bebas pergi ke mana pun. Terkadang aku sedikit heran terhadap orang-orang semacam itu...

Air dan Lika-Likunya

Sebagai tempat tinggal bagi tak kurang dari seribu santri, Arraayah harus menghadapi masalah-masalah kecil yang terjadi dalam keseharian. Lahan yang cukup besar dan jumlah yang tidak sedikit kadang memanggil ketidak nyamanan, walau telah diminimalisir sebisa mungkin. Salah satunya adalah hal-hal mengenai kamar mandi.  Pihak kampus sebenarnya telah menyediakan kamar mandi yang cukup banyak dan memadai. WC atau tempat buang air dibangun terpisah dengan bilik-bilik yang dikhususkan untuk mandi. Alasan pemisahan ini adalah agar antrian mandi yang panjang tidak menyebabkan santrinya mengompol menunggu giliran tiba. Terutama bagi perempuan, mandi bisa jadi kegiatan terlama yang bisa dilakukan.  Sayangnya, air yang tersedia kadang tak selalu mencukupi kebutuhan semua santri. Tatkala setiap orang menggunakan seluruh kamar kecil di waktu yang sama, di situlah aliran air akan mengecil lalu berhenti. Apalagi pada hari Jum'at, di mana air tidak hanya digunakan untuk mandi. Sprei, selimut ...

Sesal

Dalam beberapa kurun waktu terakhir ini, aku selalu menuliskan hal-hal indah tentang  pondok tempatku belajar. Bahasa Arab yang fasih, partner yang penuh pengertian, kesungguhan yang benar-benar terpatri dalam dada setiap santri hingga guru yang mengajar dengan ikhlas kutuangkan pada tulisan-tulisanku. Ditambah percikan rindu yang terus terluap, pondokku itu tergambar seakan tak ada cela padanya. Kendati demikian, tak sedikit santri yang gugur di tengah perjalanan. Sekian persen memang karena gagal dalam ulangan tulis semesteran, sebagian lainnya mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Perang terhadap diri sendiri merupakan ujian pertama yang harus dihadapi sejak detik permulaan. Menyingkirkan bayang zona nyaman, dan terus bertahan di tengah badai perbedaan karakter adalah ujian berikutnya yang harus dilalui oleh seorang santri. Bayangkan, pelajar lulusan SMA dari Sabang hingga Merauke berkumpul dalam satu tempat. Gesekan yang timbul akibat keragaman kebiasaan dan budaya tentu ...

Sepatah Rindu.

Rindu. Berkali-kali kugoreskan kata ini tatkala berusaha mendeskripsikan tentangnya. Aku rindu pada tamannya yang sederhana. Di tanah yang hitam nan subur, tumbuh berbagai pohon buah dan sayuran yang bebas dipetik oleh siapa saja. Kami sering berlomba memetiknya walau ia belum matang sempurna. Bersama-sama duduk melingkar menikmati pepaya atau mangga mengkal, ditemani sambal rujak khas daerah masing-masing. Aku rindu pada orang-orangnya yang berasal dari ragam suku dan bahasa. Mulai dari Sabang sampai Merauke, Timur dan Barat berbaur bersama tanpa batas. Berbagai kuliner kiriman dari orang tua di kampung kucicipi bersama dengan rasa yang berbeda-beda. Bahasa kami satu, bukan bahasa Indonesia. Namun bahasa Arab. Aku rindu pada seniornya yang bersahaja. Tak kenal lelah mendampingi kami adik-adiknya yang kadang kurang ajar. Senantiasa sabar menghadapi setiap tingkah kami yang gagal beradaptasi. Tak ada istilah senioritas dalam kamus-kamus mereka. Bahkan, mereka tak segan belajar dari ...

Apa itu Tanggal Merah?

Seperti instansi pendidikan pada umumnya, Arraayah juga menetapkan hari libur bagi mahasiswanya. Setiap Jum'at tiba, kegiatan perkuliahan di kelas ditiadakan. Santri memiliki waktu yang lebih panjang pada hari tersebut. Kegiatan bebas pun bisa diadakan lebih leluasa.  Meskipun demikian, tak ada kata libur pada kamus santri Arraayah. Kendati tak ada kegiatan belajar mengajar, hari Jum'at adalah hari kerja bakti. Berbagai ruangan dibersihkan lebih detail dan sudut pondok yang kadang luput ikut dikinclongkan. Selain ruangan, tumpukan pakaian yang tak boleh masuk ruang laundry juga punya giliran pencucian.  Sore harinya juga biasa diisi dengan dauroh dari syaikh yang datang dari Timur Tengah. Jika pada kali itu tak ada syaikh, maka dosen mengisinya dengan pelajaran tambahan atau materi kuliah yang sulit. Tentu saja tambahan ini bersifat bebas, siapa pun yang tidak mau ikut boleh absen. Namun, orang-orang yang tidak hadir biasanya memang punya uzur seperti sakit atau tabrakan denga...

Mari Mandi!

