Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Apa yang Salah?

Beberapa hari terakhir, beban yang ada pada pundak lebih terasa dibanding biasanya. Mood sering kali turun drastis, jasad jadi tak ingin melakukan apa-apa. Amanah yang diberikan   terasa mengejar-ngejar kemana pun diriku pergi. Ingin lari darinya, tapi tak bisa.  Bahkan, menulis pun terasa sangat berat. Berkali-kali, komitmen menulis yang kubangun ingin kuruntuhkan begitu saja. Padahal sudah lebih dari setengah jalan. Rasanya lelah, ingin beristirahat.  Beban-beban itu seakan-akan berbicara padaku. Sudahlah, menyerah saja. Toh, keluargamu butuh perhatianmu. Sekarang juga masa pancaroba. Suhu yang sebelumnya rendah tiba-tiba naik hingga empat puluh detajat, lalu turun lagi sesuka hati. Cuaca ekstrim di Mesir ini bisa membuatmu tumbang sakit, jadi jaga kesehatan saja dulu. Berhenti saja dulu.  Padahal baru seminggu Ramadhan menyapa.  Ah, bukan baru seminggu. Tapi telah lewat seminggu. Berapa banyak keberkahan yang telah kulewatkan, sementara waktu bergulir ta...

Pentingnya Persiapan

Kita selalu membutuhkan persiapan untuk setiap rencana yang akan dilakukan. Sebab, persiapan yang matang akan membantu melancarkan aksi serta meminimalisir resiko yang bisa saja terjadi.  Bagiku, persiapan yang paling penting dan lama adalah persiapan untuk menikah. Khususnya, ketika diriku  akan menikah dalam keadaan menuntut ilmu di negeri orang lain. Belajar lebih dalam mengenai persiapan finansial, adaptasi di negeri orang, dan yang paling penting, belajar tentang kehidupan pernikahan agar bisa menjadi keluarga yang sakinah mawadaah warahmah.  Ada amanah yang besar dalam ibadah terlama ini. Berusaha saling menjaga satu sama lain agar tak tergelincir ke dalam perbuatan dosa. Memenuhi seluruh hak-hak yang sudah ditentukan oleh agama. Dan juga mengasuh anak, yang merupakan titipan dari sang Pemilik Semesta.  Berada dalam fase kuliah dan menikah tentu bukan perakara yang remeh. Sang suami akan merasa bertanggungjawab atas keluarga kecilnya dan berjuang mencari nafka...

Hanya sebuah cerita

Suatu malam, dalam acara pillow talk suami istri di sudut kota Nasr City.  W : Kesan pertama pas nazhor sama aku gimana, yang?  P : Gimana ya? Ga jelas.  W : Ha? Ga jelas gimana?  P : Yaa, ga jelas. Wong pas minta dibukain cadar kamunya nunduk-nunduk malu. Kalau ngga nunduk, balik kanan sambil nutupin wajah.  W : Loh? Jadi apa yang ketangkep dong?  P : Hmm.. Ga jelas. Ga kelihatan lengkap, cuma pipi sama mata aja. Yang aku tangkap juga kayaknya waktu itu kamu sedikit gemukan.  W : Tapi kok waktu itu kamu bilang 'cukup' pas ditanya, ga minta tambah waktu? P : Yah, aku kan juga malu lah kalau mau lama-lama. W : Nekat kamu. Kalau ternyata aku beneran gemuk, terus butek dan jerawatan gimana? Nanti nyesel di akhir kan. P : Tapi buktinya aku dapatkan kamu bersinar memesona sejak malam pertama.  W : Yaaah, beneran yaang. ((Sambil menyembunyikan pipi yang bersemu merah)) P : Tuh kan, ada yang klepek-klepek digodain. Sampai merahlah pipinya ((pakai nada la...

Diingat Seperti Apa?

