Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Amarah Tanpa Dusta

Anak adalah manusia yang sangat jujur akan emosinya. Dia akan menangis jika merasa tak nyaman, dan tertawa jika merasa senang. Tak seperti orang dewasa yang terbiasa menampilkan tawa ketika hati teriris. Itulah yang kupelajari selama mendidik anak pertamaku. Pada setiap tangis, rewel dan tantrum yang ia keluarkan, kalimat ini menjadi bantuan yang cukup ampuh bagiku untuk meregulasi emosi, tak ikut marah mendengarnya. Karena emosi anak kecil adalah hal yang paling jujur, tangisannya benar-benar menandakan bahwa ia merasa tak nyaman dan butuh bantuan, bukan karena ingin membuat kesal orang sekitar. Aku baru disadarkan, bahwa tantangan orang tua tak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi dan sanitasi anak. Memastikan anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan nyaman juga menjadi PR besar yang harus dilakukan. Bukan sekadar memastikan nutrisi fisiknya tercukupi, kebutuhan mentalnya juga perlu diperhatikan dengan seksama. Semakin dewasa, anak kecil yang selalu jujur akan perasaannya ini akan b...

Refreshing atau Cari Penyakit?

"Kenapa selalu sibuk mengejar target menulis di musim ujian?" tanya suami suatu hari, ketika aku lagi-lagi bingung membagi waktu antara menulis dan belajar.  "Buat pengalihan, refresing. Hehe."  Begitu jawabanku kala itu.  Pertanyaannya membuatku mengingat-ingat kembali setiap jilid 30DWC yang kuikuti. Benar juga, aku selalu mendaftarkan diri ketika telah memasuki musim ujian penentu kenaikan semester di Al-Azhar. Entah hanya setengah awal, setengah akhir, atau bahkan seluruhnya.   Namun, dalam menjalaninya, aku ternyata cukup sering menghadapi masalah. Kelelahan setelah belajar, atau mood yang sangat turun setelah melalui ujian sulit kerap membuatku sangat enggan menulis di hari itu. Curhat colongan pun sering menjadi konten tulisan, melenceng dari tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Terlambat menyetor menjadi hal yang biasa dilakukan di pertengahan akhir. Bahkan bisikan untuk menyerah saja kerap mendatangi di akhir waktu batas penyetoran link.  Alih-al...

Muslim, Perlukah Mencari Jati Diri?

Memasuki usia kepala dua, begitu banyak manusia 'dewasa' di luar sana mulai kebingungan akan identitas dirinya. Persimpangan akan pilihan yang harus dihadapi terus menghadang, hanya dengan jarak waktu yang sangat singkat. Ditambah lagi, seliwaran sosial media yang memberikan kemudahan akses membaca opini siapa saja di dunia, menambah kekalutan akan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, merebaklah fenomena yang terjadi di antara anak muda : Quarter Life Crisis. Quarter Life Crisis atau Krisis Seperempat Abad adalah suatu periode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun. Pada periode ini, individu dihantui perasaan takut dan khawatir terhadap masa depannya, termasuk dalam hal karier, relasi, dan kehidupan sosial (Aristawati, Meiyuntariningsih, Cahya, & Putri, 2021). Mereka yang mengalami hal ini, tumbuh   dalam keadaan khawatir, bingung, kesepian dan merasa tidak memiliki tujuan dalam hidupnya...

