Belajar Dari Bayi
Semenjak mutiara berhargaku lahir ke dunia, begitu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil darinya. Allah menitipkan amanah berharga ini, bersama anugerah-Nya yang tak ternilai.
Kala itu, Nusaibah baru saja menyapa dunia ini seminggu yang lalu. Mungil sekali. Manusia seberat 2,8 kg itu tak melakukan apa pun selain tidur dan menyusu. Komunikasinya hanya menangis. Salah seorang kawan memberikan selamat atas kelahiran bayiku, lalu bertanya mengenai keadaannya.
"Alhamdulillah, seperti bayi normal. Kebanyakan waktunya buat tidur. Menangis minta nyusu, kemudian tidur kembali." Balasku, disertai beberapa emot tertawa.
"Kadang pengen rasanya jadi bayi kembali. Ga ada beban, ga ada yang harus dipikirin kayak kita ini. Kalau lapar, tinggal nangis. Tidur sepanjang hari pun tak masalah."
Aku saat itu hanya tertawa dan mengiyakan dalam hati. Ya, mereka hanya tertidur dan menyusu. Tak memikirkan apa pun, tak ada masalah yang harus dihadapi. Kenikmatan yang sepertinya sangat spesial, khususnya bagi orang-orang dewasa yang sedang krisis waktu luang.
Namun, pendapatku kian berubah seiring bertumbuhnya putri sulungku. Ia ternyata tak 'hanya' makan dan tidur. Ia sedang berjuang. Berjuang menguatkan otot-ototnya hingga nanti, ia mampu berlari. Berjuang berkomunikasi, khususnya kepada orangtuanya. Bertahan agar kelak ia tak harus bergantung hanya kepada air susu ibunya.
Makhluk yang sangat lemah sebenarnya, hanya bisa menangis ketika ada hal yang membuatnya tidak nyaman. Ia pasrah dipakaikan baju apa saja oleh orangtuanya. Hanya bisa berbaring di kasur, tak bisa berpindah sesuka hati. Betapa membosankannya.
Kalau bisa diibaratkan seperti seorang yang lumpuh kaki tak bisa berjalan, lumpuh tangan tak mampu menggenggam. Bisu, tak bisa berkomunikasi dan rabun. Hanya makan dan minum dengan satu cita rasa yang sama selama enam bulan. Ditambah, semua organnya belum berjalan sempurna. Bagaimana penderitaan orang tersebut?
Namun bersamaan dengan itu, ia melaluinya hari demi hari. Belajar banyak hal setiap hari. Hingga matanya mulai mampu menangkap berbagai warna. Patah-patah, tangannya belajar menggeggam aneka benda. Tangisannya mulai memiliki pola dan irama, ia mulai bisa mengkespresikan dirinya tidak hanya dengan tangisan. Senyum dan tawa menghiasi bibirnya setiap hari.
Ternyata, setiap manusia didesain untuk terus belajar dan berkembang sejak lahir. Mengembangkan skill yang ia punya, bersama asa yang terus terajut. Bagi kalian yang ingin menyerah, mungkin bisa memandang kepada bayi-bayi sejenak. Bagaimana mereka belajar, bertumbuh, berkembang. Bukankah, kalian juga pernah berada di fase itu?
Cairo, 6 April 2021
#30dwc #30dwcjilid29 #day16
Komentar
Posting Komentar