Tawakkal


A.    Pengertian
Rasulullah SAW mendenifisikan takabur atau sombong sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”

Pengertian itu Nabi Muhammad SAW sampaikan ketika ada seorang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sandal yang bagus. Lalu nabi SAW bersabda :  Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (H.R. Muslim)

Takabur atau berbangga diri suatu sikap  atau bisa juga dikatakan dirinya lebih besar, lebih tinggi, lebih baik dan lebih segala-galanya dan memandang rendah terhadap orang lain lain adalah sifat yang sangat tercela.

Takabur juga biasa diartikan dengan rasa kekaguman terhadap diri, sikap suka membesar-besarkan dan menonjolkan diri.

Kekaguman terhadap diri bisa berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh terhadap orang lain, dan merendahkan serta meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang mencela ketakaburan orang-orang musyrik dan munafik serta keengganan mereka untuk menerima kebenaran, karena rasa angkuh yang mreka miliki.

Takabur merupakan penyakit hati atau mental yang sangat berbahaya. Dari kesombongan inilah, kemudian tertanam bibit sifat ananiyah (egois). Sehingga merasa paling benar. Hal ini sesuai apa yang pernah Rasulullah SAW katakan, yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.




B.     Macam-macam Takabur
a.       Takabur terhadap Allah
Takabur kepada Allah ialah tidak memedulikan ancaman-NYA dan memandang remeh segala syariat dan peraturan-NYA. Takabur ini pertama kali dilakukan oleh syaitan/iblis ketika menolak perintah Allah Swt untuk sujud kepada Nabi Adam AS. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Qur’an :

Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (Q.S. Al-A’raf : 11-13)

b.      Takabur terhadap Rasul-NYA
Takabur terhadap Rasulullah yaitu sikap tinggi hati, menolak mengikuti dan mematuhi Nabi, karena menganggapnya manusia biasa. Orang Quraisy zaman Rasulullah SAW enggan mengikutinya karena beliau anak yatim yang miskin. Begitu pun orang Yahudi tidak mau mengikuti Nabi Muhammad SAW karena bukan keturunan Bani Israil. Saat ini, masih banyak yang tidak mau mengikuti ajaran Rasulullah karena menganggapnya kolot, ortodoks, ketinggalan zaman, dan berbagai alasan lain. Firman Allah :

Artinya :
Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka." Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu."
c.       Takabur terhadap sesama manusia
Takabur sesame manusia adalah merasa lebih tinggi dari orang lain. Orang berpangkat tinggi merasa patut dihormati, dimuliakan, dan menganggap orang rendah.
Pada umumnya, orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri. Seperti memiliki prestasi, harta, dan jabatan yang lebih tinggi dari yang lain diantaranya dalam hal :
                                                              i.      Ilmu
Takabur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya sebagaimana firman-NYA :


Artinya :
“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (Q.S. Al-Mujadilah, 58 : 11)

Kesombongan karena ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :
·         Ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakikat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-NYA, keadaan ketika bertemu Allah Swt. Dan hijab yang menghalanginya dari Allah Swt. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawaduk (rendah hati) bukan takabur.
·         Keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadi takabur dengan ilmu yang didapatnya.

                                                            ii.      Amal Ibadah
Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak otomatis terbebas dari takabur. Misalnya, dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa dirinya yang selamat, dan seterusnya.

                                                          iii.      Hisab (kedudukan) dan nasab (keturunan)
Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain. Meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya. Takabur karena factor ini sering kali membuat ia menganggap orang lain sebagai budaknya, dan merasa keberatan untuk bergabung dengan mereka.
                                                          iv.      Al-Jamal (Ketampanan/kecantikan)
Takabur karena factor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita, terwujud dalam celaan dan gunjingan terhadap kekurangan pihak lain.
Aisyah r.a. berkata : “Ada seorang wanita yang ingin bertemu Rasulullah SAW, dan aku katakan kepada beliau dengan isyara tanganku yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek. Sabda nabi ketika itu : ‘Sesungguhnya kamu telah menggunjing.’
Sikap ini muncul karena adanya kesombongan dalam diri orang seperti Aisyah yang berpostur lebih baik dari orang tadi. Sebab jika ia berpostur tubuh pendek seperti orang yang diceritakan itu, tentu ia tidak akan mengatakannya.

                                                            v.      Al-Mal (Kekayaan)
Takabur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat, penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang merasa lebih kaya meremehkan orang yang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya.
Hal ini terjadi karena ketidaktahuannya akan keutamaan orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya :
Artinya :
Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar." Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).“ (Q.S. 28:79-81)

                                                          vi.      Al-Quwwah (Kekuatan)
Begitu juga dengan kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.

                                                        vii.      Al-Atba’ (Pengikut/pendukung)
Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seorang guru menjadi takabur karena merasa banyak muridnya. Seorang pejabat menjadi takabur karena banyak pengikutnya, dan seterusnya.

Secara umum, setiap nikmat yang bisa dianggap sebagai nilai lebih pada seseorang berpotensi untuk melahirkan benih takabur sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

C.     Ciri-ciri takabur
Diantara ciri-ciri manusia yang suka berperilaku takabur adalah sebagai berikut :
a.       Sikap memuji diri, sikap ini muncul karena merasa dirinya memiliki kelebihan harta, ilmu pengetahuan, dan keturunan atau nasab. Oleh karena itu, ia merasa lebih hebat dibanding orang lain.
b.      Merendahkan dan meremehkan orang lain, sikap ini bisa diwujudkan dengan memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya, karena merasa lebih baik dan lebih hebat darinya.
c.       Suka mencela dan membesar-besarkan kesalahan orang lain, orang yang takabur selalu menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, dan mulia serta mampu melakukan segala sesuatu. Sedangkan orang lain dianggap rendah, kecil, hina dan tak mampu berbuat sesuat. Bahkan orang lian dimatanya selalu berbuat salah.