Pada Sebuah Persimpangan

Ujian belum juga selesai, bayang persimpangan yang harus kuhadapi terus menghantui akhir-akhir ini. Pendidikanku di strata satu akan segera selesai, pilihan apa yang selanjutnya akan aku ambil? Selalu seperti ini, mengkhawatirkan masa depan yang belum pasti. Padahal tak ada yang menjamin takdir dan usiaku akan mencapai persimpangan tersebut. Namun, tetap saja, rasa takut dan khawatir ini tak bisa dihilangkan dengan mudah.    Dihadapkan pada dua pilihan, atau mungkin lebih, membuat otakku merancang berbagai skenario yang mungkin saja terbentuk. Teman-teman sebayaku mungkin akan berpusing ria, memikirkan akan melanjutkan pendidikan, karir atau menikah. Namun, aku sudah menjalani ketiganya sekaligus. Menjalani selama hampir empat tahun jatuh bangun yang penuh tantangan, berusaha bertahan agar tak ada yang perlu dikorbankan. Pertanyaan, "Apa aku serakah?" sering melintas mengiringi selama perjalanan ini.  Sebagai seorang mahasiswa, perjalanan tingkat pertamaku akan berakhir. ...

Persiapan Keberangkatan (2)

(bersambung dari tulisan sebelumnya) Untungnya, rumah kami mendapat penyewa pengganti selama sebulan. Teman kami memutuskan untuk tinggal sementara, sebab mereka tidak berencana menetap lama di Mesir. Akan sayang sekali harus menyewa flat kosong dan membeli berbagai perabotan, lalu hanya ditinggali selama sebulan. Kami, terutama aku dengan senang hati mempersilahkan mereka menempati rumah. Urusan kulkas dan karpet tak harus kukerjakan saat itu juga.  Meski demikian, tetap saja urusan bersih-bersih masih dalam tanggung jawabku. Maka dalam keadaan terkantuk-kantuk, aku berusaha menyelesaikan apa yang harus diselesaikan sambil mengira-ngira gambaran safar yang sebentar lagi kami laksanakan.  Ketika semburat pagi telah muncul, kuputuskan menghubungi salah satu teman. Minimal, ada teman yang menemani, mengajakku berbicara agar pikiranku teralihkan dari kemungkinan yang terjadi selama perjalanan sebentar. Aku juga sempat menitip agar dibelikan kudapan sarapan Mesir untuk mengganjal ...

Persiapan Keberangkatan (1)

Jadwal keberangkatan kurang dari sepuluh jam lagi, koper yang harusnya telah selesai kupersiapkan masih terbuka setengah. Bolak-balik, aku memasukkan dan mengeluarkan isi dari koper tersebut. Nusaibah masih terlelap di kasur, waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Mataku terasa sepat, semalam suntuk ia belum diberi jatah istirahat oleh tuannya.  Beberapa terakhir, mulutku terus berusaha ditahan agar tak melampiaskan kepenatan pada anak kecil yang belum mengerti banyak hal. Keberangkatan semakin dekat, ada saja kejadian yang menghambat persiapanku. Administrasi kuliah yang belum selesai, pencairan uang beasiswa yang terhambat, dan segala urusan-urusan kecil yang membuatku harus terus keluar dan menunda persiapanku. Rumah juga bagai kapal pecah, otakku yang bercabang pada berbagai urusan membuat rumah semakin tak terurus.  Suami telah mewanti-wanti agar meninggalkan rumah dalam keadaan rapi. Rumah akan ditinggalkan selama sebulan lebih, maka segala sesuatunya harus dikondisikan seba...

Persiapan Paket Hemat

Apa yang harus dipersiapkan dalam perjalanan hemat nan nekat ini?  Itu pertanyaan yang berusaha kujawab beberapa hari sebelum keberangkatan. Jatah maksimal barang yang boleh dibawa berjumlah empat buah, dua disimpan di bagasi pesawat dan dua lainnya diletakkan di kabin. Namun, kondisiku yang akan safar berdua saja dengan Nusaibah--tanpa suami-- membuatku harus memikirkan efisiensi juga. Bagaimana barang ini bisa kubawa, dan tenaga tetap bisa tersisa untuk menghadapi Nusaibah di perjalanan.  Maka setelah berembuk melalui telpon, aku membatasi jumlah bawaan menjadi dua saja. Sayang sih, tapi gimana lagi.  Barang pertama yang kupersiapkan adalah pakaianku dan Nusaibah. Tak perlu banyak-banyak, kami bisa mencuci sesampainya di sana. Apalagi kondisi di Arab Saudi saat itu mulai memasuki musim panas, pakaian akan lebih cepat kering. Oiya, jangan lupa cek suhu dan musim terkini ya. Butuh penyesuaian persiapan yang cukup teliti, agar tak salah kostum dan malah mengeluarkan biaya ...