Malam hari tiba, namun mata belum mau diajak terpejam. Pikiran demi pikiran berkecamuk, silih berganti menduduki pikiran. Lalu, merenung sejenak. Bahwa seluruh manusia di muka bumi ini memiliki siklus yang sama. Lahir, dibesarkan sebagai bayi, lalu anak-anak, kemudian mengenyam pendidikan hingga tingkat tertentu, bekerja, menikah, menua, kemudian mati. Hanya saja, tidak semua manusia melalui semua siklus. Ada yang lahir, lalu mati. Ada yang sempat mengenyam pendidikan. Ada yang Allah panjangkan umurnya, lalu ia menutup usia di masa tua. Tak ada yang tahu kapan ajal 'kan menyapa, dan itu sebenarnya bukan hal yang penting tuk direnungkan. Ada pertanyaan penting yang harus kita jawab kelak, ketika Allah memanggil kita pulang.  Berapa banyak tangisan ketika ia dikuburkan? Berapa banyak hati yang mengingat namanya? Berapa banyak jiwa yang termanfaatkan karenanya? Dan yang terpenting, sudahkah kita menutup usia dengan sebaik-baiknya? Kita umat manusia diciptakan dan ditempatkan d...

decluttering : bukan bersih-bersih biasa

Ada yang pernah dengar istilah decluttering? Decluttering memiliki arti 'remove unecessary items from an untidy or overcrowded place'  atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai menyingkirkan barang-barang yang tidak dibutuhkan dari tempat yang tidak rapi dan penuh sesak. Jadi, ia adalah proses membuang barang da n hanya menyimpan barang-barang yang dibutuhkan. Bagaimana prosesnya? Decluttering pada dasarnya adalah menyortir barang yang akan disimpan. Bukan sekedar menata barang di tempatnya semula, atau pun bersih-bersih biasa. Kita bisa mengelompokkan barang yang sudah tidak digunakan menjadi dua. Jika layak, bisa disumbangkan atau dihadiahkan kepada orang lain. Jika tidak layak, maka didaur ulang agar bisa digunakan kembali. Misalnya membuat keset kaki dari baju-baju yang sudah tak layak pakai. Dari pada disimpan menumpuk di lemari, iya kan? Dengan melakukan decluttering secara berkala, kita bisa sadar akan kondisi barang yang kita punya. Selain itu, ia juga mend...

Buku 'Janji'

Tere liye dengan gaya khasnya kembali menerbitkan sebuah buku yang benar-benar mengandung banyak sekali hikmah dan manfaat. 'Janji', sebuah judul kata yang mengandung banyak sekali makna.  Setelah Tere Liye membuatku berpikir siang malam dengan bukunya 'Rembulan Tenggelam di Wajahmu' kali ini ia juga membuatku begadang semalam suntuk membaca buku 'Janji' 925 halamannya. Mengapa 925 hal? Karena ia adalah ebook yang dujual di google playstore. Tidak membutuhkan biaya tambahan untuk cetak, serta biaya ongkir. Tapi tetap saja, buku 925 halaman ini bukan hal yang remeh. Dka dibuat dengan penuh riset dan pemahaman, khas seorang Tere Liye. Buku yang membuat berpikir, sebenarnya apa tujuan hidup kita di dunia? Sampai dimana keyakinan kita terhadap Allah. Banyak sekali ayat demi ayat, serta hadits yang menceritakan kebaikan yang banyak. Sedangkan Bahar, tokoh dalam buku ini hanya melakukan sebagian kecil. Ia bahkan digambarkan sebagai seorang pemabuk  Namun ia mendapat k...

Selemah-Lemahnya Bayi

Pernahkah kalian perhatikan para bayi? Mereka sebenarnya makhluk yang sangat lemah. Tak punya daya bagi siapa pun yang punya niat jahat padanya. Ia tak akan mampu melawan, jika ada yang akan membuangnya misalnya. Tak ada hak memilih, untuk memakai baju tertentu atau makan makanan yang diinginkannya. ⁣ ⁣ Namun bersamaan dengan itu, Allah menanamkan rasa cinta yang teramat besar pada dada setiap ibu. Rasa cinta yang tak ada tandingannya. Fitrah untuk terus melindunginya dari segala marabahaya, yang bahkan nyawa jadi taruhannya. Sejak bayi masih berupa janin dalam kandungan, hingga tumbuh besar menjadi dewasa. Tak ada yang bisa menandingi rasa kasih yang setiap ibu punya.⁣ ⁣ Selain itu, Allah menjadikan tangisnya sebagai penopang hidupnya. Suaranya meyayat hati para pendengarnya. Siapa pun yang mendengar tangisan bayi akan merasa sedih dan ikut kasihan. Berusaha mencari tahu dan membantu menyelesaikan masalah yang ada. ⁣ ⁣ Allah menjadikan tawanya menyenangkan semua pemandangnya. Sangat j...