D.    Hal yang membangkitkan sifat Takabur.
a.       Sifat Ujub
Saat ini mewariskan keangkuhan di dalam diri yagn setiap saat bisa muncul ke permukaan berupa kesombongan lahir dalam bentuk tindakan dan perilaku.
b.      Sifat dendam
Terkadang yang menyebabkan kesombongan itu bukanlah sifat ujub, misalnya : orang yang menyombongkan dirinya atas orang yang menganggap dirinya sederajat dengannya atau malah melebihinya. Sering pula terjadi seorang marah-marah karena persoalan lama yang membekaskan dendam di hatinya.
c.       Sifat hasad (dengki)
Sifat ini melahirkan kebencian terhadap orang yang didengkinya meskipun penyebab yang menimbulkan marah dan dendamnya bukan berasal dari orang itu. Sifat hasad ini yang bercokol di dalam diri mendorong untuk senantiasa bersikap angkuh terhadap orang lain.
d.      Sifat riya’
Sifat ini biasanya dapat menarik seseorang berperilaku sombong, sehingga terkadang terjadi perdebatan dengan orang lain. Sifat sombong yang dibangkitkan oleh riya’ ini hanya muncul berada di hadapan orang banyak.

E.     Bahaya Takabur 

a.       Jauh dari kebenaran. Firman Allah :

Artinya :
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (Q.S. Al-‘Araf, 7:146)
b.      Dapat mematikan hati manusia. Firman Allah :

Artinya :
“(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (Q.S. Al Mukmin, 40:35)

c.       Allah tidak menyukai orang-orang sombong. Firman Allah : 
     
Artinya :
“Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (Q.S. 16:23)

d.      Tidak akan masuk syurga. Sabda Nabi :
Artinya :
“Tidak akan masuk syurga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan.” (H.R. Muslim)

e.       Akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Firman Allah : 
     
 Artinya :
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." ” (Q.S. 40:60)

f.       Sikap tercela yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Firman Allah :

Artinya :
“…Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (Q.S. An-Nisa, 4 : 36)

g.      Dibenci oleh orang lain karena keangkuhannya. Firman Allah :

Artinya :
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”          (Q.S. Lukman, 31 : 18)

h.      Tidak mensyukuri nikmat Allah Swt. Firman Allah :

Artinya :
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (Q.S. Al-Israa’, 17 : 83)
i.        Akan dimasukkan ke dalam neraka. Firman Allah :

Artinya :
Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.”
(Q.S. An-Nahl, 16 : 29)

F.      Akibat Takabur.
a.       Tidak akan mencintai sesama Muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri. Ia selalu memandang orang lain lebih rendah dari dirinya.
b.      Tidak akan tawaduk (rendah hati), karena selalu merasa lebih baik.
c.       Tidak akan dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas pihak yang merugikannya.
d.      Tidak dapat jujur, karena untuk menutupi kekurangan tidak jarang ia harus berdusta.
e.       Tidak akan dapat mengendalikan marah. Karena merasa mampu melampiaskannya.
f.       TIdak bisa melepaskan diri dari sifat hasad (iri).
g.      Tidak dapat menasihati atau menerima nasihat dengan lembut dan halus.
h.      Selalu memandang rendah orang lain.

G.    Cara mengatasi dan melenyapkan sifat Takabur.
a.       Membiasakan diri dengan perilaku terpuji. Jika urusan dunia atau rezeki lihatlah manusia yang berada dibawah. Jika urusan akhirant lihatlah manusia yang ada diatas tingkat kedekatannya dengan Allah Swt.
b.      Membersihkan hati dari sikap takabur dengan memperbanyak zikir kepada Allah Swt.
c.       Memperbanyak sahabat, sehingga dengan semakin banyak sahabat akan semakin tahu sisi kehidupan lain dari sahabatnya.

Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :
“Dari Qatadah dan menambah didalamnya, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawaduk hingga tidak ada seorang pun yang menganiaya orang lain dan tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri atas orang lain.” (H.R.Muslim)

H.    Kesimpulan/Penutup
Dari penjelasan-penjelasan di atas, sudah sangat jelas bahwa kita dilarang keras untuk menyombongkan diri (Takabur). Maka sikap dan perilaku takabur harus kita jauhi karena sifat tersebut sangat dibenci Allah Swt dan Rasul-Nya dan tidak disukai oleh sesama. Kita harus menghindari sifat tersebut apalagi kita sudah tahu dan paham bahwa sifat takabur adalah sifat yang tercela dan terlarang. Perilaku takabur mudharat nya lebih besar dan manfaatnya tidak ada. Orang yang berperilaku takabur akan dijauhi oleh sesama, tidak dapat memperbaiki dirinya, dan sengasara dunia akhirat, sengsara di dunia karena ditinggal keluarga, teman, rekan dll. Dan sengsara di akhirat karena tidak dapat masuk syurga.

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Salah?

Persiapan Keberangkatan (2)

Kail Pemancinh