Sedingin-dinginnya udara gunung Kota Sukabumi, kamar mandi yang ada di Arraayah akan terisi sejak pukul 2 pagi. Ya, para santri berbondong-bondong mandi sebelum waktu subuh tiba. Puncaknya, beberapa menit sebelum azan berkumandang. Seluruh pintu biasanya tertutup pada jam-jam segitu, pertanda bilik tersebut sedang dipakai.  Mandi sebelum subuh adalah kebiasaan yang dilestarikan santri, khususnya bagi yang tak suka tergesa-gesa. Kesempatan berlama-lama di kamar mandi akan hilang jika azan subuh telah berkumandang. Setelah mendirikan shalat, kami wajib mengikuti halaqoh Al-Quran yang memakan waktu hingga satu jam. Bel makan pun berdentang pada waktu berikutnya, sehingga kegiatan bersih-bersih dan berberes pun hanya bisa dilakukan dalam waktu singkat.  Biasanya, mayoritas bilik-bilik di pagi hari terisi oleh santri yang berpuasa. Mereka tak harus mengisi perut ketika sarapan tiba, sehingga waktu yang mereka punya lebih lowong. Sedangkan santri yang memilih mandi setelah sarapan a...

Babang Galon

Sebagai pondok yang memperhatikan batas antar lawan jenis para santrinya, Arraayah memberlakukan peraturan yang cukup ketat. Penjaga area putri selalu memastikan hubungan kekerabatan yang ada dalam setiap kunjungan keluarga santri. Sesama santri laki-laki dan perempuan yang bersaudara pun punya kartu khusus yang harus diperlihatkan kepada satpam setiap akan bertemu.  Gerbang utama dan satu-satunyan untuk masuk ke area perempuan berada jauh di dalam, di antara rumah-rumah dosen yang sudah menikah. Jalanan setapak di depannya pun bukan jalan umum yang bebas dilalui. Hanya dosen berkeluarga dan mereka yang memiliki kepentingan dengan dosen yang boleh melaluinya. Tak heran jalanan yang cukup lengang ini seringnya hanya dilintasi kendaraan para dosen.  Karena keadaan ini, kami sangat jarang melihat atau bahkan bertemu santri laki-laki. Satu-satunya 'kesempatan' itu adalah ketika waktu pengantaran galon tiba.  Sumber air minum di pondok ini berasal dari mata air pegunungan. Ker...

Inspirasi Mengajar

Beberapa waktu yang lalu, berseliwaran kisah para salaf terdahulu serta ulama di Instagramku. Dikemas dengan foto ilustrasi sedemikian rupa, hingga asyik membacanya. Nama-nama para ulama yang jarang terangkat pun menjadi pembahasan. Menilik dari captionnya, ternyata konten bertema ini merupakan rangkaian tugas adik-adik Arraayah angkatan tujuh yang diberikan oleh ust Hadil, salah satu dosen muda di sana. Berbeda pada masaku, adik-adik angkatanku ini memiliki kesempatan lebih luas menyebar dakwah secara digital. Jurusan KPI atau Komisi Penyiaran Islam yang baru ditambahkan di Arraayah adalah kesempatan emas bagi mereka dalam praktik ilmu yang telah didapatkan. Kebetulan, dosen muda tersebut juga cukup jago di bidang desain slide. Beliau menjadi salah satu dosen mata kuliah di jurusan yang baru dibuka itu. Jadi terkenang kembali masa-masa di Arraayah. Bagaimana beliau selalu berusaha untuk terus berinovasi dalam proses belajar mengajar. Pelajaran selalu ditampilkan dalam slide powerpoi...

Gak Ada Bahasa yang Susah!

Bahasa Arab susah? Gak juga sih.  Setelah menjalani lika-liku belajar bahasa di Arraayah, pandanganku terhadap pengetahuan bahasa baru berubah. Tidak ada bahasa yang susah. Hanya butuh penggunaan, dengar, dan latihan yang banyak.  Buktinya? Semua bayi di dunia ini bisa berbicara dengan bahasa ibu yang berbeda-beda dalam waktu yang relatif sama. Pada usia dua tahun, bayi sudah mampu berbicara kalimat sederhana terlepas dari bahasanya. Bahasa Rusia atau bahasa Indonesia sama saja, kuncinya terletak pada sang ibu atau pengasuh yang menjaganya. Apakah ia sering diajak bicara, atau pasif sehingga tabungan kosa katanya kurang.  Seperti bayi, orang dewasa yang ingin belajar bahasa baru juga harus sering-sering mendengar serta menggunakan berbagai kosa kata yang ada. Di situlah peraturan ketat Arraayah bekerja. Mahasiswa baru hanya punya kesempatan tiga bulan sebelum harus meninggalkan bahasa ibunya. Setiap hari, ratusan hingga ribuan mufrodat wajib dihafalkan. Para senior pun t...

Kemurnian Sebuah Angka

Jenjang SMAku adalah masa ketika kusadari bahwa kecurangan telah tumbuh subur di mana-mana. Saking suburnya, hal itu dianggap lumrah saja di tengah masyarakat. Tenaga pendidik yang seharusnya berpartisipasi memberantas malah ikut-ikut mendukung dari jauh. Kecurangan bernama contek menyontek itu sudah terjadi sejak tahun pertamaku bersekolah. Beberapa oknum siswa yang ogah bersusah payah mengerjakan sendiri akan meminta contekan pada yang rajin. Mulai dari tugas sekolah, PR hingga ulangan kenaikan kelas. Ketika menolak, siswa rajin ini akan dikucilkan oleh teman-temannya. Bahkan dalam tahap yang parah, bisa terjadi perundungan atau bullying padanya. Akibat diamnya orang-orang yang punya kuasa dan seharusnya menjadi teladan, diriku mulai menganggapnya sebagai kewajaran. Gak curang, kok. Toh semua orang juga melakukannya. Aku mulai memberi contekan secara suka rela, juga menyontek pada masa kritis. Hanya saja setiap melakukannya, rasa tak nyaman dalam hati harus berkali-kali kuabaikan. ...