Belajar Dari Bayi

Semenjak mutiara berhargaku lahir ke dunia, begitu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil darinya. Allah menitipkan amanah berharga ini, bersama anugerah-Nya yang tak ternilai. ⁣ ⁣ Kala itu, Nusaibah baru saja menyapa dunia ini seminggu yang lalu. Mungil sekali. Manusia seberat 2,8 kg itu tak melakukan apa pun selain tidur dan menyusu. Komunikasinya hanya menangis. Salah seorang kawan memberikan selamat atas kelahiran bayiku, lalu bertanya mengenai keadaannya. ⁣ ⁣ "Alhamdulillah, seperti bayi normal. Kebanyakan waktunya buat tidur. Menangis minta nyusu, kemudian tidur kembali." Balasku, disertai beberapa emot tertawa. ⁣ ⁣ "Kadang pengen rasanya jadi bayi kembali. Ga ada beban, ga ada yang harus dipikirin kayak kita ini. Kalau lapar, tinggal nangis. Tidur sepanjang hari pun tak masalah."⁣ ⁣ Aku saat itu hanya tertawa dan mengiyakan dalam hati. Ya, mereka hanya tertidur dan menyusu. Tak memikirkan apa pun, tak ada masalah yang harus dihadapi. Kenikmatan yang se...

Kail Pemancinh

Kail Pemancing. Kalian tahu, lidah bisa diibaratkan seperti kail pemancing. Dengannya, kita memancing kebaikan maka bertambahlah amal shalih, dan meningkatlah derajat. Atau dengannya, kita memancing keburukan. Maka lidah ini seperti kail pemancingan. Kail yang mungkin saja menangkap ikan yang besar seperti halnya amal shalih. Dan kail juga bisa saja menangkap sesuatu yang tidak berharga di lautan, seperti kodok, sampah, dan hal-hal yang tidak bermanfaat. Maka, apa yang akan kamu tangkap dengan lidahmu? Sama seperti memancing ikan di lautan, kita membutuhkan petunjuk yang tepat agar sang lidah mampu menangkap hasil yang baik. Step pertama adalah perbanyak mengingat Allah. Ketika berjalan, maka gerakkan lidah untuk menyebut nama Allah. Subhanallah. Laa ilaha Illa Allah. Malaikat akan menuliskan untukmu sepuluh kebaikan, dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya. Ketika akan beranjak untuk tidur, bacalah dzikir sebelum tidur hingga kantuk mengambil kesadaranmu. Ketika kamu duduk menunggu...

Takdir part 2

Kala itu, mentari masih berada di belahan bumi lain. Hanya pantulannya yang tampak dari rembulan yang sedang purnama. Lengang, itulah yang tertangkap olehku. Hanya rumah bidan yang masih tersisa keramaian, mengantarku meluncur ke rumah sakit yang sudah ditentukan.  Hai, aku Fulanah. Asli Bugis, Sulawesi Selatan. Namun masa kecilku tak berada di satu tempat. Masa SD di Sumatera, SMP kembali ke tanah kelahiran, SMA di Kalimantan lalu mengambil sarjana di salah satu pondok di Jawa Tengah. Tak sampai disitu, ternyata jodohku berasal dari Merauke, Papua. Lalu takdir membawaku terbang ke Kairo, Mesir. Menemani kekasih hati menuntut ilmu di sana.  Malam ini, aku kembali merasakan kontraksi. Setelah sekitar sembilan bulan yang lalu aku dinyatakan positif hamil, sepertinya mala mini adalah waktunya bayi untuk keluar. Rasa konstraksi mulai semakin intens, dengan rentang waktu yang makin singkat. Kontraksi sebenarnya sudah kurasakan sejak seminggu yang lalu. Rasa it uterus-terusan datang...