Keindahan Al-Quran dan Kefasihan Lisan

Pada suatu pagi, sebuah video pendek dikirim ke grup keluarga. Seorang anak bernama Abdurrahman, merupakan anak yang masih belia. Ia sedang diwawancara setelah memenangi lomba, semacam olimpiade menghafal Al-Quran. Banyak yang memuji hafalannya yang kuat dan juga cara tilawahnya yang indah. Maka, dengan fasih, ia menjawab beberapa pertanyaan. Salah satunya, ia diminta untuk memberikan nasehat tentang Al-Quran.  Setiap ucapannya dibuka dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada nabi. Lalu isi nasehatnya, kira-kira setelah diterjemahkan : Al-Qur'an adalah sebaik-baik perkataan yg diturunkan kepada sebaik-baik manusia, dan dia adalah Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Terjaga dari pengubahan dan penyelewengan. Sebagaimana Allah berfirman : "Dan kami menurunkan pengingat (Al-Qur'an) dan kami pula yang menjaganya."  Al-Qur'an juga kitab suci langit terakhir dan perampungnya.  Dan keutamaan membaca Al-Qur'an sangat besar. Pertama, ahli Al-Qur'an adal...

Jalan yang Tak Disangka

Di negara Saudi, aku memiliki dua teman yang menetap karena mendampingi suami menyelesaikan studinya di sana. Satu di Makkah, dan satu lagi di Madinah. Mereka sama-sama seangkatan denganku di pondok, salah satunya bahkan pernah tinggal sekamar.  Semakin mendekati waktu penerbangan, aku sempat curhat pada teman di Madinah tentang kendala tempat tinggal yang harga-harganya melonjak naik. Ia pun mengonfirmasi hal tersebut, hotel dan bahkan hostel-hostel sederhana pasti menaikkan harga dua kali dalam setahun : ketika musim haji dan pada bulan Ramadhan. Tentu saja, karena permintaan pada waktu-waktu tersebut juga meningkat drastis.  Ia pun sempat menyarankan untuk tinggal di Madinah saja dulu, sambil mencari penginapan yang cocok di Makkah. Kami berbincang cukup lama, lalu ia pun berceletuk di akhir-akhir pembicaraan, "Udah tanya kawan yang tinggal di Makkah?"  Anehnya, aku selama ini tak berpikiran ke sana. Karena prasangkaan yang terlanjur kurang baik, pikiranku seakan tertu...

Pesan dari Susunan Balok

Gambar
Hai, Nusaibah. Ini foto yang diambil pada tanggal 30 Mei 2023. Di sini, sebentar lagi usia Nusaibah mencapai tiga tahun. Semakin banyak keterampilan yang berhasil dikuasai. Salah satunya, menyusun balok lego sampai tinggiii seperti ini, barokallahu fiik.  Saat itu, Ummi tumben-tumbennya tergerak mengabadikan foto ini. Lalu dibuat status di WA, bersama caption, "Gemes, pengen susun ulang dari awal." Hihihi.  Ummi gemes nak, memerhatikan Nusaibah menyusun balok setinggi mungkin, tapi fondasinya tidak rata. "Bangunannya" jadi sering mirik dan gampang rubuh. Kadang Ummi harus berusaha menahan senyum, melihat Nusaibah berupaya menahan rubuhnya bangunan ini dengan satu tangan, sambil terus menyusun balok selanjutnya dengan tangan yang lain.  Betul, balok ini berkali-kali jatuh. Berkali-kali pula, Nusaibah berseru kecewa. "Yah, jatuh deh." Tapi lucunya, susunan ini diulang lagi dari awal dnegan format yang sama. Balok-balok yang masih bersatu dipasang...