Lelah

Akhir-akhir ini rasanya rada aneh aja. Jadi sensitif, lebih gampang suuzhan dan tambah susah menggali-gali kebaikan agar ia berubah menjadi husnuzhan. Perkataan serta perbuatan sekitar yang dulunya biasa aja, sekarang terekam berhari-hari menjadi bahan pikiran tengah malam. ⁣
Perkataan orang yang dulunya bisa jadi pelecut semangat, menjadi bom waktu dan membuat lesu diri. Bertanya-tanya, apakah memang aku separah itu? Tak becus mengerjakan apa pun juga? ⁣
Apalagi kalau lihat postingan keluarga di Indonesia. Rasanya.. entahlah. Bercampur. Rindu ingin bertemu, cemburu akan kehangatan, tapi tetap bisa terabaikan juga. Tanpa sadar membangun benteng kasat mata, memangkas perasaan yang terus tumbuh. Apakah butuh racun agar membuatnya mati?⁣
Padahal, si bayi juga enteng-enteng saja. Mungkin juga karena sang kekasih tak di rumah. Jiwa raga pun tak ingin bergerak. Hampa saja, tak tahu harus melakukan apa. Sedang list pekerjaan yang harus dikerjakan menumpuk hampir meledak. ⁣
Rasanya, ingin mengabaikan diri sendiri. Menjalankan apa yang sudah menjadi kewajiban, mengabaikan semua yang tidak perlu. Tapi akhirnya air mata -yang tidak diperlukan itu- tetap saja meruak tak berhenti mengalir. Kenapa menangis? Entah, aku pun tak tahu jawabannya. ⁣
Maafkan tulisan ini hanyalah sebuah perasaan dalam hati yang ingin dituangkan.⁣
Suatu masa, kutumpahkan ia pada seorang sahabat. Ia hanya menjawab, mungkin ada sesuatu yang terlewat. Coba cek, dzikir pagi petang. Tak harus selalu di waktu Subuh kok, setelah matahari terbit juga bisa aja. Tak harus selalu sebelum senja, sebelum mata istirahat dan terpejam pun ia bisa dilakukan. ⁣
Mungkin juga, ada kebiasaan-kebiasaan yang luput, hanya menjadi rutinitas. Perbaiki shalat, resapi setiap ayat-ayatNya. Semoga, kamu bisa mendapatkan ketenangan itu kembali.⁣
Terima kasih. ⁣
#30dwc #30dwcjilid29 #day11 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh