Hijau Daun di Tengah Gurun
Orang-orang mengenal Mesir dengan gurunnya tandus, selain dia adalah tempat pyramid yang merupskan salah satu dari tujuh keajabian dunia. Mereka mendeskripsikannya dengan kekeringan, badai debu. Tanah gersang, bahkan sehelai daun pun sulit bertahan hidup disana. Panas menyengat yang berlangsung bertahun-tahun, itu yang selalu mereka katakan. Atau setidaknya, itulah yang saya pribadi pikirkan sebelum burung besi membawaku terbang kemari.
Cerita-cerita ummi tentang Sudan yang pernah ia tinggali menambah ekspektasiku. Mereka pernah harus membeli air untuk mandi saking kekurangannya. Foto-foto yang mengabadikan kenangan juga mengabarkan betapa tandusnya taman-taman bermain yang mereka datangi.
Ditambah lagi beberapa kerabat yang mengetahui kabar kepergianku memberikan salam perpisahan dengan bumbu-bumbu. "Yang betah ya, katanya disana pohon pun seperti harimau Sumatera di dunia. Langka!" Jadilah diriku bersiap-siap, melambaikan salam selamat tinggal pada pepohonan yang tumbuh liar di sepanjang jalan.
Sesampainya di negeri ini, ternyata ia tidak seburuk yang kupikirkan. Beberapa pohon tumbuh membentang di jalan raya. Tepat di belakang flat kami, ada pohon besar nan rimbun yang membuat teduh di tengah terik mentari. Bahkan jika ingin mendapat yang lebih cantik, beberapa taman dibangun khusus untuk menikmati hijau-hijau pepohonan.
Tentu saja ia tak serimbun di Indonesia. Tapi bukan berarti ranggas gundul seakan tak ada kehidupan. Di pinggir nil sendiri, tanahnya hampir menyamai kesuburan beberapa tempat di Indonesia. Banyak buah-buahan yang tidak ada di Indonesia bisa tumbuh disini.
Begitulah. Jangan menilai sesuatu dari penilaian orang. Dari kabar-kabar viral. Apalagi jika orang tersebut belum pernah datang melihatnya.
#30dwc #30dwcjilid29 #day4
Komentar
Posting Komentar