Takdir (akan direvisi)

Detik demi detik berlalu, hingga akhirnya seorang perawat senior masuk ke dalam kamar. Setelah melempar senyum yang sedikit janggal, ia menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Mengeluarkan ari-ari yang masih ada di perut, menjahit bekas robekan di jalan lahir, dan membersihkan sisa-sisa darah yang keluar. Semua ia lakukan secara cepat dan senyap. Lalu ia mengantarku kembali ke kamar perawatan. Suamiku telah menungguku di luar. Wajahnya sembab, namun senyum yang ditegar-tegarkan menghiasi bibirnya. Setelah mencium keningku, ia keluar dan tak lagi kembali dalam waktu yang lama. Suara isakannya masih sedikit tertangkap oleh telingaku. Setelah itu, beberapa kawan yang memang sengaja menungguiku masuk dan membantuku membersihkan badan. Ketika akan berdiri, dunia rasanya berputar-putar. "Kamu pucat. Kata dokter, kamu anemia." Kata salah seorang dari mereka. Seseorang lalu meminumkan sari kurma beberapa sendok. Setelah bersih, rasa lemas menyergapku kembali, membawaku membuai k...

Sang Serba Bisa

Sembuat mentari pagi masih malu menampakkan sinarnya. Burung bersahut-sahutan, saling menggoda satu sama lain. Lalu pergi kembali mencari remah-remah roti yang bisa dimakan. ‘Isy1 panas mengepul, baru saja matang di atas tungku pembakaran. Seorang pria yang tak lagi muda usianya, dengan cekatan mengeluarkannya kemudian mengaturnya rapi di atas anyaman rotan kokoh. Sungguh menggoda melihatnya.  “Aiz ‘isy ‘asyroh geneh lau samaht.2” Seorang ibu muda dengan aksen Asia yang khas berusaha mengambil uang di dompet pink kecilnya. Sang bayi dalam gendongan menggeliat, sedikit terganggu dengan gerakan yang terasa. Merapatkan kembali tubuhnya ke pelukan ibunya yang hangat, kemudian kembali terbuai ke dalam mimpi.   “Aiwah, tafadhdhali.3” Bapak-bapak tua itu menyerahkan sekantong penuh ‘isy yang sudah kaku mendingin.  “’Aiz sukhnah dah.4” Sambil menunjuk ke ruangan bagian dalam yang penuh dengan isy panas.  Bapak tua itu kembali ke dalam dengan sedikit gerutu, lalu menyerahkan ...

Lelah

Akhir-akhir ini rasanya rada aneh aja. Jadi sensitif, lebih gampang suuzhan dan tambah susah menggali-gali kebaikan agar ia berubah menjadi husnuzhan. Perkataan serta perbuatan sekitar yang dulunya biasa aja, sekarang terekam berhari-hari menjadi bahan pikiran tengah malam. ⁣ ⁣ Perkataan orang yang dulunya bisa jadi pelecut semangat, menjadi bom waktu dan membuat lesu diri. Bertanya-tanya, apakah memang aku separah itu? Tak becus mengerjakan apa pun juga? ⁣ ⁣ Apalagi kalau lihat postingan keluarga di Indonesia. Rasanya.. entahlah. Bercampur. Rindu ingin bertemu, cemburu akan kehangatan, tapi tetap bisa terabaikan juga. Tanpa sadar membangun benteng kasat mata, memangkas perasaan yang terus tumbuh. Apakah butuh racun agar membuatnya mati?⁣ ⁣ Padahal, si bayi juga enteng-enteng saja. Mungkin juga karena sang kekasih tak di rumah. Jiwa raga pun tak ingin bergerak. Hampa saja, tak tahu harus melakukan apa. Sedang list pekerjaan yang harus dikerjakan menumpuk hampir meledak. ⁣ ⁣ Rasanya, in...